-

Sunday, July 31, 2011

Angklung Semakin Mendunia

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan memberikan
penghargaan kepada Daeng Udjo atas keberhasilannya
memecahkan rekor dunia di Washington DC untuk
pemain angklung terbanyak, di Gedung Sabuga Bandung,
Jumat (29/7). Acara ini sekaligus menyambut hari jadi
Provinsi Jawa Barat yang ke-6
SASANA Budaya Ganesha (Sabuga), Jumat (29/7) malam, menjadi saksi pergelaran menghargai bambu. Semalam, angklung benar-benar menjadi primadona dan mampu menghanyutkan perasaan mereka yang hadir, dalam acara "Angklung, Jawaban Untuk: BISA" di Sabuga, Jln. Tamansari Bandung. Tak terkecuali Gubernur Jabar Ahmad Heryawan dan istri, ikut terkagum-kagum saat menyaksikan penampilan musik angklung, yang dipimpin Daeng Udjo.

Baru-baru ini, alat musik tradisional asal Jabar yang terbuat dari bambu dan dikenal angklung ini, mencatatkan diri di Guinness Book of Records pada sebuah pergelaran angklung di Kota Washington DC, Amerika Serikat. Sebelumnya, pada tahun 2010 angklung pun sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda dunia asal Indonesia.

Kedua prestasi yang telah dicapai angklung ini, diperlihatkan Daeng Udjo dengan tim dalam memainkan lagu "Keong Racun". Namun sayang sound system yang kurang, membuat Daeng Udjo enggan memainkan lagu lainnya.

Sebagai gantinya, Daeng Udjo pun mengajak penonton di Sabuga termasuk gubernur dan istri untuk memainkan angklung bersama. Uniknya, setiap angklung diberi gambar pulau-pulau di Indonesia. Ini sebagai pengambaran bahwa angklung bisa bermain bersama atau secara kebersamaan. Seperti slogan Bhineka Tunggal Ika, "Berbeda-beda Tetap Satu Jua".

Lagu yang dimainkan dalam angklung interaktif "Ibu Pertiwi", "Halo-halo Bandung", dan diakhiri lagu "We Are The World". Melalui lagu inilah, angklung mencatatkan dirinya masuk Guinness Book of Records dan bergema di negeri Paman Sam.

Daeng Udjo pun mengajak dua cucu almarhum Udjo Ngalagena, untuk menjadi dirigen permainan angklung interaktif dengan lagu "Tanah Airku".

Acara semalam di Sabuga ini merupakan apresiasi dan penghargaan atas kedua capaian budaya itu. Pemprov Jabar melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar, menggelar "Angklung, Jawaban Untuk : BISA" di Sabuga. Acara yang sekaligus menyambut HUT ke-66 Provinsi Jabar, yang jatuh setiap tanggal 19 Agustus. Selain gubernur dan istri, acara tersebut dihadiri pula oleh para kepala OKPD se-Jabar, para bupati dan wali kota, serta undangan lainnya.

Pergelaran yang dikemas tanpa banyak bicara ini, dipadukan pula dengan permainan dalang wayang golek Apep Hudaya. Dalang muda ini mengawali dengan sebuah kalimat ”Awi teh aya nu nyebut asal wiwitan, pajarkeun mun hayang ngaleungitkeun kabudayaan di Jawa Barat leungitkeun we sakabeh tatangkalan awi na—- salain eta, manusa Jawa Barat ti mimiti gubrag ka alam dunya tug nepi ka maotna salilana dibarengan ku awi (Bambu itu ada yang mengatakan asal muasal leluhur, karena itu jika ingin menghilangkan kebudayaan di Jabar, semua pohon bambu dibinasakan —-manusia Jabar sejak lahir ke dunia sampai meninggal tidak pernah lepas dari bambu)”.

Apresiasi khusus

Pada kesempatan itu, Gubernur Jabar mengatakan, acara ini merupakan apresiasi dan penghargaan pada Daeng Udjo dan tim yang berhasil mengundang 5.182 orang, dan bermain angklung bersama-sama sehingga mendapat pengakuan dari Guinness Book of Records. Penghargaan ini pun diberikan kepada seni lainnya, terutama batik dan wayang yang lebih dahulu diakui oleh UNESCO.

"Momentum ini pun untuk menyambut HUT ke-66 Provinsi Jabar dan HUT Ke-66 Republik Indonesia. Dasar HUT jabar, tanggal 19 Agustus dilakukan sidang kedua PPKI dan menetapkan angklung bisa dimainkan dalam genre musik apa saja, sehingga filosofi angklung adalah kebersamaan. Sehingga, menghasilkan harmoni yang bisa dinikmati oleh semua orang, dan itu namanya keindahan," katanya.

Gubernur pun memberikan penghargaan dan kadeudeuh kepada Daeng Udjo dan tim sebesar Rp 100 juta. Penghargaan ini karena Daeng Udjo yang telah membawa nama Indonesia, khususnya Jabar.

Daeng Udjo mengatakan, angklung sangat luar biasa, ini terbukti saat bermain angklung di Washington DC yang dimainkan oleh 5.182 orang multikultur. "Sebelumnya saya pesimis hal ini bisa terwujud, karena audiens kurang dari yang diharapkan," ujarnya.

Pergelaran diawali permainan angklung buhun, yang dimainkan Dadak Sakala dari Ujungberung Bandung. Sebelumnya dua orang memainkan Cepot dan Denawa, di mana si Denawa mencoba merebut angklung namun dipertahankan si Cepot.

Si Denawa kedua berlaku seperti itu, karena angklung sudah mendunia dengan capaian prestasi diakui UNESCO dan masuk Guinness Book of Records. Cepot mempertahankannya demi harga diri, daripada angklung direbut negara lain, lebih baik mati berkalang tanah.

Medley angklung dimulai dengan diawali permainan angklung oleh anak-anak Taman Kanak-kanak (TK) Bianglala Bandung, yang memainkan dua buah lagu "Hiji Boneka" dan "Little Stars".

Disusul permainan angklung barudak lembur main oleh siswa Sekolah Dasar (SD) Isola Bandung, dengan membawakan lagu medley "Manuk Dadali-Cing Kacang Buncis-Oray-orayan-Tokecang", yang merupakan lagu permainan anak-anak zaman baheula.

Kemudian angklung SMP Lab School UPI membawakan lagu "Baby" dari Justein Bieber, lagu soundtrack Mission Impossible serta "Bruno Mars". Permainan selanjutnya, angklung SMA Negeri 3 Bandung dan dikenal Kelompok Pemain Angklung (KPA) 3.

Para siswa dengan pakaian serbamerah ini membawakan lagu-lagu jazz klasik, seperti "New York New York" milik Frank Sinatra, lagu kedua dikolaborasikan dengan rampak kendang dan jaipongan.

Disusul permainan angklung dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung atau Kabumi. Permainan angklung Kabumi ini mengiringi tiga penari jaipongan, dengan lagu "Goyang Karawang" berirama jaipong dangdut. Penyanyi world music, Rita Tilla menyanyikan "Mojang Priangan". Nita pun tampil duet bersama Ny. Netty Heryawan menyanyikan "Warung Pojok"

Gubernur Jabar melalui tayangan multimedia menerangkan, bagaimana angklung tercipta hingga diakui dunia. "Inilah angklung we are the world," katanya.

Tidak hanya itu, ditayangkan pula detik-detik angklung akan masuk dalam Guinness Book of Records di Washington DC, Amerika Serikat yang dimainkan sekitar 5.182 orang multikultur pada 9 Juli lalu. Lagu yang dimainkan kala itu "We Are The World". Selamat. (kiki kurnia/"Galamedia")**

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment