"Kami ingin proses pendidikan tidak terganggu dan jangan bangunan sekolah ini nantinya menjadi lahan komersial. Kalau ternyata harus dikosongkan, lebih baik bangunan ini jadi cagar budaya," jelas perwakilan IKA SMAK Dago Bandung, Hidayat Kasih (44).
Hal tersebut disampaikan Hidayat kepada wartawan saat ditemui di SMAK Dago, Jalan Ir.H.Djuanda No 93, Kota Bandung, Selasa (19/7/2011). Buntut dari kerusuhan kemarin, kegiatan belajar mengajar dihentikan. Siswa baru belajar lagi Senin depan (25/7/2011).
Ia mengaku pagi tadi bertemu dengan lima pengurus IKA SMAK Dago Bandung guna membicarakan polemik yang terjadi di bekas almamaternya tersebut. Pertemuan itu digelar di Sekretariat IKA SMAK Dago, Jalan Ir.H.Djuanda atau samping SMA Darul Hikam. Dari pertemuan tersebut, sambung Hidayat, menghasilkan lima poin pernyataan sikap dari para alumni.
Berikut isi pernyataan sikap IKA SMAK Dago:
Kami Ikatan Alumni SMAK Dago Bandung menyatakan sikap keprihatinan atas tindakan kekerasan dan premanisme di Civitas Academica SMAK Dago, kami menginginkan;
1. Atas nama pendidikan anak bangsa, proses belajar mengajar tetap terlaksana dan tidak terganggu oleh sengketa lahan yang terjadi.
2. Bangunan cagar budaya agar dapat di lestarikan untuk di manfaatkan sebaik-baiknya oleh masyarakat baik yang bertema kesenian atau kegiatan budaya.
3. Kami menginginkan Bandung tetap dalam kondisi kondusif.
4. Kami menginginkan agar sengketa lahan di selesaikan secara hukum yang berlaku, bukan secara premanisme.
5. Himbauan kepada Seluruh Alumni SMAK Dago jangan terpancing oleh kabar atau berita yang tidak objektif dan tidak bertindak sendiri- sendiri.
sumber : bandung.detik.com
wah fotonya itu loh kang.
tempat saya main bola.. hehe...
Sae pisan blog na kang.