-

Friday, July 15, 2011

Tradisi Hajat Cai Akan Digelar di Teater Terbuka Dago Tea House

RETNO H/"PRLM"RETNO H/"PRLM" HELARAN salah satu bentuk kesenian yang menjadi sumber ilham pegelaran Cakrub Cai yang akan ditampilkan di teater terbuka Dago Tea Hause.*

BANDUNG,(PRLM).-Bagi masyarakat sunda yang bercocok tanam padi, air merupakan sumber vital kesuburan padi. Tanpa air padi tidak akan tumbuh subur, maka melalui
Selamatan dan Hajat Air merupakan bentuk wujud Syukur dan kegembiraan karena terpeliharanya sumber air dengan baik.

Sebagai wujud pelestarian dan pengembangan tradisi di masyarakat, Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat
Sabtu (17/7) bertempat di Teater Terbuka akan menampilkan tradisi menyelamatkan mata air “Cakrub Cai” dalam kemasan pegelaran akan ditampilkan di Balai
Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat.

“Khazanah seni pertunjukan di tatar Sunda (Jawa Barat) memiliki aneka ragam jenis maupun bentuk kesenian dari yang ritual hingga hiburan. Keanekaragaman kesenianya mempunyai keunikan dan ciri khas disetiap daerahnya masing-masing,” ujar Kepala Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat (Dago Tea House), Dra.Hj. Rosdiana Rachmawaty, M.Si., kepada PRLM.

Dikatakan Rosdiana, kesenian yang berhubungan dengan ritual selamatan pemeliharaan air, tampaknya kesenian tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat pertanian yang berkaitan dengan tanaman padi .

“Bagi masyarakat sunda yang bercocok tanam padi, air merupakan sumber vital kesuburan padi, tanpa air padi tidak akan tumbuh subur, maka melalui Selamatan dan Hajat Air merupakan bentuk wujud Syukur dan kegembiraan karena terpeliharanya sumber air dengan baik,” ujar Rosdiana.

Sementara, Mas Nanu Munajat selaku koreografer, mengatakan, Hajat Cai (Selamatan Air) selalu dilaksanakan oleh masyarakat di Tatar Sunda dengan harapan agar waktu panen hasilnya baik, maka bentuk ungkapanya melalui berbagai aneka ragam kesenian.

Dalam Masyarakat petani sawah di tatar sunda besar sekali adat kepercayaan kepada Hulu Wotan yang berarti mata air atau sumber air, maka pada saat memulai bertani atau membuka sawah, besar maupun kecil biasanya selalu diadakan sedekahan dengan berbagai sesajen dengan maksud agar diberi keselamatan yang dilakukan pada saat memulai menanam padi “Mitembeyan”.

“Begitu pula saat padi dimasukan ke “leuit” (lumbung padi) setelah “nyalin” (menuai padi) kemudian diangkut dengan dipikul usungan rengkong oleh tiga atau empat pasng lalu diarak beriringan dari sawah, dimeriahkan dengan ogel, angklung sampai ke rumah tempat penyimpanan tidak berbeda dengan mengarak pengatin. Sebelum padi dimasukan ke “leuit” (lumbung padi) terlebih dahulu diadakan upacara “nimang pare” dengan maksud meninabobokan padi." ujar Mas Nanu.

Bentuk kesenian lain yang menjadi sumber ilham pegelaran Cakrub Cai, adalah kesenian rengkong hatong upacara yang terdapat di bagian awal penggarapan. Adapun prosesi tersebut antara lain, helaran, niman pare dan diakhiri ibing cakrub cai.

Bertindak sebagai koreografer Mas Nanu Munajat S. Sn, M. Hum, penata tari Yanto Susanto, penata musik, Mang Ano dan penata busana Ai Herawati.(A-87/kur)***


sumber : www.pikiran-rakyat.com

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment