-

Tuesday, September 27, 2011

Alarm Pengingat Keberadaan Tuhan

MENJAMURNYA buku-buku motivasi Islam akhir-akhir ini menandakan kebutuhan pengisian iman kita yang kerontang. Aktivitas yang menumpuk, masalah yang menggunung serta keterbatasan waktu untuk mendalami ilmu agama, membuat jurang pemisah antara kita dengan Sang Pencipta. Kita seolah sudah dilalaikan oleh dunia hingga khilaf kepada Pemilik dunia sesungguhnya. Buku ini bagai alarm yang mengingatkan kita untuk menuju kedamaian dan ketenangan tiada tara. Ketenangan abadi yang diperoleh dengan mengingat-Nya.

"Kang Soleh Naik Becak Menuju Surga" berkisah tentang optimisme dan kesyukuran menjalani hidup (hal. 6). Seorang bernama Soleh berprofesi sebagai penarik becak. Ketika tiba meninggalnya, ia ditemui malaikat untuk dihisab. Terjadilah proses hitung-menghitung amal. Ternyata keputusannya, ia beruntung dapat masuk surga. Keanehan ini dirasakan oleh seorang ulama tersohor, pemimpin yang jujur, dan seorang dermawan kaya yang meninggal bersamaan. Mereka harus menerima kenyataan masuk neraka. Maka lahirlah pertanyaan mengapa orang miskin seperti Soleh lolos masuk jannah Allah sedang mereka yang notabene "kaya amal" malah masuk neraka?

Keagungan Tuhan atas segala ciptaan-Nya, penulis lagukan dalam kisah "Rembulan di Langit Doha". Merupakan diari perjalanan penulis di sebuah kota bernama Doha. Suatu malam ia melihat rembulan yang begitu bulat dan terang menggantung di langit. Inilah yang membawanya pada rasa takjub Nabi Ibrahim yang menyangka bahwa bulan adalah Tuhan. Berbagai fenomena alam menunjukan eksistensi Tuhan, namun masih saja manusia tak mau beriman (hal. 36).

Sebuah kisah satir menggelitik ditampilkan penulis dalam "Dialog Imajiner Mbah Surip dan Mbah Marijan". Kedua sepuh yang terkenal dengan lagu nyentrik dan kuncen Gunung Merapi ini didapuk menjadi tokoh untuk memberi peringatan kepada manusia. Keduanya dikisahkan sedang menyicipi keindahan surga. Kemudian terlibat obrolan yang intinya merasa manusia begitu pongah. Kebanyakan manusia dengan mudahnya menhukumi seseorang syirik dan merasa dirinya paling baik (Hal. 31). Seperti yang dilakukan Alm. Mbah Marijan terhadap gunung Merapi dianggap sebagai membangkangan terhadap Keesaan Tuhan. Padahal kesetiaannya mengemban amanah kuncen untuk menjaga kelestarian alam merupakan amal yang patut dibanggakan? Dalam istilah agamanya, hablum minal 'alam (hubungan dengan alam) justru melengkapi akan hablum minallah dan hablum minannas.

Selain itu kisah pencarian cinta sejati dikupas dalam "Energi Cinta Jalaludin Rumi". Tokoh dalam kisah ini gelisah karena belumlah menemukan cinta yang ia damba. Ia selami samudra ilmu hingga akhirnya terdampar dalam percakapan dengan seorang Jalaludin Rumi. Dari beberapa guru yang ia singgahi, Rumi-lah yang berhasil memberi penawar dahaga pencarian cintanya. Hingga pada akhirnya tokoh berujar, "Aku menangis membayangkan semua kesia-siaan yang kulakukan. Ya Allah, anugerahilah aku setetes Cinta. Agar aku bisa mencintai-Mu dengan Cinta yang sesungguhnya" (hal. 51).

Buku ini memuat 12 kisah inspiratif dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna. Kisah yang disajikan pun tak ubahnya cerita pendek, bahkan ada beberapa cerpen di dalamnya. Seperti kisah "Subali dan Sarmi" yang menceritakan Subali seorang penjahat kelas kakap dan Sarmi, pelacur yang telah malang melintang di dunia gelap. Kedua tokoh tersebut ibarat replika manusia yang telah lama tercebur dalam lumpur dosa. Namun hati tetap tak bisa mungkir dari kegelisahan jiwa. Akhirnya sebuah titik terang mereka rengkuh dengan susah payah. jalan taubat kepada Tuhan ditempuh untuk mencapai kebahagiaan hakiki.

Buku ini sejatinya adalah kumpulan cerita inspiratif. Cerita dengan genre motivasi Islami. Namun, sayangnya ada beberapa cerita yang sepertinya keluar dari jalur. Mungkin maksud penulis adalah menuangkan kisah kesehariannya. Namun sayangnya malah melantur dan keluar dari rel tema. Seperti pada cerita "Pengembaraan Jaka Umboro". Memang dalam cerita dikisahkan bahwa Jaka Umboro bermaksud untuk memberantas kebatilan. Namun isinya lebih banyak tentang pertikaian dan diwarnai aksi silat. Penulis seakan melempar kita pada suasana konflik novel silat "Wiro Sableng" atau "Si Buta dari Gua Hantu". (Ade Fariyani, Aktivis Forum Lingkar Pena Bandung)**

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment