-

Tuesday, September 13, 2011

Sesar Cimandiri-Lembang Masih Tergolong Aktif

Oleh: DICKY MAWARDI
WARGA Bandung pasti masih ingat pada pernyataan mengejutkan pakar geoteknologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr. Danny Hilman Natawidjaja bahwa Kota Bandung dan sekitarnya bisa diguncang gempa besar berkekuatan 7,5 skala Richter (SR). Ancaman ini bisa muncul, jika terjadi pergerakan di sejumlah lempeng penyusun patahan atau Sesar Cimandiri-Lembang. Jika ini terjadi, gempa besar tersebut akan mengguncang cekungan Bandung.

"Sesar Cimandiri-Lembang masih tergolong aktif. Yang menjadi masalah terbesar, sesar ini dikelilingi wilayah padat penduduk, seperti Kota Bandung dan Kota Cimahi," kata Dr. Danny Hilman Natawidjaja, usai Seminar Mitigasi Bencana Geologi di Hotel Horison, Kota Bandung, belum lama ini.

Sontak pernyataan Danny Hilman itu menuai berbagai tanggapan, baik yang pro maupun kontra. Setelah empat bulan berlalu, nama Sesar Lembang dalam satu pekan terakhir kembali disebut-sebut. Sesar Lembang yang muncul kepermukaan tanah memiliki panjang 22 kilometer tersebut dikait-kaitkan dengan bencana gempa yang melanda Desa Jambudipa, Pasirhalang, dan Tugu Mukti, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat yang terjadi menjelang lebaran lalu.

Peneliti kegempaan purba dari LIPI Eko Yulianto menduga sumber gempa berasal dari sesar atau patahan lembang. Analisis sementaranya itu berpatokan pada lokasi kerusakan yang berdekatan dengan sesar aktif yaitu Sesar Lembang.

Sesar Lembang secara morfologi diekspresikan berupa gawir(tebing) sesar (fault scrap) dengan dinding gawir menghadap ke arah utara. Memanjang dari Cisarua ke Gunung Manglayang, Kabupaten Bandung. Berdasarkan catatan LIPI, di sekitar Sesar Lembang pernah terjadi gempa dasyat sekitar 2000 tahun lalu dengan kekuatan 6,9 skala richter, dan 500 tahun lalu dengan kekuatan 6,7 skala richter.

Timbul pertanyaan apakah ada keterkaitannya antara gempa bumi dengan keberadaan daerah sesar?

Kalau mengutip tulisan dari Geodisi ITB, hasil penelitian ahli kebumian menyimpulkan bahwa hampir 95% lebih gempa bumi terjadi di daerah batas antar lempeng kerak bumi dan di daerah sesar [Mori, 2004]. Gempa bumi yang terjadi di daerah sesar dapat melahirkan sejumlah bencana, misalnya korban jiwa, kerusakan pada berbagai struktur bangunan, longsoran, dan lain-lain. Korban jiwa bisa mencapai puluhan bahkan ratusan ribu jiwa, dan kerugian materi dapat mencapai ratusan juta dolar Amerika.

Namun, terlepas dari seberapa besar kekuatan Sesar Lembang sudah saatnya dari sekarang pemerintah, pakar kegempaan, badan yang berwenang, sampai stakeholder yang mengetahui tentang masalah kegempaan untuk menyosialisasikan kepada masyarakat. Sebab fakta di lapangan, masyarakat Cisarua, Parongpong, dan Lembang yang jelas-jelas tinggal di sekitar Sesar Lembang sebagian besar buta tentang Sesar Lembang.

Masyarakat banyak yang tidak tahu bahwa tebing batu yang menjulang membelah kawasan Bandung Utara adalah sebuah sesar atau fault scrap. Mereka tahunya tebing batu itu hanyalah bukit batu biasa yang tidak begitu menarik.Pengetahuan yang rendah tentang Sesar Lembang, bisa dibuktikan dari menjamurnya bangunan rumah, vila, dan bangunan bisnis lainnya tepat di samping sesar aktif tersebut. Aktivitas kehidupan yang tumbuh di Sesar Lembang kian hari malah kian bertambah.

Mengapa itu bisa terjadi? Keindahan panorama alam kawasan Bandung Utaralah yang menjadi magnet bagi orang untuk sekadar berwisata, malah dijadikan tempat tinggal. Bahkan di mata seorang pengusaha, keindahan alam Bandung Utara sebagai potensi bisnis menjanjikan. Mengenai potensi bencana yang dikandungnya, tampaknya orang tidak terlalu begitu memikirkan. (Wartawan Galamedia)**

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment