-

Friday, November 11, 2011

Wujudkan Manajemen Pangan

Oleh: ENTANG SASTRAATMADJA
TAHUN ini, Hari Pangan Sedunia di negara kita dipusatkan di Gorontalo, Sulawesi Utara dan digelar sejak 20 - 23 Oktober 2011 lalu. Peringatan HPS kali ini benar-benar kurang terpublikasi secara meriah karena media massa rupanya lebih tertarik untuk mengangkat soal reshufflel Kabinet ketimbang memuat berita tentang Hari Pangan. Hal ini wajar terjadi, karena media massa jelas akan lebih senang memberitakan masalah-masalah kepolitikan yang menggegerkan dari pada bicara soal pangan yang cenderung adem-ayem dan biasa-biasa saja.

Bangsa kita rupanya lebih menyukai berita tentang siapa-siapa saja para Menteri yang bakal diganti. Publik pasti akan lebih menyenangi informasi soal muka-muka baru yang akan dipilih Presiden SBY untuk duduk dalam rengrengan kabinet. Bahkan suka atau pun tidak, tentunya mesti diakui bahwa sebagian besar rakyat kita, cenderung bakal menyukai berita-berita tentang merosotnya popularitas Presiden SBY dan Partai Demokratnya.

Begitulah perilaku masyarakat di negeri ini. Sebuah gambaran yang pantas untuk dijadikan bahan perenungan bersama.

Terlepas dari hiruk pikuknya kepolitikan di dalam negeri, rasa-rasanya akan menjadi sebuah kekeliruan yang dapat berakibat fatal apabila memperingati HPS di tahun 2011 ini kita melupakan pentingnya manajemen pangan dalam kehidupan.

Apalagi apabila kita seolah-olah tidak mempedulikan hal tersebut. Untuk itu, tidaklah terlampau berlebihan jika dalam menyemarakan peringatan HPS yang kali ini, kita mencoba untuk mengulasnya secara singkat. Paling tidak, kita perlu menghayati apa sebetulnya urgensi manajemen pangan dalam merancang kebutuhan dan tuntutan masyarakat di masa kini dan masa yang akan datang.

Dalam sistem pangan, sebetulnya dikenal adanya sub sistem ketersediaan, sub sistem distribusi, dan sub sistem konsumsi.

Ketiga sub sistem ini merupakan paduan yang saling terkait dan sudah sewajarnya mampu kita rajut dengan penuh kehati-hatian. Ketiga sub sistem ini tidak boleh dipisahkan. Apalagi dipersepsikan sebagai bagian yang terpisah antara satu sub sistem dengan sub sistem lainnya. Namun sesuai dengan perkembangan yang ada, ke tiga sub sistem itu mestilah dapat diposisikan ke dalam kesatuan yang saling mempengaruhi sekaligus saling melengkapi.

Ketersediaan pangan yang cukup bahkan berlebih (surplus) adalah dambaan segenap warga bangsa di dunia. Begitu pun dengan adanya distribusi yang merata di seluruh penjuru tanah air dengan tingkat harga yang terjangkau oleh masyarakat adalah keinginan yang senantiasa harus diwujudkan. Bahkan semakin randahnya laju konsumsi beras per kapita per tahun, adalah harapan yang selalu ingin digapai. Bangsa ini mendambakan agar laju konsumsi beras per kapita per tahunnya itu dapat ditekan hingga dibawah angka 100, sebagaimana yang sekarang ini sudah dicapai oleh negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia atau pun Thailand.

Andai ketiga subsistem diatas mampu kita rajut dalam sebuah kesatuan, baik dalam pola pikir mau pun pola tindak, maka itulah sesungguhnya yang dimaknai dengan manajemen pangan. Pemahaman semacam ini mutlak dibutuhkan agar dalam menganalisis persoalan pangan di negeri ini kita tidak terjebak dalam hal-hal yang bersifat sesaat atau jangka pendek semata. Justru dengan manajemen pangan inilah kita dituntut untuk mampu berpikir tentang masa datang.

Termasuk dengan indikator yang terukur dan tersterukturkan secara holistik. Harapan kita, mudah-mudahan peringatan HPS tahun 2011 ini mampu memberi ruang kepada terwujudnya manajemen pangan seperti yang didambakan bersama. (Penulis adalah Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat)**
koran galamedia
Selasa, 08 November 2011

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment