-

Friday, December 30, 2011

Negeri Impian

Oleh: RINNY ROSLIANY
UDARA dingin, semilir menyejukkan wajah. Meski hari sudah beranjak dari pukul 11.00 WIB, hawa menyengat dari panas matahari tidak begitu terasa. Begitu pula ketika jam bergerak perlahan menuju ke angka 12.00 WIB. Hawa panas yang biasa menyengat di ibu kota ini, sangat tidak terasa. Puluhan pohon yang berjejer dan sejumlah taman di setiap kota rupanya menjadi peredam panas matahari. CO2 dikeluarkan dari setiap jari daun, yang membuat udara menjadi sejuk.

Meski, di alur jalan lalu lintas dipenuhi oleh kendaraan. Namun, tidak ada kemacetan. Tertib dan berjalan lancar. Padahal hari itu, long week end alias libur panjang. Suara klakson tidak bersahutan. Yang terdengar, malah suara burung pipit dan kutilang yang berada di taman di sudut kota ini.

Perjalanan panjang dari kantor ke rumah yang biasanya ditempuh dalam satu jam ternyata hanya memakan waktu 30 menit. Kunyalakan televisi di tengah rumah dan terlihatlah sebuah tayangan mengenai satu peradilan. Sang koruptor, mantan anggota DPR RI itu diadili karena terbukti bersalah.

Namun yang paling mencengankan adalah dalang di balik kasus itu. Nama-nama besar yang selama ini selalu menolak dikait-kaitkan, ternyata berhasil diungkap oleh pihak komisi pemberantasan korupsi (KPK). Pindah ke channel lain, buronan yang juga mantan isti pejabat di negeri ini tertangkap. Tidak lagi ada kepura-puraan bahwa dia menderita sakit demensia alias pelupa berat. Terkuaklah semua.

Kupindahkan channel lainnya. Owh, sang Presiden sedang berada di salah satu sudut negeri ini. Langsung membereskan semua permasalahan akibat konflik di ujung timur negeri ini. Aset emas yang menjadi perguncingan dan perebutan di wilayah itu, bisa diambil oleh Presiden karismatik. Tentu untuk kepentingan warganya.

Bahkan, sang Presiden meniru apa yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khathab. Diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas'ud berkata, "Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu.

Layaknya Khalifah Umar Bin Khatab pula, dengan kecerdasannya Presiden menyatukan menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya. Yang pasti, Presiden menjadi seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan.

Tidak lama kemudian, 'Prang', suara keras itu sangat memekakkan telinga. Aku kaget dan mataku terbelalak ketika mendapati sebuah tayangan yang jauh berbeda di televisi di ruang keluargaku. Sang mantan anggota DPR RI yang terkena kasus dugaan korupsi, ternyata masih disidang. Bahkan, hingga saat ini penyidik belum mampu mengungkapkan kasus tersebut.

Sang nyonya pejabat yang juga tersangka atas dugaan suap, malah diberitakan drop. Konon, katanya, sakit lagi. Ahhh. Dengan kesal, kupindahkan lagi ke channel lainnya. Walah, di provinsi paling ujung negeri Indonesia ternyata masih ada pertikaian. Kasus pilkada hingga masalah emas di tambang freeport.

Saking kesalnya, aku keluar rumah. Hawa panas langsung menyergap mukaku. Tidak ada semilir angin sejuk seperti tadi. Kemudian kususuri kota ini, loh ke manakah pohon yang tadi kulihat berjejer rapi? Malah habis ditebang karena ada pelebaran jalan raya. Akibatnya ketika hujan deras megguyur, malah memenuhi jalanan kota ini. Saluran drainase yang dibuat asal-asalah ternyata tidak bisa membawa air hujan ke sejumlah got. Oalah, kuusap mukaku. Bermimpikah aku? (wartawan HU Galamedia)** Sabtu, 24 Desember 2011

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment