-

Tuesday, January 03, 2012

Jika Ikhlas, Mengajar Basa Sunda itu Ibadah


Siti Khodijah Sutiadi, Guru di Lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bogor
MENGAJARKAN bahasa Sunda kepada anak-anak yang hidup di perkampungan, bukanlah masalah yang rumit, meskipun sekarang banyak anak-anak yang mulai enggan berbasa Sunda dengan alas an takut tidak sesuai dengan undak-usuk basa. Tetapi, mengajar bahasa Sunda di daerah yang notabene menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari, bukanlah pekerjaan yang mudah. Perlu kesabaran dan ketekunan.

"Wah, kirang-kirangna mah matak aral, tapi semua saya nikmati," ujar Siti Khodijah Sutiadi, S.Pd. guru bahasa Sunda SDN Papandayan Kota Bogor.

Oleh karena itu, menurut Siti, mengajarkan bahasa, kesenian, dan kebudayaan Sunda harus sepenuh hati dan rasa cinta sebagai perwujudan dari tanggung jawab moral seorang pengajar. Baginya, mengajarkan bahasa dan kebudayaan Sunda kepada anak-anak didiknya yang berasal dari berbagai etnis merupakan tatantangan yang sangat menarik.

Melalui pekerjaannya ini Siti ingin mencoba membuka wawasan anak-anak didiknya tentang kekayaan khazanah budaya Indonesia, salah satunya adalah budaya, bahasa, dan kesenian Sunda. Dengan sangat tekun dan telaten Siti memperkenalkan anak-anaknya pada waditra (alat-alat musik) Sunda seperti kecapi, suling, dan gamelan degung. Dengan penuh rasa cinta ia mengajari mereka da mi na ti la da, menabuh kenong, memetik kecapi, lalu ngahaleuang lagu anak-anak ciptaan Mang Koko dengan pengantar bahasa Sunda yang diselingi dengan bahasa Indonesia.

"Bogor yang berbatasan dengan Kota Metropolitan membawa masyarakatnya hidup dengan gaya metropolis. Tentu saja bahasa yang mereka gunakan pun adalah bahasa Indonesia, meskipun secara geografis masih termasuk Provinsi Jawa Barat. Ini menjadi sangat menarik buat saya. Sebagai orang Sunda saya harus menyampaikan amanat ini kepada generasi muda. Anak-anak di Bogor pun harus mengenal basa dan budaya Sunda," ujar perempuan kelahiran Ciamis, 15 Maret 1967 yang kini sedang meneruskan program magister manajemen.

Kecintaan ibu dari dua orang anak terhadap seni dan bahasa Sunda sudah melekat sejak kecil. Sejak lahir hingga menyelesaikan sekolah pendidikan guru, ia berada di lingkungan budaya yang sehari-hari menggunakan bahasa Sunda. Keistimewaan suaranya dimanfaatkannya untuk menyentuh lagu-lagu berbahasa Sunda. Sehingga tidaklah heran jika kepala sekolah mempercayainya untuk mengajarkan kesundaan pada anak-anak didiknya.

Berbekal suara, kelancaran berbahasa, dan keluwesan dalam bergaul, Siti juga sering didapuk menjadi master of ceremony dalam berbagai acara resmi kedinasan di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Bogor. Bahkan, ia pun tidak jarang didaulat sebagai qariah dalam acara-acara tertentu karena ia menguasai qiroat dengan sangat baik. Suaranya yang merdu , kefasihannya mengucapkan lafaz Alquran, dan kemampuannya melantunkan lagu qiraat dengan gaya mujawad membuat orang-orang di lingkungan dinasnya sangat mempercayai Siti berada di maqom-nya itu.

"Qiraat merupakan bagian dari seni dan budaya. Sama halnya dengan mengajarkan bahasa dan kesenian Sunda pada anak-anak. Bagi saya, baik mengajarkan kesenian dan bahasa Sunda maupun membaca Alquran sangat bermanfaat dan bernilai ibadah. Itulah sebabnya saya jalani semuanya dengan ikhlas," ungkapnya. (nana sukmana/"GM)**
Galamedia
Senin, 26 Desember 2011

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment