-

Wednesday, January 11, 2012

Sang Peletak Dasar Botani di Indonesia

PRLM - Jika selama ini banyak yang mengenal Franz Wilhelm Junghuhn sebagai Bapak Kina Indonesia, hal itu hanya sebagian kecil dari kontribusinya terhadap negeri ini. Lebih dari itu, Junghuhn sebenarnya telah mendedikasikan sebagian besar hidupnya untuk mengungkap dasar-dasar ilmu botani dan tanah Pulau Jawa yang merupakan daerah dengan jumlah penduduk terpadat di Indonesia.

â€Å“Junghuhn hanya sembilan tahun meneliti dan mengembangkan kina hingga akhir hayatnya. Sebelumnya, dia menghabiskan waktu sekitar 29 tahun untuk meneliti Pulau Jawa dengan melakukan pendakian ke empat puluh gunung api di pulau itu,” kata Awang H. Satyana, Geolog Senior dari BP Migas, Sabtu (7/1).

Di Taman Junghuhn, Desa Jayagiri, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Awang berbagi cerita mengenai sosok Junghuhn kepada puluhan peserta Jajal Geotrek yang digelar Geotrek Indonesia, Sabtu (7/1). Ditemani udara sejuk di daerah pegunungan Lembang, sejumlah peserta dari berbagai kalangan, profesi, dan usia itu tampak antusias untuk mengetahui sosok Junghuhn lebih dalam.

Awang mengatakan, Junghuhn merupakan tokoh peneliti botani, topografi, geologi, dan vulkanologi di Pulau Jawa. Sejak diutus ke Indonesia sebagai dokter tentara pada 1835, Junghuhn bersama sejumlah pembantunya meneliti batuan, flora, fauna di Pulau Jawa dengan mendaki puluhan gunung, tidur di gubuk penduduk, dan berkemah di tengah hutan.

Antusiasme dan kecintaan Junghuhn terhadap tanah Jawa tidak diragukan. Puluhan tahun meneliti Pulau Jawa, dia menghasilkan sejumlah karya besar, di antaranya peta Jawa sepanjang 4 meter dengan lebar 1 meter dengan tingkat ketelitian yang sangat detail. Peta ini menjadi karya terbesar pada zamannya.

â€Å“Selain itu, dia juga menulis buku tentang Jawa sebanyak 3 volume berisi ribuan halaman dan juga melukiskan sejumlah tanah dan gunung di Pulau Jawa dalam sebuah album. Sejumlah karyanya itu tidak hanya membuka peta topografi, tetapi juga peta politik dan ekonomi di Pulau Jawa,” kata Awang.

Hingga kini, menurut Awang, belum ada ilmuwan yang bisa menandingi karya Junghuhn tentang Pulau Jawa meski hidup di tengah perkembangan teknologi yang pesat. Meski lahir di Jerman, Junghuhn sangat mencintai tanah Jawa hingga menemukan tempat peristirahatannya yang terakhir pada 24 April 1864 di tanah Jawa, tepatnya di Desa Jayagiri Lembang yang kini dikenal sebagai Taman Junghuhn.

Di utara Taman Junghuhn, tampak jelas pemandangan Gunung Tangkubanparahu yang sangat dicintainya. Menjelang akhir hayatnya, Junghuhn yang tengah menderita disentri amuba dan penyakit usus itu sempat meminta dokter pribadinya, Isaak Gronerman agar membukakan jendela rumahnya untuk bisa melihat Tangkubanparahu pada detik-detik terakhirnya. (Cecep Wijaya Sari/”PRLM”/A-88)***

sumber : www.pikiran-rakyat.com

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment