-

Sunday, February 05, 2012

Menjalin Silaturahmi

IDULFITRI 1432 H baru saja berakhir, kaum muslimin dan muslimat banyak yang menggelar silaturahmi yang dikemas dengan berbagai kegiatan, seperti halalbihalal, reunian, kumpul bersama, dan diisi berbagai kegiatan keagamaan atau siraman rohani.

Ayat yang menjadi dasar bersilaturahmi ada pada Alquran Surat Annisa ayat 1, "Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim."

Makna silaturahmi bisa sebatas mengadakan pertemuan keluarga atau pertemuan warga dan satu sama lainnya, serta saling mengenalkan hubungan kekerabatan. Kegiatan atau cara seperti itu mempunyai nilai positif.

Namun yang disebut silaturahmi tidak sebatas itu saja. Bukan hanya memperkuat hubungan kekerabatan semata. Tetapi yang lebih esensial adalah bagaimana memperkuat hubungan keimanan, ketakwaan pada lingkungan keluarga masing-masing.

Dalam tafsir Ibnu Katsir ada sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Jarir, Rasulullah SAW, bersabda, "Nanti di hari kiamat di antara hamba-hamba Allah ada sekelompok orang yang mendapat tempat istimewa di surga. Mereka itu bukan para nabi juga bukan syuhada, malah para nabi dan syuhada tertarik dengan kedudukan mereka di sisi Allah pada hari kiamat."

Mendengar pernyataan itu, para sahabat semangat untuk bertanya, "Ya Rasulullah, manusia macam apakah yang akan mendapat tempat istimewa di surga?" Nabi tidak menyebut nama juga kelompok, tapi menyebutkan sifat, mereka yang akan mendapatkan tempat istimewa di surga adalah yang ketika hidupnya di dunia saling mencintai, menyayangi dengan dasar karena Allah (keimanan, keislaman, dan ketakwaan) bukan karena ikatan harta atau keturunan."

Sejarah mencatat, putra Nabi Nuh yang bernama Kan'an oleh Allah ditenggelamkan di lautan banjir besar. Ketika Nabi Nuh meminta pertolongan kepada Allah untuk menyelamatkan anaknya, Allah menjawab, "Wahai Nuh, dia (Kan'an) bukan keluargamu!". Ahli tafsir memaknai karena dia (Kan'an) tidak beramal saleh seperti bapaknya (Nuh).

Dari sejarah ini tentu kita dapat belajar, bahwa makna silaturahmi tidak hanya sebatas bersalaman dan mengadakan pertemuan. Namun yang paling penting adalah bagaimana memperkokoh kualitas keimanan, keislaman, dan ketakwaan dalam lingkungan keluarga, sehingga menjadi manusia yang bertakwa.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Alquran Surat Ath-Thuur ayat 21 yang artinya: "Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya".

Mudah-mudahan Allah senantiasa menjaga dan memelihara silaturahmi, khususnya di lingkungan keluarga masing-masing. Wallahualam bi shawab.
(Penulis adalah Kepala Seksi Urusan Agama Islam pada Kementerian Agama Kota Bandung)**
Galamedia jumat, 09 september 2011
Oleh : Drs. H. Ali Abdul Latief, M.Si.

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment