-

Thursday, March 01, 2012

Adab Bertamu ala Rasulullah

Sungguh indah jika setiap Muslim bersedia menghormati hak-hak sesamanya, baik hak yang bersifat individu maupun kekeluargaan.

Dengan saling menghormati, maka tiap Muslim akan merasa dirinya ada dalam lingkup yang benar-benar islami. Sebab, Islam membawa ajaran damai. Kedamaian yang semestinya dirasa oleh tiap insan beriman melalui sikap saling menghormati, termasuk adab saat bertamu.

Bertamu, hal yang sepertinya sepele terkadang jarang diperhatikan tata cara maupun adabnya oleh kita yang mengaku beriman pada Allah SWT dan Rasulnya. Adab bertamu sebagaimana yang diajarkan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, memiliki beberapa nilai-nilai etika.

Sebagaimana dikisahkan dalam beberapa hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim. Ketiga adab tersebut di antaranya: Pertama, kembali pulang jika telah tiga kali ketuk sang pemilik tak membuka pintu. Seperti pada hadits berikut ini.

Dari Abu Said Al-Khudriy RA, ia berkata, “Ketika aku di majelis sahabat Anshar tiba-tiba, datang Abu Musa bagaikan orang ketakutan, lalu berkata, 'Aku datang ke rumah Umar dan mengetuk tiga kali, tetapi tidak diizinkan (dibukakan) maka aku kembali (pulang). Tiba-tiba Umar memanggil aku kembali dan bertanya, 'Mengapa engkau kembali?' Jawabku, 'Aku telah mengetuk sebanyak tiga kali, dan tidak engkau bukakan pintu, maka aku kembali, sedang Rasulullah bersabda, 'Jika seorang meminta izin (mengetuk pintu) sampai tiga kali namun tak ada jawaban, hendaklah ia kembali (pulang).' Khalifah Umar tercengang, sebab ia belum mendengar langsung hadits tersebut dari Rasulullah SAW. Umar pun akhirnya turut ke majelis dan mendapatkan kesaksian dari Ubay bin Ka’ab bahwa dialah yang telah mendengar hadits perihal adab bertamu langsung dari Rasulullah.” (HR. Bukhari Muslim)

Mari kita simak petikan hadits tersebut, alurnya adalah Abu Musa yang hendak bertandang ke rumah Khalifah Umar. Ia telah mengetuk pintu hingga tiga kali, namun tak kunjung dibukakan pintu. Abu Musa pun kembali, meski mungkin kabar yang akan disampaikan Abu Musa cukup penting. Namun, karena patuhnya Abu Musa terhadap tuntunan Rasulullah Saw, ia pun kembali.

Kedua, Tidak menjawab “Aku” saat pemilik rumah bertanya, “Siapa?” Seperti pada hadits Rasulullah SAW dari Jabir. Ia berkata, “Aku datang ke rumah Nabi SAW untuk membayar hutang ayahku, maka aku mengetuk pintu. Lalu Rasulullah SAW bertanya, 'Siapa?' Aku menjawab, “Aku.” Maka Rasulullah bersabda, 'Aku, aku,' seolah-olah Nabi SAW kurang suka dengan jawaban, “Aku.” (HR Bukhari Muslim).

Ketiga, haramnya melihat (melongok) ke dalam rumah orang lain. Dari Sahl bin Sa’ad As-Saidi, ia berkata, "Ada seorang mengintai dari lubang di pintu rumah Rasulullah SAW sedang di tangan Rasulullah SAW ada sisir besi yang beliau gunakan untuk menggaruk kepala beliau. Ketika beliau mengetahui ada seseorang yang mengintai, beliau bersabda, 'Andaikan aku mengetahui bahwa ia benar-benar telah mengintai, maka akan aku cocokkan besi ini di kedua matanya.” (HR Bukhari Muslim).

Dalam hadits lain yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Andaikan ada orang mengintai rumahmu tanpa izinmu, kemudian engkau melemparnya dengan batu sehingga tercungkil matanya, maka tiada dosa atasmu.” (HR Bukhari Muslim).

Demikianlah adab bertamu ala teladan sejati kita, Rasulullah SAW. Semoga kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, agar terciptalah sikap saling menghargai untuk menghindari fitnah yang mungkin akan terjadi jika kita kurang menjaga adab bertamu, serta menjaga hak-hak sesama manusia.
Oleh Ina Salma FebrianyOleh Ina Salma Febrian
sumber : www.republika.co.id

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment