-

Tuesday, July 31, 2012

Puasa Dapat Keluarkan Racun dari Tubuh



Cobalah ingat-ingat. Dalam beberapa hari terakhir apakah Anda sering sakit kepala? Terganggu oleh sariawan? Kulit bermasalah? Tubuh cepat lelah? Jika iya, berhati-hatilah. Menurut Andang Widhawari Gunawan, konsultan gizi dan penggagas Food Combining, kondisi itu menandakan adanya tumpukan toksin di dalam tubuh Anda.

Toksin atau racun, tentu harus dikeluarkan dari tubuh. Jika jumlahnya sudah berlebih, ia akan menumpuk dan menyebabkan toksemia (kondisi keracunan dalam darah). Jangan aggap enteng toksemia sebab ia berkaitan dengan hampir semua penyakit degeneratif.

Penjelasan singkatnya begini: Sel-sel tubuh kita memperoleh makanan dari darah, sedangkan darah memperolehnya dari usus. Usus menyerap makanan dari setiap zat yang kita konsumsi. Jika ada racun dalam saluran usus, racun akan terserap dan ikut beredar bersama darah ke setiap sel-sel tubuh.

Racun bisa berasal dari dalam (endogenus) atau dari luar (eksogenus). Yang dari dalam misalnya sisa metabolisme, radikal bebas, produksi hormon berlebihan akibat stres, gangguan fungsi hormon, dan bakteri penyakit yang sudah ada di dalam tubuh. Jadi, makanan yang kita konsumsi untuk mencukupi kebutuhan gizi ternyata mengandung racun terselubung yang tidak kita sadari. Sedangkan faktor eksogenus diantaranya polutan, obat-obatan, hormon pada ternak, produk susu, makanan yang diproses, lemak trans, dan mikroba.

Sebenarnya tubuh sudah memiliki mekanisme sendiri dalam menangani toksin ini. Berkeringat, berkencing, dan buang air besar merupakan detoksifikasi atau pengeluaran racun dari tubuh secara alamiah. Hanya saja, cara ini tidak serta merta menuntaskan masalah. Ada saja penyebab yang membuat mekanisme alamiah tadi terganggu.

"Bayangkan saja jika sehari saja kita mengalami gangguan buang air besar. Atau tidak lancar. Berarti tubuh kita menyimpan racun satu hari. Jika berhari-hari otomatis racun menumpuk dan mengendap. Jadi, melalui buang air atau berkeringat saja ternyata tidak cukup," jelas Andang. Untuk itulah kita harus melakukan detoksifikasi secara berkala.

Perbanyak konsumsi sayur

Detoksifikasi yang benar merupakan jawaban bagi tubuh untuk memperoleh zat-zat gizi yang tepat dan memberi kesempatan tubuh untuk lebih leluasa melakukan pembuangan. Organ yang berperan dalam proses detoksifikasi adalah liver dan saluran usus.

Detoksifikasi yang hanya fokus pada pengeluaran racun saja sangat berbahaya sebab memberi tekanan pada kedua organ tadi. Jadi, selain mengeluarkan racun, detoksifikasi juga harus memberi makanan dan mendukung kerja organ-organ tadi.

Ada dua sistem detoks. Yang pertama detoks xenobiotik, yakni proses menetralisir toksin dari bahan kimia dan logam berbahaya yang berasal dari makanan dan udara. Sistem kedua adalah detoks antioksidan yang membersihkan zat reaktif terhadap oksigen atau radikal bebas seperti sinar ultraviolet, rokok, dan asap hasil pembakaran.

Sesungguhnya, puasa yang telah dilakukan bulan Ramadhan merupakan cara mudah dan aman berdetoks. Detoksifikasi sebaiknya dilakukan sekali dalam setahun selama 30 - 40 hari. Ini hanya ancar-ancar saja.

Semakin kita tidak sehat tentu semakin sering dan lama waktu yang diperlukan untuk proses detoksifikasi. Agar tidak kaget jika harus berpuasa selama 30 - 40 hari, berlatihlah untuk berpuasa dua hari dalam seminggu.

Saat berpuasa, secara alamiah usus akan membersihkan diri. Di saat yang sama, organ tubuh lainnya seperti hati dan lambung akan beristirahat. Hati - organ terbesar dalam tubuh - memang memiliki tugas yang berat.

Hati menjadi tempat menyaring segala sesuatu yang dikonsumsi maupun dihirup manusia, termasuk yang diserap dari permukaan kulit. Dengan berpuasa, tentu ada jeda sekian jam bagi hati untuk beristirahat. Sedangkan lambung merupakan keranjang makanan yang tidak protes meski yang masuk adalah makanan "jelek".

Bagi pemula, mulailah melakukan proses detoksifikasi dengan lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah segar. Jenis makanan ini memiliki kandungan air dan serat yang tinggi sehingga membantu melancarkan pembuangan racun dari usus. Di samping itu juga sarat dengan vitamin, mineral, dan antioksidan yang sangat diperlukan organ-organ pendetoks tadi.

Selanjutnya lakukanlah puasa dan jika membutuhkan, asuplah suplemen khusus detoks. Dalam memilih suplemen, sebaiknya yang mengandung bahan makanan organik. Kurangi semua makanan pembentuk asam selama 3 - 7 hari sebelum melakukan detoks.

Begitu juga selama menjalani puasa, tahan dulu keinginan untuk mengonsumsi makanan pembentuk asam tadi. Makanan pembentuk asam adalah makanan yang mengandung protein (hewani), pati, dan lemak (untuk lengkapnya lihat boks). Efek bagi tubuh adalah munculnya asidosis, yakni penurunan keasaman darah (di bawah 7,35).

Proses pengeluaran racun pada awalnya terasa lamban. Terlebih bila racun sudah terbentuk lama. Proses pengeluarannya juga butuh waktu lama. Proses detoksifikasi yang baik memang butuh waktu, tapi hasilnya lebih tahan lama. Jangan terkejut dengan perubahan di dalam tubuh saat menjalani detoksifikasi. Dalam terapi pengobatan alami, reaksi tubuh seperti ini disebut sebagai healing crisis.

Bentuk dan manifestasinya berbeda-beda tiap orang. Beberapa contoh misalnya warna urine berubah menjadi lebih keruh dan berbau menyengat; sering kentut dengan bau sangat menusuk; pusing, mual, nyeri sendi/otot, batuk atau flu; dan kotoran banyak disertai dengan mukus atau lendir yang cukup pekat.

Puasa 40 hari

Reaksi tadi biasanya muncul pada hari ketiga dan tidak berlangsung lama. Paling beberapa hari saja. Saat healing crisis muncul, jangan mengonsumsi obat-obatan apa pun. Jika tidak yakin dengan apa yang Anda rasakan, lebih baik berkonsultasi dengan ahli terapi nutrisi atau dokter yang mengerti soal terapi nutrisi.

Untuk mengatasi reaksi detoks, lakukanlah hal-hal berikut. (a) Istirahat di tempat sejuk dan memiliki sirkulasi udara yang baik. (b) Tidak berpanas-panas di bawah terik matahari. (c) Tidak melakukan aktivitas yang menghabiskan energi seperti berjalan jauh, olahraga berat, atau berhubungan seksual. (d) Sering minum, tetapi hanya boleh minum air putih dan jus buah segar. Warna urin yang keruh boleh jadi karena tubuh kekurangan cairan.

Selama krisis penyembuhan tadi, hindari makanan berat seperti daging, nasi, dan makanan berlemak. Begitu juga dengan paparan pestisida. Yang terpenting, bersabarlah. Apalagi bagi mereka yang racunnya sudah terbentuk sejak lama tentu butuh waktu lama juga untuk membersihkannya. Bayangkan saja ketika Anda harus membersihkan kerak kotoran yang sudah lama menempel di lantai kamar mandi.

Proses detoksifikasi sendiri memang berliku. Ada lima tahapan yang berlangsung dalam 40 hari. Tahap pertama berlangsung selama dua hari. Pada tahap ini kadar gula darah turun sampai di bawah 70 mg/dl. Untuk kembali normal, glikogen dari lever diubah menjadi glukosa dan dilepaskan ke darah. Glikogen juga bisa diambil dari otot, yang berakibat tubuh menjadi lemas.

Untuk menghemat energi maka Basal Metabolic Rate (BMR) turun sehingga denyut jantung melambat dan tekanan darah pun turun. Healing crisis muncul pada tahap ini: sakit kepala, pusing, mual, nafas bau, mata berkabut, dan lidah terasa tebal. Tahap ini mungkin ditandai dengan rasa lapar yang sangat kuat.

Tahap kedua yang berlangsung pada hari ketiga sampai hari ketujuh, tubuh sudah mulai menyesuaikan diri dengan kondisi puasa. Sistem pencernaan istirahat dan memusatkan energinya pada pembersihan dan penyembuhan. Lemak diurai untuk melepas gliserol yang akan diubah menjadi gliserol. Oskidasi lemak menghasilkan keton-keton yang menekan selera makan.

Kulit pun lebih berminyak (bahkan bisa muncul jerawat atau bisul) karena lemak-lemak rusak mulai dikeluarkan dari dalam tubuh. Organ-organ pembersihnya pun mulai diperbaiki, termasuk paru-paru. Jadi, kalau paru-paru terasa nyeri jangan takut. Perbaikan juga menyentuh usus besar sehingga plak pada dindingnya mulai lunak dan lepas. Nafas masih bau dan lidah masih terasa tebal.

Seminggu kemudian (hari ke-8 sampai ke-15) merupakan tahap ketiga, ditandai dengan peningkatan energi, pikiran lebih jernih, dan tubuh terasa lebih fit. Bekas luka lama mungkin menganggu dan menimbulkan nyeri karena kemampuan menyembuhkan dari tubuh meningkat selama proses detoksifikasi ini. Sel-sel darah putih mengeluarkan zat yang dapat melarutkan sel-sel mati.

Zat inilah yang menimbulkan rasa nyeri pada saraf di sekitar bekas luka tadi. Nyeri ini justru menjadi penanda bahwa proses penyembuhan hampir mencapai finish. Nyeri dan tegang juga muncul pada otot akibat iritasi toksin, terutama di kaki sebab toksin berkumpul di kaki. Persoalan lain yang muncul pada tahap ini adalah sariawan akibat bakteri berlebihan di mulut. Penyelesaiannya gampang: kumur dengan air garam.

Sisa hari sampai detoksifikasi selesai adalah tahap keempat. Tubuh sudah beradaptasi dengan proses detoks sehingga energi pun meningkat dan pikiran lebih jernih. Pikiran jernih mungkin terasa setelah hari ke-20. Emosi menjadi stabil, daya ingat dan konsentrasi meningkat.

Tubuh telah bekerja pada kapasitas maksimum dalam mengganti sel-sel yang rusak. Keseimbangan homeostatik mencapai tingkat optimal. Sistem getah bening sudah bersih, namun lendir bisa saja masih keluar melalui hidung dan tenggorokan. Gangguan nafas sudah hilang, begitu juga lidah sudah normal, berwarna merah muda. Jadi, sudah pede lagi.

Tahap kelima adalah buka puasa. Saat berbuka ini, makanan yang masuk akan melepaskan plak pada dinding usus yang sudah meluak. Toksin masuk ke darah dan keluar dari tubuh melalui usus besar.

Empedu membuang ampasnya melalui cairan emped dalam jumlah besan dan menyebabkan ingin segera buang air besar setelah makan. Mungkin saja diikuti dengan diare. Jika tak nyaman bisa dibantu dengan colon hydrotherapy.

Memang panjang dan tak nyaman (sepertinya) proses detoksifikasi. Namun ingatlah manfaat setelah itu: kulit menjadi bersih, sehat, kencang, dan lembut; berat badan turun; daya ingat meningkat; kadar gula darah, tekanan darah, fungsi liver, dan ginjal menjadi lebih baik; gejala-gejala penyakit seperti alergi, sakit kepala, kembung, dan sebagainya hilang; dan masih banyak lagi.

Jadi, mengapa tak diteruskan puasanya? Atau yang belum berpuasa, bisa berlatih puasa. (*)
sumber kompas.com

Jembatan Selat Sunda

DARI sisi kelancaran transportasi dan percepatan pembangunan sarana fisik, proyek Jembatan Selat Sunda (JSS) yang akan menghubungkan pulau Jawa dan Sumatera, mungkin banyak manfaat dibanding madaratnya. Namun demikian, dampak yang ditimbulkan merembet pada aspek-aspek lainnya seperti masalah sosial budaya yang sulit diukur secara materi. Belum lagi kalau diperhitungkan nilai investasi yang dikeluarkan yang begitu besar, yang berasal dari sumber permbiayaan pihak ketiga dan dipastikan akan membebani Negara dan rakyat di masa depan. Karena itu, kalkulasinya tidak cukup dengan menggunakan pendekatan fisis determinisme, akan tetapi sebaiknya berangkat dari wilayah positivisme.

Fisis determinisme senantiasa mengesampingkan aspek manusia dengan segala karakteristiknya. Dia lebih mengutamakan pembangunan fisik dengan anggapan manusia di sekitarnya akan mengikuti dan menyesuaikan terhadap keadaan yang baru. Persoalan muncul, tatkala kemampuan manusia itu tidak cukup berpendidikan. Pada akhirnya, mereka akan tersisihkan oleh pendatang yang lebih kapabel. Dengan demikian akan muncul situasi yang menempatkan manusia tersebut sebagai tamu di "negerinya" sendiri. Mereka akan terasing dan termarjinalkan dalam berbagai aspek kehidupan.

Berbeda halnya kalau menggunakan pendekatan positivisme. Pembangunan sarana fisik adalah bagian dari kehidupan sosio-kultural masyarakat sekitarnya. Berbagai kemungkinan diperhitungkan, termasuk upaya-upaya mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh pembangunan sarana fisik tersebut. Karena itu, perencanaannya bersifat sistemik dan holistik. Manakala muncul persoalan baru, maka seluruh stakeholder terlibat dalam pemecahan dan solusinya. Hasilnya, tentu akan mampu menekan dampak negatif dan konflik ekonomi, sosial, budaya, maupun politik.

Kelemahan pendekatan positivisme seringkali dianggap lambat dan ruwet. Namun dia lebih aplikatif dan relasional. Sebaliknya, pendekatan fisis determinisme lebih cepat dan monumental, walaupun seringkali tidak mampu mewujudkan social cohesiveness (kesatuan sosial). Penentuan pendekatan yang dipakai sejatinya harus berdasarkan hakikat dasar pembangunan itu sendiri, yaitu pembangunan manusia Indonesia yang beradab. Bukan melahirkan bangsa sebagai the beggar nation (bangsa peminta-minta). Kita ingin masa depan masyarakat Indonesia berasaskan prinsip "dari, oleh, dan untuk masyarakata Indonesia". Artinya, kemajuan dan pemkembangan sarana fisik pembangunan berkorelasi positif dengan kemajuan manusianya.

Hal yang lebih mengerikan apabila pembangunan sarana fisik tersebut dipandang dari sudut project oriented, yang hanya menguntungkan segelintir masyarakat pribumi maupun non pribumi. Hal ini akan mewariskan sikap mental ketergantungan bangsa yang lebih besar di masa depan. Nilai-nilai kreatif dan mandiri akan semakin jauh dan langka, sehingga idealisme, patriotisme, dan nasionalisme semakin tergerus oleh roda liberalisme yang mengedepankan materi dan mengesampingkan humanisme.

Ke depan, kita harus mulai mengaplikasikan pembangunan berbasis budaya. Artinya, segala sesuatu yang dilakukan harus mempertimbangkan karakteristik dan potensi kultural yang dimiliki, sehingga akan mampu menghindarkan diri dari konflik internal maupun eksternal sebagai akibat proses pembangunan itu. Harapannya, optimalisasi hasil-hasil pembangunan akan terjadi dan merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Bukan mengasingkan masyarakat sebagai pemilik negeri ini.

Kegagalan pendekatan fisis determinisme pernah dialami oleh Brazil tahun 70-an melalui pemeranan modal asing yang spektakuler untuk industrialisasi negerinya. Oleh karena aspek pembangunan manusianya terabaikan, mereka hanya menjadi buruh dan pekerja. Kemampun manajerial sama sekali tidak tersentuh. Akibatnya, tatkala dilakukan kebijakan nasionalisasi industri tersebut hanya kebangkrutan yang dialami. Masyarakat sudah terlanjur konsumtif dan materialis sehingga menimbulkan masalah sosial yang semakin kompleks.

Tanah air tercinta adalah negara besar yang kaya sumbedaya alam. Untuk memberdayakannya, harus diawali dengan pembangunan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan begitu, kita akan memiliki kemampuan yang handal dalam berbagai aspek kehidupan termasuk melakukan konservasi dan promosi budaya yang dimiliki. Pada tataran yang lebih jauh, budaya itu dapat dijadikan sebagi media dilpomasi, penyusunan kebijakan dan pendidikan manusia Indonesia yang berkarakter.

Dalam konteks pembangunan jembatan Selat Sunda, mungkin perlu dilakukan langkah-langkah reinventarisasi, reinterpretasi, dan reformulasi budaya masyarakatnya. Dengan demikian, tatkala jembatan ini berfungsi tidak menimbulkan kesenjangan antara sarana fisik dan kondisi sosio-ekonomi-kultural di dalamnya. Wallohu a'lam.
Oleh : H.M. AHMAN SYA
(Penulis adalah geograf dan Rektor Universitas BSI Bandung)**
Galamedia
senin, 16 juli 2012 00:38 WIB

Monday, July 30, 2012

Kunclung, Seni yang Terlupakan



DAERAH Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung ternyata memiliki sejumlah seni tradisional yang sangat unik dan menarik. Salah satunya yakni seni kunclung. Kesenian ini merupakan kesenian khas masyarakat Cileunyi, khususnya masyarakat di Desa Cileunyi Wetan yang merupakan masyarakat huma. Tidak heran jika kesenian ini ditampilkan tatkala menjelang panen padi huma maupun saat akan menanam padi huma.

Beruntung penulis bisa menyaksikan kesenian yang terbilang langka ini beberapa waktu lalu. Walaupun sebenarnya menyaksikan seni kunclung ini serbakebetulan alias tidak disengaja. Pasalnya, saat itu belum saatnya panen maupun menanam padi huma. Kala itu, awal bulan Juni 20012 di Desa Cileunyi Wetan tengah digelar sebuah kariaan yang dilakukan warga, yakni Bah Eke yang kedatangan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar, Drs. Nunung Sobari, M.M. yang akan menyaksikan pewarisan seni kacapi janaka yang juga berkembang di daerah itu.

Namun penampilan seni kunclung ternyata mampu menarik perhatian penulis dan masyarakat lainnya. Tertlebih saat itu, seni kunclung dimainkan oleh sejumlah anak-anak kecil usia sekolah dasar. Sementara penarinya dua orang perempuan paruh baya dengan mengenakan kain kebaya berwana hijau muda. Kedua penari perempuan ini terus menari mengikuti irama kunclung atau bilah bambu berukuran besar yang dicowak bagian bawah sekitar 10 cm dari buku ke atas. Alat musik ini sangat khas, namun memiliki kesamaan dengan alat musik angklung dan calung. Jika dipukul, maka bambu ini akan mengeluarkan bunyi yang nyaring sesuai dengan ukuran bambu.

Makanya pada saat memainkannya, anak-anak ini tidak memukul secara berbarengan namun berirama sesuai ketukan alat musik kendang dan gamelan yang dimainkan oleh grup seni Lugay Maung (mamaungan atau sisingaan). Tarian yang dibawakankedua penari perempuan tua ini sangat sederhana namun mengandung isi dan nilai sangat dalam serta mengandung nilai magis. Sehingga siapapun yang menyaksikannya tanpa terasa badannya akan ikut bergerak dan bergoyang.

Sekalipun yang memainkan kesenian itu terbilang masih anak-anak yang tergabung dalam lingkung seni Rineka Cempaka Mekar Wagi, Kp. Nyalindung, Desa Cileunyi Wetan, namun hasil yang disuguhkan seperti kesenian yang dimainkan kalangan orang dewasa.

Tarian panen

Menurut Bah Eke, seni kunclung biasanya dimainkan ketika masyarakat Desa Cileunyi Wetan yang sebagian besar petani huma akan memanen padi huma. Beberapa hari sebelum panen, para petani biasanya menunggu di dangau atau saung yang dibangun di atas bukit untuk menjaga padi huma yang tengah menguning dari gangguan hewan seperti babi hutan. Seni kunclung dimainkan fungsinya pun untuk menakut-nakuti hama babi hutan maupun hama perusak lainnya.

"Selain itu, permainan seni kunlung ini untuk sekedar menghibur diri saat berada di atas huma. Biasanya, seni kunclung dimainkan oleh beberapa orang dan seorang diantaranya bertinda sebagai pemimpin juga sebagai penyanyi yang menyanyi dengan lagu sekenanya, terkadang ngabeluk. Jadi, dulunya seni ini sebagai kalangenan para petani," terangnya.

Sedangkan bambu yang digunakan segala jenis bambu, kecuali bambu yang berukuran kecil. Namun bambu gombong dan bambu hitam yang paling bagus. Selain kuat, ukurannya pun sangat besar. Untuk bisa dibuatkan alat musik kunclung, bambu ini harus dikeringkan secara alama selama satu bulan lebih. "Ini dilakukan agar kadar airnya berkurang. Bambu yang kering sangat mudah dan enak dibuat alat musik, sehingga suara yang dihasilkan tidak akan berubah," paparnya.

Sementara ukuran bambu sangat variatif, mulai dari ukuran 50 cm hingga 2500 cm. "Itu semua tergantung luas buku bambu. Karena bambu untuk kunclung tidak boleh ada buku di tengah-tengahnya," ujarnya lagi.
(kiki kurnia/"GM")**
minggu, 24 juni 2012 01:54 WIB

Sunday, July 29, 2012

RSBI/SBI dan Problematika Kebahasaan



SEKOLAH Bertaraf Internasional (SBI) dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) cenderung menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajarnya. Dewasa ini, banyak diributkan oleh sebagian pihak agar sekolah tersebut dibubarkan. Hal itu bukan saja berkaitan dengan biayanya yang mahal, namun berkaitan dengan bahasa pengantar yang digunakannya, yaitu bahasa asing.

Berkaitan dengan bahasa asing yang cenderung digunakan di dunia pendidikan, sebenarnya bukan hal yang baru. Semenjak negeri ini mengenal pendidikan formal, Ratu Wilhelmina di Belanda tahun 1901 mengeluarkan instruksi agar di Indonesia diselenggarakan pendidikan sebagai upaya balas budi atau politik etis, notabene bahasa pengantar dalam kegiatan belajarnya menggunakan bahasa Belanda.

Sementara itu, di sekolah-sekolah yang berlabelkan Islam, seperti Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur yang didirikan tanggal 20 September 1926, menggunakan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar pendidikannya. Diikuti oleh sekolah-sekolah yang berada dalam naungan pesantren-pesantren modern ala Gontor di seluruh Indonesia, termasuk di Jawa Barat. Di antaranya Pondok Modern Al-Basyariah (Cigondewah dan Arjasari, Kab. Bandung), Pondok Pesantren Moderen Al-Ihsan (Baleendah, Kab. Bandung), Pondok Pesantren Baitul Arqom (Ciparay, Kabupaten Bandung), dan Pondok Pesantren Putra/Putri Sumur Bandung (Cililin, Kabupaten Bandung Barat).

Meski menggunakan bahasa asing, namun pesantren-pesantren modern tersebut tetap mengusung multilingual, terlebih bahasa nasional dan bahasa daerah. Hal itu terungkap dalam dalam novel Negeri Lima Menara karangan Ahmad Puadi yang menggambarkan proses kehidupan di Pondok Modern Gontor yang disamarkan menjadi Pondok Madani.

Ketika berkaca kepada para pendahulu kita pun, termasuk para pahlawan bangsa, tidak sedikit di antara mereka yang mengusai banyak bahasa, yaitu bahasa daerah, nasional, dan beberapa bahasa asing. Di antaranya K.H. Agus Salim, Oto Iskandar Di Nata, dan Ir. H. Djuanda. Namun, rasa nasionalisme dan jiwa patriot mereka tetap berkobar tanpa melupakan kedaerahan mereka sebagaimana semboyan negara kita Bhineka Tunggal Ika.

Namun, disayangkan bahasa yag digunakan di SBI dan RSBI cenderung tidak mengusung semboyan Bhineka Tunggal Ika. Bahasa Inggris yang lebih ditonjolkan daripada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, terlebih lagi bahasa daerah.

Dengan demikian, sebenarnya untuk menjawab kegalauan sebagian masyarakat tentang SBI dan RSBI, bagi Kemendikbud ada dua kunci utama. Pertama, biaya sekolah yang tidak mahal sehingga masyarakat berekonomi rendah pun dapat bersekolah di situ. Kedua, penggunaan bahasa yang tidak membunuh bahasa nasional, bahasa daerah, dan kebudayaan lokal.

Problematika

Tentang penggunaan bahasa di luar sekolah maupun di lingkungan sekolah, sampai saat ini wacana yang mengemuka adalah bahasa daerah merasa terlindas oleh bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa persatuan. Bahasa Indonesia merasa terlindas oleh bahasa asing yang dianggap oleh sebagian orang lebih keren dan sebagai penunjuk status sosial. Bagi mereka tidak afdal kalau berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia tanpa diselingi bahasa atau istilah asing, bahkan merasa bagaikan khotbah tanpa dalil naklinya.

Di sisi lain, arah politik Indonesia yang berkiblat ke barat dan dengan sistem ekonomi kavitalisme mendorong masyarakat untuk lebih memacu diri dalam meningkatkan kemampuan berbahasa asing. Pengkerucutan citra yang muncul adalah dengan mampu berbahasa asing, maka akan mudah meraih lapangan pekerjaan. Selain itu, mempunyai perasaan bahwa telah menempatkan dirinya sebagai individu, komunitas atau lembaga yang telah maju.

Klimaks ketegangan antarbahasa, tampak ketika para tokoh bahasawan mendorong pemerintah untuk melegitimasi pengukuhan keberadaan bahasa lokal dan nasional. Bahasa nasional sebagai bahasa persatuan yang telah lama memancuh di negeri ini dalam ikrar sumpah pemuda pada butir ketiga dan sebagai pengikat NKRI melalui bahasa (bahasa persatuan). Keberadaannya lebih dikukuhkan lagi dengan UU RI Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa, dan lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

Sementara bahasa daerah sebagai ruh kebudayaan daerah dan penyangga bahasa nasional dikukuhkan keberadaannya melalui perda. Di Bandung dengan adanya perda dari pemprov. Jabar No. 5/2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah dan Perda Pemkot Bandung tentang penggunaan, pemeliharaan, dan pengembangan bahasa, sastra, dan aksara Sunda yang ditetapkan melalui sidang paripurna di gedung DPRD Kota Bandung, Senin, 28 Mei 2012.

Bahasa daerah di antaranya berfungsi sebagai pemelihara kebudayaan daerah, alat komunikasi satu etnis, dan pemasok khazanah bahasa nasional. Adapun bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa resmi negara, dan bahasa persatuan yang digunakan antaretnis, digunakan pula dalam proses belajar mengajar dan rapat dinas. Adapun bahasa asing berfungsi sebagai bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan warga bangsa lain dan alat pengkajian keilmuan yang berasal dari luar negeri.

Hanya saja timbulnya kekhawatiran terlindasnya bahasa daerah oleh bahasa nasional dan bahasa nasional oleh bahasa asing, karena bahasa-bahasa tersebut tidak ditempatkan sesuai fungsinya masing-masing. Untuk itu perlu kesadaran berbagai pihak, baik secara individu atau pun lembaga dalam menggunakan ketiga jenis bahasa tersebut sesuai dengan fungsinya masing-masing.

Di sekolah, misalnya. Di luar jam mengajar dan dalam proses belajar mengajar pelajaran bahasa daerah, maka dapat menggunakan bahasa daerah. Sedangkan dalam proses belajar mengajar secara umum, menggunakan bahasa nasional. Bahasa asing dapat digunakan ketika pelajaran bahasa asing tersebut serta waktu tertentu untuk melancarkan bahasa asing dan berkomunikasi ketika ada kunjungan orang asing apabila dipandang perlu menggunakannya.

Berdasarkan hal di atas. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang sudah teruji kemampuannya dalam mentransfer ilmu dan mencetak prilaku siswa ke arah yang lebih baik, dapat memulai pengklasifikasian penggunaan ketiga bahasa tersebut. Hal itu karena ketiga bahasa itu bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai khazanah peradaban manusia yang perlu dijaga keberadaan dan perkembangannya. RSBI/SBI seharusnya dapat menjadi percontohan tentang penggunaan ketiga jenis bahasa tersebut. Pada akhirnya, RSBI/SBI secara lokal berakar dan secara internasional berpucuk, bahkan sampai berbuah yang lezat untuk dinikmat seluruh kalangan.
(Penulis Staf Teknis Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat)**
Galamedia
jumat, 13 juli 2012 01:46 WIB
Oleh : ASEP JUANDA

Saturday, July 28, 2012

Inilah 9 Makna Penting Ramadhan



Kata “Ramadhan” merupakan bentuk mashdar (infinitive) yang terambil dari kata ramidhayarmadhu yang pada mulanya berarti membakar, menyengat karena terik, atau sangat panas. Dinamakan demikian karena saat ditetapkan sebagai bulan wajib berpuasa, udara atau cuaca di Jazirah Arab sangat panas sehingga bisa membakar sesuatu yang kering.

Selain itu, Ramadhan juga berarti ‘mengasah’ karena masyarakat Jahiliyah pada bulan itu mengasah alat-alat perang (pedang, golok, dan sebagainya) untuk menghadapi perang pada bulan berikutnya. Dengan demikian, Ramadhan dapat dimaknai sebagai bulan untuk ‘mengasah’ jiwa, ‘mengasah’ ketajaman pikiran dan kejernihan hati, sehingga dapat ‘membakar’ sifat-sifat tercela dan ‘lemak-lemak dosa’ yang ada dalam diri kita.

Ramadhan yang setiap tahun kita jalani sangatlah penting dimaknai dari perspektif nama-nama lain yang dinisbatkan kepadanya. Para ulama melabelkan sejumlah nama pada Ramadhan.

Pertama, Syahr al-Qur’an (bulan Alquran), karena pada bulan inilah Alquran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kitab-kitab suci yang lain: Zabur, Taurat, dan Injil, juga diturunkan pada bulan yang sama.

Kedua, Syahr al-Shiyam (bulan pua sa wajib), karena hanya Ramadhan me ru pakan bulan di mana Muslim diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Dan hanya Ramadhan, satu-satunya, nama bulan yang disebut dalam Alquran. (QS al-Baqarah [2]: 185).

Ketiga, Syahr al-Tilawah (bulan membaca Alquran), karena pada bulan ini Jibril AS menemui Nabi SAW untuk melakukan tadarus Alquran bersama Nabi dari awal hingga akhir. Keempat, Syahr al-Rahmah (bulan penuh limpah an rahmat dari Allah SWT), karena Allah menurunkan aneka rahmat yang tidak dijumpai di luar Ramadhan. Pintu-pintu kebaikan yang mengantarkan kepada surga dibuka lebar-lebar.

Kelima, Syahr al-Najat (bulan pembebasan dari siksa neraka). Allah menjanjikan pengampunan dosa-dosa dan pembebesan diri dari siksa api neraka bagi yang berpuasa karena iman dan semata-mata mengharap ridha-Nya. Ke enam, Syahr al-’Id(bulan yang berujung/ berakhir dengan hari raya). Ramadhan disambut dengan kegembiraan dan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri yang penuh kebahagiaan juga, termasuk para fakir miskin

Ketujuh, Syahr al-Judd (bulan kedermawanan), karena bulan ini umat Islam dianjurkan banyak bersedekah, terutama untuk meringankan beban fakir dan miskin. Nabi SAW memberi keteladanan terbaik sebagai orang yang paling dermawan pada bulan suci.

Kedelapan, Syahr al-Shabr (bulan kesabaran), karena puasa melatih seseorang untuk bersikap dan berperilaku sabar, berjiwa besar, dan tahan ujian.

Kesembilan, Syahr Allah (bulan Al lah), karena di dalamnya Allah melipatgandakan pahala bagi orang berpuasa.

Jadi, Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna yang kesemuanya bermuara kepada kemenangan, yaitu: kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan hawa nafsu, egositas, keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagai bulan jihad, Ramadhan harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan kesalehan individual serta sosial.
Oleh: Muhbib Abdul Wahab
sumber : www.republika.co.id

Friday, July 27, 2012

Empat Anugerah yang Membahagiakan

Rasulullah SAW bersabda, “Empat perkara yang jika dianugerahkan kepada seseorang, maka sungguh ia telah dianugerahi kebaikan dunia dan akhirat, yaitu lidah yang berdzikir, hati yang bersyukur, tubuh yang sabar atas cobaan dan istri salehah yang tidak berkeinginan mengkhianati suaminya baik terhadap dirinya maupun harta suaminya.” (HR. Tirmidzi).

Empat anugerah tersebut keseluruhannya masuk dalam kasb (upaya) manusia. Masing-masing anugerah berdiri sendiri dan memerlukan berbagai tahapan pelatihan dan pembiasaan diri dalam proses pengintegrasiannya.

Jika keempat-empatnya menghiasi seseorang, maka sungguh ia telah mendapatkan kebaikan dunia-akhirat yang lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan apa yang diusahakan berupa harta-benda, peternakan, perkebunan, pertambangan dan lain sebagainya.

Pertama, lidah yang berdzikir. Banyak orang mukmin lupa berdzikir, Allah SWT telah memerintahkan dalam banyak firman-Nya. Pengingatan yang besar kita lakukan melalui rangkaian shalat lima waktu dan shalat sunah, sedangkan pengingatan yang kecil melalui dzikir dan syukur.

Perintah Allah untuk berdzikir pun bukan hanya dzikir ala kadarnya atau sedikit berdzikir sebab dzikir yang sekedarnya, sedikit dan dipamerkan itu adalah aktivitas orang-orang munafik (QS. An-Nisaa’: 142). Allah memerintahkan kita untuk mengingatnya tanpa batas, tanpa hitungan dan semata-mata untuk diri-Nya sebagai bentuk syukur kita kepada-Nya (QS. Al-Ahzaab: 41).

Sampai-sampai dalam setiap waktu dan keadaan diharapkan lidah kita senantiasa basah karena berdzikir sebagaimana anjuran Rasulullah SAW, “Dan hendaklah lidahmu senantiasa basah karena dzikir kepada Allah.” (HR. Tirmidzi).

Kedua, hati yang bersyukur. Dzikir dan syukur adalah dua aktivitas yang sangat dekat. Mereka yang berdzikir sama dengan mensyukuri nikmat Allah, sebaliknya mereka yang pandai bersyukur sebenarnya sedang mengimplementasikan makna dzikir kepada Allah.

Orang-orang yang pandai bersyukur adalah mereka yang tidak terputus ibadahnya, sebab syukur mereka sudah tidak terbatas lagi jumlahnya sehingga ibadahnya kepada Allah SWT pun pada fase menikmati yang sunah seperti wajib.

Ketiga, tubuh yang sabar terhadap berbagai cobaan. Dunia adalah ladang menuju kehidupan akhirat. Oleh karenanya, tidak akan ada kehormonisan dan kedamaian abadi di dunia. Kunci untuk menjadikan masa depan dunia yang lebih baik adalah berbuat kebaikan dan bersabar. Karena itu pula kehidupan seorang mukmin harus senantiasa menakjubkan karena mereka bersabar dan menerima dengan ikhlas apa pun ketentuan (qadar) Allah SWT yang didasari dengan prinsip menjadi lebih baik.

Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh menakjubkan perkaranya kaum mukmin, dan hal itu tidak terjadi selain kaum mukmin. Jika sedang mendapatkan kebaikan ia bersyukur, maka yang demikian itu baik baginya. Jika sedang memperoleh keburukan ia bersabar, dan yang demikian itu (juga) baik baginya.” (HR. Muslim).

Keempat, istri salehah yang tidak berkeinginan mengkhianati suaminya baik terhadap dirinya maupun harta suaminya. Istri model ini adalah kebaikan yang terwariskan oleh keluarganya yang harus kita pilih. Kita lantas menjadikannya lebih salehah lagi dengan pendalaman dan implementasi agama sehingga membahagiakan jika di pandang, taat pada suaminya, memelihara anak-anak dan harta suaminya pada saat suaminya tidak di rumah.

Dari Abdullah bin Amr bin Ash bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang salehah.” (HR. Muslim).
Oleh: Dr Muhammad Hariyadi, MA
Republika

Thursday, July 26, 2012

Ingat Allah

SAHABAT Rasulullah Umair bin Habib Al-Khatmi ra. biasa berkata, "Iman itu bertambah dan berkurang." Seseorang lalu bertanya, "Apa saja yang menambah dan mengurangi iman?" Jawabannya, "Bila kita mengingat Allah, berdoa pada-Nya, dan mengakui kesempurnaan-Nya, hal itulah yang menambahnya. Bila kita tidak peduli, menyia-nyiakan dan melupakan iman, maka hal itulah membuat iman kita berkurang".

Sementara imam ahlusunnah, Imam Ahmad bin Hanbal saat ditanya tentang apakah iman bertambah dan berkurang, mengatakan, "Iman bisa bertambah sampai mencapai bagian tertinggi dari surga ketujuh. Dan iman juga menurun sampai mencapai bagian terendah dari lorong-lorong tambang di perut bumi."

Kedua riwayat ini dan masih banyak riwayat lainnya menginformasikan kepada kita bahwa iman adakalanya meningkat (naik) dan adakalanya melemah (turun). Tidak ada alat teknologi secanggih apa pun yang mampu mendeteksi kapan naik dan kapan iman turun. Bahkan sangat sulit bagi manusia untuk dapat memberikan nilai nominal sebuah keimanan.

Adapun untuk mengetahui lemahnya iman, di antaranya dengan melihat gemarnya seseorang melakukan perbuatan durhaka dan dosa. Perbuatan yang bagi orang-orang yang kuat imannya merupakan pukulan berat jika telanjur dilakukan.

Tapi jika ini tidak segera diatasi, lambat laun pukulan itu akan sirna. Bahkan pada gilirannya akan muncul rasa nyaman dan bangga dengan. Kalau sudah demikian maka akan muncul sebuah kebiasaan baru, tiada hari tanpa durhaka dan dosa.

Cara lainnya dengan melihat ketekunan beribadah. Seseorang dengan iman yang mantap sehari-harinya akan terpenuhi dengan ibadah. Sehingga diamnya berpikir, ucapannya berzikir, dan langkahnya tak pernah mangkir dari Dzat Yang Mahakabir.

Sebaliknya, orang-orang yang lemah imannya terasa berat menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Seolah-olah mata mereka telah dibutakan, telinganya tuli, mulut terkunci, dan hatinya terhalang dari kebenaran, kejujuran, keadilan, dan kekhusyukan.

Kondisi iman juga bisa diketahui dengan adanya rasa sempit di dada serta perangai dan tabiat yang berubah. Dada terasa sesak akibat sempitnya hati. Perangai dan tabiat terbelenggu hingga memicu emosi dan amarah. Cepat gelisah hanya karena masalah yang remeh. Semua itu merupakan tanda-tanda lemahnya iman.

Terakhir jarang atau tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Alquran. Terjadi erosi iman manakala kalam Ilahi yang suci dikumandangkan tidak terasa menyentuh hati. Ukurlah kembali keimanan kita dengan Alquran.
(Penulis, Kasi Urusan Agama Islam Kementerian Agama Kota Bandung)**
Galamedia
jumat, 04 mei 2012 00:31 WIB
Oleh : Drs. H. Ali Abdul Latief, M.Si.

Wednesday, July 25, 2012

Marhaban, Ya Ramadhan!

Seperti diwartakan dalam banyak hadis sahih, Rasulullah SAW selalu menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Dalam bahasa Arab, kegiatan penyambutan ini dinamai tarhib. Dalam sejumlah sabdanya, Nabi SAW selalu menegaskan kebesaran dan keagungan Ramadhan sebagai bulan penuh berkah (syahrun mubarak) serta bulan yang di dalamnya ada “malam seribu bulan”. (HR Baihaqi dari Salman Al-Farisi).

Kegiatan penyambutan (tarhib) ini penting sebagai manifestasi dari kerinduan kita kepada Ramadhan. Paling tidak ada empat pesan yang bisa dipahami di balik penyambutan ini.

Pertama, filosofi tarhib ini mengindikasikan secara nyata bahwa apa yang disambut, yaitu Ramadhan dan kebaikan yang ada di dalamnya, adalah hal yang sangat istimewa. Karena pada kenyataannya, kita hanya menyambut hal-hal yang besar dan istimewa.

Kedua, secara kejiwaan (psikologi), tarhib memperlihatkan suasana hati yang riang dan gembira. Hal ini disebabkan paling tidak oleh dua hal. Pertama, Ramadhan bisa diibaratkan sebagai “tamu agung” yang mau menemui kita. Kedua, Ramadhan adalah “momentum”, yakni momentum perubahan dan perbaikan diri, baik sebagai individu maupun umat. Sebagaimana diketahui, momentum tak setiap saat datang.

Ketiga, tarhib bermakna memperbarui komitmen atau memasang niat (motivasi) yang kuat. Komitmen ini perlu karena ia menjadi salah satu faktor yang menentukan kualitas kerja dan kesuksesan. “Innama al-a`mal bi al-niy yat.” (HR Muslim dari Umar ibn Al-Khathab).

Sebagian ulama memahami niat (motivasi kerja) sebagai syarat sahnya perbuatan. Sebagian lagi memahami sebagai syarat kesempurnaan. Ada lagi yang memahami sebagai pencipta (penggerak) perbuatan (al-mujid li al-`amal). Menurut pendapat yang ketiga ini, tidak dapat dibayangkan timbul atau lahir suatu tindakan tanpa niat karena ia pencetusnya. Di sinilah pentingnya niat (motivasi).

Kempat, tarhib adalah langkah awal menuju dan meraih prestasi, yaitu takwa. La`allakum tattaqun (QS Al-Baqarah [2]: 183). Penting dicatat, perintah puasa dalam ayat ini diawali dengan seruan indah, “Hai orang-orang yang beriman.” Dalam tafsir ayat al-shaum, Syekh Sayyid Thanthawi, mantan Syekh Al-Azhar, memandang ser an (nida’) ini memiliki makna penting bagi tercapainya prestasi puncak bernama takwa.

Seruan ini, dalam pandangan Thanthawi, dimaksudkan untuk menggerakkan dan menggelorakan semangat iman dalam hati kaum beriman (li tahrik hararat al-iman fi qulub al-mu`minin). Juga dimaksudkan untuk mengingatkan mereka bahwa watak dan karakter dari kaum beriman adalah “mendengar dan patuh” ( al-sam`u wa al-tha`ah). (QS Al-Ahzab [33]: 36).

Watak lain dari kaum beriman adalah jujur dan bersungguh-sungguh (al-shidq). Kesungguhan ini, bagi Ibn Al-Qayyim Al-Jauziyah dalam Madarij Al-Salikin, meliputi tiga aspek sekaligus, yaitu kesungguhan dalam niat seperti dikemukakan (al-shidq fi al-niyyah), kesungguhan dalam kata-kata (al-shidq al-qaul), dan kesungguhan dalam tindakan (al-shidq fi al-`amal). Semoga puasa kita pada tahun ini menjadi lebih baik. Wallahua`lam.
Oleh: A Ilyas Ismail
sumber : www.republika.co.id

Tuesday, July 24, 2012

Berkenalan dengan Kitab Alquran



BULAN Ramadan disebut pula Syahrul Quran. Bulan Alquran. Dalam menyambut Ramadan 1433 Hijrah sekarang, ada baiknya kita berkenalan dengan Alquran, nama khusus bagi kalam (ucapan) Allah SWT, yang diwahyukan kepada hamba-Nya, Muhammad Rasulullah SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Berisi perintah untuk dilaksakan dan larangan untuk ditinggalkan. Menjadi petunjuk bagi orang-orang yang mencari bimbingan dan cahaya bagi orang-orang yang memerlukan penerangan.

Nama-nama yang dilekatkan kepada Alquran mengandung arti tersendiri dalam kaitan peran fungsi Alquran, sebagai jalan hidup dan kehidupan manusia beriman. Imam Jalaluddin as Suyuti (849-911 H/1445-1505 M), penulis kitab "Al Irqan fi Ulumil Quran" memaparkan kl.45 nama Alquran yang disebut di dalam ayat-ayat Quran. Antara lain Busyra, kabar gembira (Q.S. Al Baqarah: 97), Ilmun, ilmu pengetahuan (Q.S. Al Baqarah: 145), Al Urwatul Wutsqa, ikatan yang kuat (Q.S. Al Baqarah: 257), Haqq, sah, benar (Q.S. Ali Imran: 62), Habullah, tali Allah (Q.S. Ali Imran: 103), Bayanul Linnasi, keterangan bagi manusia (Q.S. Ali Imran: 138), Munady, penyeru (Q.S. Ali Imran: 193), Nurum Mubin, cahaya penerang (Q.S. Annisa: 174), Shirathum Mustataqim, jalan lurus (Q.S. Al An'am: 153), Ddzikrum Mubarakun, peringatan yang diberkahi (Q.S. Al Anbiya: 50), Shuhufun Mukarramah, lembaran yang dimuliakan (Q.S. Abasa: 45), Marfu'atun Muthahharah, yang ditinggikan dan disucikan (Q.S. Abasa: 46), Qawlun Fasihun, perkataan yang jelas tegas (Q.S. Ath Thariq : 13).

Orang yang paling baik di antara semua orang adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya (hadis sahih Imam Bukhari). Dan pada hari kiamat, Alquran akan mendatangi para pembacanya untuk memberi syafaat (hadis sahih riwayat Imam Muslim).

Maka sangat dianjurkan membaca Alquran. Sebuah hadis riwayat Imam Baihaqi menyatakan, rumah yang di dalamnya dibacakan Alquran, akan terlihat oleh penduduk langit sebagaimana penduduk bumi melihat bintang-bintang.

Adab membaca Alquran, menurut Imam Suyuti, disunahkan berwudu karena merupakan "zikir" terbaik. Disunatkan pula membaca Alquran di tempat bersih. Paling utama di dalam masjid. Dan sebelum mulai membaca mengucapkan taawudz. Berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk (Q.S. An Nahl: 98).

Membaca secara tartil. Tertib, cermat, tidak tergesa-gesa (Q.s.Al Muazamil: 4). Serta tadabur (memahami) makna ayat yang dibaca, sebab itulah yang menjadi tujuan utama membaca Alquran (Q.S. Shad: 29 dan Annisa: 82).

Disunahkan mendengar bacaan Alquran dari orang lain dan menghentikan pembicaraan masing-masing selama mendengar bacaan itu (Q.S. Al Araf: 204).

Waktu paling utama untuk membaca Alquran adalah di dalam salat, waktu malam dan separuh akhir malam, serta antara magrib dan isya.
Galamedia
jumat, 20 juli 2012 00:25 WIB
Oleh : H. Usep Romli, H.M.

Puasa Ramadhan Mengikis Budaya Malas

Akhir pekan ini, seluruh umat Islam dipastikan sudah menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Hampir seluruh umat Islam yang beriman menjalankan ibadah di bulan penuh berkah ini.

Namun, biasanya kita juga melihat ada yang kontras ketika Ramadhan tiba. Masjid-masjid penuh. Bukan untuk beribadah membaca al-Quran, tetapi banyak umat Islam yang berleha-leha, tidur-tiduran menghabiskan waktu siang mereka.

Produktivitas kerja menurun. Nuansa bermalas-malasan kentara. Seakan-akan puasa menjadi legitimasi sebagian dari kita untuk bermalas-malasan dan mengurangi aktivitas sepanjang menjalankan ibadah puasa. Pengurangan aktivitas itu tentu saja berujung pada berkurangnya kreativitas. Jika demikian terjadi maka sungguh disayangkan.
           
Sepantasnya, Ramadhan menjadi momentum meningkatkan produktivitas dan berkarya, bukan bermalas-malasan.bila dihayati secara mendalam, Ramadhan seperti madrasatun mada al-hayah (madrasah sepanjang hayat) yang berkelanjutan mendidik dan mengedukasi generasi demi generasi setiap tahun. Ramadhan memuat makna-makna iman pada jiwa manusia, mengilhami mereka arti agama yang hanif, dan memantapkan kepribadian Muslim yang hakiki.
           
Kesempatan Ramadhan yang di dalamnya dijanjikan rahmat (karunia), maghfirah (ampunan), dan itqun min al-nar(pembebasan dari api neraka), sesungguhnya momentum ideal menemukan solusi banyak hal bagi umat. Puasa yang benar dapat membangunkan hati Mukmin yang ‘tertidur’ sehingga merasakan muraqabatullah (perasaan diawasi Allah).
           
Dalam sejarah Nabi Muhammad SAW, Ramadhan menjadi bulan jihad. Banyak peristiwa bersejarah yang mencatat bahwa Ramadhan menjadi bulan jihad umat Islam. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-2 hijriah, umat Islam mengalami perang Badar.

Perang ini terjadi di gurun pasir yang melibatkan 314 muslimin melawan 1000-an orang kafir dari Makkah. Peperangan ini adalah salah tonggak penting dalam sejarah Islam, karena sejak itulah umat Islam memulai era peperangan secara fisik, yang tentunya membutuhkan kemampuan yang lebih berat. Kalau mentalitas mereka seperti umat Islam zaman sekarang yang hobi tidur siang di bulan Ramadhan, tentunya sulit memenangkan peperangan.

Dan kota Mekkah dibebaskan juga pada bulan Ramadhan pada tahun ke-8 hijriah. Rasulullah SAW menyiapkan tidak kurang dari 10 ribu pasukan lengkap dengan senjata yang berjalan dari Madinah dan mengepung kota Makkah. Makkah menyerah tanpa syarat, namun semua diampuni dan dibebaskan.

Pada abad pertengahan atau tahun 15 Hijriah terjadi perang perang Qadisiyyah dimana orang-orang Majusi di Persia (saat ini wilayah Republik Islam Iran) ditumbangkan. Demikiran juga pertama kali Islam menaklukkan Spanyol di bawah pimpinan Thariq bin Ziad dan Musa bin Nushair, juga terjadi di bulan Ramadhan tahun 92 hijriyah. dan sekian banyak kerja keras yang lain, terjadi di bulan Ramadhan.

Ramadhan seharusnya menjadi sarana yang sangat efektif menghadirkan internalisasi nilai kebajikan guna menghadapi berbagai tantangan yang muncul di tengah masyarakat. Ramadhan satu bulan penuh, Muslim di-training oleh SuperTrainer-nya, yaitu Allah SWT, Dzat yang Maha segala-galanya. Tentu hasilnya akan juga luar biasa, bila itu dilakukan dengan penuh keseriusan dan mendamba ridha Allah.
Karena itu, sepantasnya Ramadhan dimanfaatkan secara optimal oleh semua unsur untuk meningkatkan kreatifitas dan karya. Sikap dan kepribadian positif, produktif, empatik, dan menghadirkan keputusan win-win solution adalah sosok pribadi yang lulus secara gemilang dari madrasah Ramadhan yang penuh solusi.

Perlu bagi umat untuk kembali merenungkan ungkapan terakhir dari surat al-Baqarah:183, bahwa yang mewajibkan puasa adalah la’allakum tattaqun dalam kata kerja mudhari yang hendaknya dimaknai agar dapat merealisasikan nilai-nilai muraqabatullah, ketaatan, dan kasih sayang secara terus-menerus, tidak hanya di saat bulan Ramadhan.
Oleh: Dr HM Harry Mulya Zein
 sumber : www.republika.co.id

Monday, July 23, 2012

Wisata Religi di Kota Kembang



KOTA Bandung sebenarnya banyak menyimpan tempat wisata religi yang memiliki nilai religius, seperti makam, masjid dan pesantren-pesantren. Masjid Raya Bandung, misalnya yang dulu dikenal dengan dengan sebutan Kaum atau yang lebih dikenal orang dengan nama Masjid Agung. Di dalam Masjid Agung banyak kegiatan keagamaan setiap harinya, yakni Majelis Taklim dengan penceramah dari para kiayi kahot.

Sejarah masjid yang sudah berganti nama menjadi Masjid Raya Bandung, dulu Masjid Agung dan juga disebut Kaum, karena di sekitar belakang lokasi masjid banyak rumah-rumah menak atau dalem. Sehingga tidak heran bila jalan di depan Masjid Agung dinamai Jalan Dalem Kaum.

Jika Anda melancong ke Masjid Raya Bandung, selain akan menikmati bangunan masjid yang megah dan lapang, juga bisa memanfaatkan menara untuk menyaksikan pemandangan seputar Bandung.

Dari menara Anda dengan jelas bisa melihat Kota Bandung yang dilingkung gunung. Pandangan Anda pun akan tertuju kepada Gunung Tangkubanparahu yang memiliki sasakala Sangkuriang. Wow, sungguh indah dan memiliki daya tarik tersendiri, sehingga sayang jika harus dilewati mengunjungi obyek wisata itu.

Berwisata ke Masjid Raya Bandung, tentu banyak manfaat akan didapatkan, yakni salah satunya bisa menambah wawasan ilmu agama. Karena para kiayinya juga semuanya kiayi kondang yang memiliki dasar ilmu agama Islam yang sangat luas dan mudah difahami oleh siapa pun. Anda pun dapat salat berjamaah dengan anggota Majelis Taklim, juga memperoleh ilmu agama sebagai tuntunan hidup.

Usai wisata religius ke Masjid Raya Bandung, Anda bisa berbelanja. Pasalnya, tempat-tempat perbelanjaannya sangat berdekatan dengan Masjid Raya Bandung yang menawarkan aneka model dan motif yang sesuai dengan selera Anda.

Tempat wisata religi lainnya di Kota Bandung adalah Pusat Dakwah Islam (Pusdai), dan Daarut Tauhid (DT). Keduanya menggabungkan antara konsep wisata dengan nilai-nilai religi. Ini dimaksudkan untuk memberikan warna serta nuansa baru, namun tidak meninggalkan prinsip-prinsip yang ada. Pengembangannya juga mengedepankan nilai-nilai yang humanis dan nyaman bagi pengunjung.

Pusdai yang terletak bersebelahan dengan Radio Republik Indonesia (RRI) Bandung ini, memiliki ornamen dan desain interior yang unik. Bangunannya juga luas, mampu menampung sekitar 4.000 jemaah, membuatnya nyaman dan enak untuk bersantai sambil menikmati hawa sejuk.

Ciri khas lain yang unik terdapat pada bentuk kubahnya yang berbentuk atap kayu simpang bersusun bertingkat. Selain itu, rangka atapnya juga menggunakan struktur dari baja. Ini menggambarkan kekokohan bangunannya.

Daarut Tauhid sangat dekat dengan lokasi belanja maupun kuliner disekitar Setiabudi dan Lembang. Hal serupa adalah Pusdai, yang juga berdekatan dengan wisata belanja di sekitar jalan Riau. Demikian juga dengan Masjid Agung, yang lokasinya dekat dengan pusat perbelanjaan padat.

Pengembangan berbagai fasilitas dan akses akan sangat mendukung untuk lebih menghidupkan kawasan wisata, untuk menjadi kawasan yang lebih terpadu. Konsep terpadu yang dimaksud adalah penggabungan yang lebih komprehensif antara wisata religi, belanja dan kuliner.
Galamedia
sabtu, 21 juli 2012 01:04 WIB

Sensasi Keindahan Pantai Carita

DEBURAN ombak kecil yang saling berkejaran mewarnai indahnya Pantai Carita yang terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Hamparan pasir putih yang membentang tak putus begitu menawan dipandang mata. Begitu pula Gunung Krakatau yang berdiri menjulang di kejauhan, semakin melengkapi keindahan panorama di Pantai Carita.

Indahnya Pantai Carita bisa memikat setiap orang yang berkunjung dan membuat jatuh cinta. Pantai Carita menjadi salah satu objek wisata populer yang mampu menyedot banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Pasir putih nan lembut, tiupan angin beraroma khas pantai yang sejuk karena dipayungi pepohonan rindang, merupakan sensasi yang langsung terasa ketika tiba di Taman Wisata Alam Pasir Putih Pantai Carita.

Sensasi seperti ini baru sedikit saja dari sejuta keindahan yang bisa didapat wisatawan ketika berada di objek wisata pantai yang telah dikelola secara profesional sejak 20 tahun silam.

Di Taman Wisata Alam Pasir Putih Pantai Carita, wisatawan akan dimanjakan dengan berbagai fasilitas objek wisata yang akan sulit ditemui di daerah lain. Olahraga air yang ada di Pantai Carita beraneka ragam, di antaranya banana boat, jet ski, snorkeling, dan diving. Bahkan Pantai Carita menyediakan jasa tur ke Krakatau untuk melihat gunung yang sempat menghebohkan seluruh dunia yaitu Gunung Krakatau. Anda bisa melihat Gunung Krakatau dari jarak yang sangat dekat, bahkan bisa berfoto-foto bersama keluarga di Gunung Krakatau.

Selain tur ke Krakatau, Pantai Carita juga menyediakan tur ke Taman Nasional Ujungkulon untuk melihat binatang purbakala yang masih ada di Taman Nasional Ujungkulon, yaitu badak bercula atau badak jawa. Selain badak jawa, di Taman Nasional Ujungkulon ini Anda sekeluarga bisa menjumpai beraneka ragam binatang yang belum pernah dijumpai sebelumnya.

Semua kegiatan di laut ini, bisa dilakukan dengan tenang dan nyaman karena di tempat ini disiagakan lifeguard profesional yang selalu siaga melindungi wisatawan.

Selain itu, di Pasir Putih bisa dilakukan berbagai kegiatan kelompok, seperti tarik tambang dan permainan lainnya yang dilengkapi area parkir yang luas (bisa menampung 150 bus), kamar mandi sebanyak 180 unit, dan fasilitas beribadah berupa musala. Tempat ini sangat cocok untuk berwisata bersama keluarga, teman kantor atau kelompok besar lainnya.

Para wisatawan yang hobi memancing di sinilah tempat yang tepat untuk menyalurkan hobi memancing Anda. Selain pantainya tenang, di sini juga banyak lokasi yang bisa di jadikan tempat memancing. Keutamaan Pantai Carita adalah pantai yang berpasir putih dan lautnya yang tenang tanpa karang dan aman untuk berenang.

Pantai Carita juga memiliki objek wisata taman laut yang indah. Taman laut ini berada di pesisir Pantai Caringin yang bisa di tempuh dengan waktu lima belas menit perjalanan air dari Pantai Carita menggunakan perahu, boat, dan jet ski. Di taman laut Carita ini, Anda sekeluarga bisa menikmati pemandangan yang luar biasa dari tengah laut sambil menikmati segarnya kelapa muda.

Pantai Carita juga banyak menyediakan beragam kuliner khas Banten yang bisa di jumpai hampir di setiap rumah makan di kawasan Pantai Anyer dan Carita.

Bagi Anda yang ingin menghabiskan akhir pekan bersama keluarga, Pantai Carita yang sering disebut sebagai Balinya Pulau Jawa, merupakan pilihan tepat.

Objek wisata seluas 2,5 ha ini, juga sangat mudah dijangkau. Kondisi jalan yang cukup baik dengan sajian pemandangan alam di sepanjang perjalanan, membuat waktu 2,5 jam perjalanan dari Jakarta tidak akan terasa apa-apa. Apalagi tiba di Taman Wisata Alam Pasir Putih Pantai Carita, Anda akan langsung disambut suguhan musik live dari panggung hiburan. Bagi yang ingin membawa oleh-oleh buat kenang-kenangan atau buah tangan, di Pasir Putih ini juga tersedia pasar rakyat yang menyediakan berbagai cenderamata dan makanan khas Banten, khususnya Pandeglang.
Galamedia sabtu, 30 juni 2012 01:26 WIB

Sunday, July 22, 2012

Indahnya Sunset Pangandaran



OBJEK wisata Pantai Pangandaran di Kabupaten Ciamis menjadi buruan para wisatawan untuk menghabiskan liburan panjang kali ini. Sekalipun jaraknya lumayan jauh dari Kota Bandung, sekitar 200 km arah timur laut. Namun tetap saja, Pantai Pangandaran jadi tempat panjugjugan para wisatawan.

Mereka yang datang ke Pantai Pangandaran untuk menikmati keindahan alam dan pantai Pangandaran yang memesona. Terlebih jika sore menjelang, kawasan pantai barat Pangandaran pasti disesaki para wisatawan yang ingin menyaksikan indahnya sunset yang akan tenggelam diujung garis laut.

Momen indah ini tentunya menjadi buruan bagi para wisatawan yang senang mengabadikan peristiwa alam tersebut dengan menggunakan aneka kamara termasuk kamera handphone. Sinar sunset yang kuning kemerahan dipantulkan melalui laut menjadikan suasana begitu romantis. Sementara langit yang hibar kemerahan menambah suasana semakin romantis. Tentunya suasana ini banyak dimanfaatkan kalangan muda-mudi untuk memadu kasih sambil menyaksikan indahnya sunset Pangandaran.

Sedangkan yang ingin menyaksikan sunrise, Anda tinggal melangkah ke kawasan pantai timur. Lokasinya tidak jauh dari pantai barat, paling jaraknya antara 500 meter - 1 km. Di kawasan pantai timur ini, selain bisa menyaksikan dan menikmati sunrise, Anda pun bisa menyaksikan para nelayan yang baru turun dari laut.

Para nelayan ini mendarat ke pantai timur setelah mencari ikan semalaman di laut lepas. Atraksi yang tak jauh menarik, yakni atraksi jaring ikan. Dimana para nelayan di darat menarik jala ukuran besar dan lebar yang sebelumnya ditebar di tengah lautan. Bukan hanya menyaksikan, Anda pun bisa turut merasakan menarik jala dengan cara yang sederhana.

Berburu ikan segar tentunya menu yang tak boleh Anda lewatkan. Anda bisa membeli langsung dari nelayan, atau ikut adu tawar di tempat pelelangan ikan (TPI). Kesibukan para nelayan dan penadah di TPI bisa menjadi pemandangan yang unik. Yang satu menawar dengan harga murah, yang satu lagi bertahan diharga tinggi. Bila mencapai kesepakatan harga, proses jual beli pun terealisasi.

Keindahan pantai Pangandaran memang tidak ada duanya. Para pengunjung bisa mandi sepuasnya di pantai yang luas dengan ombak yang terbilang ramah (jika musim timur). Tapi kalau musim angin barat, harus ekstra hati-hati terutama saat mandi di pantai. Anda harus senantiasa waspada gulungan ombak sekalipun kecil bisa menyeret Anda ke tengah lautan. Selain itu, banyak terdapat pusaran air yang bisa menjebak Anda di dalam air.

Oleh karena itu, penjaga pantai atau balawista setiap saat selalu memperingatkan wisatawan untuk berlaku hati-hati dan tidak melewati bendera merah tanda bahaya saat berenang. Jika hal ini tidak diindahkan, risiko ditanggung sendiri.

Selain memiliki pantai yang bisa direnangi yang membentang sejauh 10 km, pantai Pangandaran pun memiliki pasir putih dibagian ujung Pananjung Pangandaran atau tepatnya dikawasan Cagar Alam. Untuk bisa sampai ke pasir putih, Anda bisa menggunakan perahu wisata yang disewakan warga setempat. Cukup merogoh kocek antara Rp 15.000 hingga Rp 25.000, Anda akan diantarkan dengan selamat ke pantai pasir putih.

Namun bagi Anda yang gemar berpetualang, mengelilingi pananjung cagar alam bisa jadi pilihan. Dengan menyewa satu perahu seharga Rp 150 ribu, Anda bisa menyaksikan keindahan alam pantai Pangandaran dari sisi lainnya. Banyak lokasi yang bisa dilihat, seperti batu layar, karang bolong, taman laut dan sebagainya. Memang untuk bisa menyaksikan keindahan Pangandaran di sisi lain ini dibutuhkan keberanian berlebih. Pasalnya, Anda hanya bisa mengarungi lautan lepas dengan menggunakan perahu sewaan untuk bisa menyaksikan eksotisme Pangandaran, selain di kawasan pantai barat dan pantai timur.

Bagi yang senang nuansa hutan, Anda bisa berpetualang di cagar Alam Pananjung Pangandaran. Di kawasan cagar alam ini, sejumlah objek bisa Anda singgahi dan telusuri, seperti goa peteng, goa parat, batu gamelan, patilasan Prabu Siliwangi, situs sejarah peninggalan Kerajaan Pajajaran, serta benteng pertahanan Jepang. Anda pun bisa menyaksikan sejumlah hewan liar, seperti kijang, monyet ekor panjang, landak, serta sejumlah burung laut dan burung liar. Bila kawenehan, Anda bisa menemukan banteng yang ada dikawasan tegalan cagar alam.

Untuk masalah penginapan, jangan takut ada ratusan bahkan ribuan penginapan dan rumah warga yang bisa disewa dengan harga terjangkau. Sedangkan bagi yang senang berbelanja, kawasan pantai Pangandaran menyediakan aneka jajanan maupun tempat belanja khas pantai, mulai dari kuliner pantai, seafood, aneka pakaian, serta keperluan lain. Bahkan untuk sekedar oleh-oleh pun di sini banyak warga membuka kios oleh-oleh khas Pangandaran. Jadi jangan tunggu lama lagi, isi liburan panjang ini dengan berlibur di pantai. Selamat berlibur!
(kiki kurnia/"GM")**OBJEK wisata Pantai Pangandaran di Kabupaten Ciamis menjadi buruan para wisatawan untuk menghabiskan liburan panjang kali ini. Sekalipun jaraknya lumayan jauh dari Kota Bandung, sekitar 200 km arah timur laut. Namun tetap saja, Pantai Pangandaran jadi tempat panjugjugan para wisatawan.

Mereka yang datang ke Pantai Pangandaran untuk menikmati keindahan alam dan pantai Pangandaran yang memesona. Terlebih jika sore menjelang, kawasan pantai barat Pangandaran pasti disesaki para wisatawan yang ingin menyaksikan indahnya sunset yang akan tenggelam diujung garis laut.

Momen indah ini tentunya menjadi buruan bagi para wisatawan yang senang mengabadikan peristiwa alam tersebut dengan menggunakan aneka kamara termasuk kamera handphone. Sinar sunset yang kuning kemerahan dipantulkan melalui laut menjadikan suasana begitu romantis. Sementara langit yang hibar kemerahan menambah suasana semakin romantis. Tentunya suasana ini banyak dimanfaatkan kalangan muda-mudi untuk memadu kasih sambil menyaksikan indahnya sunset Pangandaran.

Sedangkan yang ingin menyaksikan sunrise, Anda tinggal melangkah ke kawasan pantai timur. Lokasinya tidak jauh dari pantai barat, paling jaraknya antara 500 meter - 1 km. Di kawasan pantai timur ini, selain bisa menyaksikan dan menikmati sunrise, Anda pun bisa menyaksikan para nelayan yang baru turun dari laut.

Para nelayan ini mendarat ke pantai timur setelah mencari ikan semalaman di laut lepas. Atraksi yang tak jauh menarik, yakni atraksi jaring ikan. Dimana para nelayan di darat menarik jala ukuran besar dan lebar yang sebelumnya ditebar di tengah lautan. Bukan hanya menyaksikan, Anda pun bisa turut merasakan menarik jala dengan cara yang sederhana.

Berburu ikan segar tentunya menu yang tak boleh Anda lewatkan. Anda bisa membeli langsung dari nelayan, atau ikut adu tawar di tempat pelelangan ikan (TPI). Kesibukan para nelayan dan penadah di TPI bisa menjadi pemandangan yang unik. Yang satu menawar dengan harga murah, yang satu lagi bertahan diharga tinggi. Bila mencapai kesepakatan harga, proses jual beli pun terealisasi.

Keindahan pantai Pangandaran memang tidak ada duanya. Para pengunjung bisa mandi sepuasnya di pantai yang luas dengan ombak yang terbilang ramah (jika musim timur). Tapi kalau musim angin barat, harus ekstra hati-hati terutama saat mandi di pantai. Anda harus senantiasa waspada gulungan ombak sekalipun kecil bisa menyeret Anda ke tengah lautan. Selain itu, banyak terdapat pusaran air yang bisa menjebak Anda di dalam air.

Oleh karena itu, penjaga pantai atau balawista setiap saat selalu memperingatkan wisatawan untuk berlaku hati-hati dan tidak melewati bendera merah tanda bahaya saat berenang. Jika hal ini tidak diindahkan, risiko ditanggung sendiri.

Selain memiliki pantai yang bisa direnangi yang membentang sejauh 10 km, pantai Pangandaran pun memiliki pasir putih dibagian ujung Pananjung Pangandaran atau tepatnya dikawasan Cagar Alam. Untuk bisa sampai ke pasir putih, Anda bisa menggunakan perahu wisata yang disewakan warga setempat. Cukup merogoh kocek antara Rp 15.000 hingga Rp 25.000, Anda akan diantarkan dengan selamat ke pantai pasir putih.

Namun bagi Anda yang gemar berpetualang, mengelilingi pananjung cagar alam bisa jadi pilihan. Dengan menyewa satu perahu seharga Rp 150 ribu, Anda bisa menyaksikan keindahan alam pantai Pangandaran dari sisi lainnya. Banyak lokasi yang bisa dilihat, seperti batu layar, karang bolong, taman laut dan sebagainya. Memang untuk bisa menyaksikan keindahan Pangandaran di sisi lain ini dibutuhkan keberanian berlebih. Pasalnya, Anda hanya bisa mengarungi lautan lepas dengan menggunakan perahu sewaan untuk bisa menyaksikan eksotisme Pangandaran, selain di kawasan pantai barat dan pantai timur.

Bagi yang senang nuansa hutan, Anda bisa berpetualang di cagar Alam Pananjung Pangandaran. Di kawasan cagar alam ini, sejumlah objek bisa Anda singgahi dan telusuri, seperti goa peteng, goa parat, batu gamelan, patilasan Prabu Siliwangi, situs sejarah peninggalan Kerajaan Pajajaran, serta benteng pertahanan Jepang. Anda pun bisa menyaksikan sejumlah hewan liar, seperti kijang, monyet ekor panjang, landak, serta sejumlah burung laut dan burung liar. Bila kawenehan, Anda bisa menemukan banteng yang ada dikawasan tegalan cagar alam.

Untuk masalah penginapan, jangan takut ada ratusan bahkan ribuan penginapan dan rumah warga yang bisa disewa dengan harga terjangkau. Sedangkan bagi yang senang berbelanja, kawasan pantai Pangandaran menyediakan aneka jajanan maupun tempat belanja khas pantai, mulai dari kuliner pantai, seafood, aneka pakaian, serta keperluan lain. Bahkan untuk sekedar oleh-oleh pun di sini banyak warga membuka kios oleh-oleh khas Pangandaran. Jadi jangan tunggu lama lagi, isi liburan panjang ini dengan berlibur di pantai. Selamat berlibur!
(kiki kurnia/"Galamedia")**

Saturday, July 21, 2012

Rukun Kebahagiaan

Setelah gelap terbitlah terang. Begitulah kira-kira perumpamaan kehidupan ini. Bagi siapa pun, kesusahan atau kebahagiaan selalu datang silih berganti. Keduanya selalu hadir dalam kehidupan, meski dengan proporsi yang berbeda.

Ada yang mengalami setengah kesenangan dan kebahagian. Ada pula yang merasa hidupnya lebih banyak kebahagiaannya, atau malah sebaliknya, merasa lebih banyak kesusahannya, sehingga kebahagiaan seperti menjauhi kehidupannya.

Simak kisah Nabi Ayub yang mendapatkan proporsi kesulitan yang cukup besar dalam hidupnya. Firman Allah SWT, “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya, ‘(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Mahapenyayang di antara semua penyayang’.” (QS. Al-Anbiyaa’: 83).

Bagaimana ikhtiar supaya proporsi kesenangan lebih banyak dirasakan daripada kesusahan? Padahal, senang dan susah tidak dapat tidak, mesti berganti.

Buya Hamka, seorang ulama yang memiliki andil besar dalam menghadirkan tasawuf modern, menyebutkan empat rukun agar kebahagian yang bersemayam dalam kehidupan manusia, lebih banyak terasa dibandingkan kesusahannya.

Pertama, sehat tubuh. Selain menjaga kesehatan fisik, disebutkan juga bahwa seseorang hendaknya menjauhi sifat hasad. Karena, dengan sifat hasad, ‘maka susahmu, miskinmu, dan sakitmu akan berlipat’.

Kedua, sehat akal, ingatan, keteguhan pendapat dan pikiran. Perjuangan hidup memang senantiasa menghendaki kepayahan akal. Oleh karena itu, akal yang cepat mengeluarkan pendapat, merespons realitas, dan selalu melihat apa yang di belakang yang tampak di mata, harus selalu diasah, sehingga menghadirkan kemenangan sekaligus kebahagiaan.

Ketiga, sehat jiwa, yang merupakan derivasi dari keimanan kepada Allah SWT. Namun, akan tidak berarti apa-apa sekiranya sehat rohani itu hanya dijadikan jargon, tanpa memberikan efek nyata dalam kehidupan.

Terakhir ada pepatah yang sangat berharga, yaitu ‘kekayaan adalah pada perasaan telah kaya’. Bila seseorang telah merasa kaya, sepeser pun tak berarti kekayaan itu kalau belum untuk kemaslahatan umum, membela fakir miskin, dan menyucikannya dengan berzakat, infak, dan sedekah. Oleh karenanya, perlombaan dalam mengarungi lautan kehidupan, meniscayakan perlombaan dalam melakukan penyucian jiwa.
Oleh: Ma'ruf Mq
sumber : www.republika.co.id

Friday, July 20, 2012

Mampir ke Taman Surga

Dalam satu perjalanan, Nabi SAW mengingatkan para sahabat agar berhenti atau mampir apabila melewati taman surga (riyadh al-jannah). Mereka bertanya, “Apakah taman surga itu?” Jawab Nabi, “ Majalis al-Dzikr” (majelis-majelis zikir). (HR Tirmidzi dan Ahmad dari Anas ibn Malik).

Majelis zikir itu, dalam riwayat lain, disebut majelis ilmu. Riwayat lainnya menyebut masjid. Masjid atau majelis zikir disebut taman surga dalam kisah di atas, dapat dipahami dalam beberapa makna.

Pertama, bagi kaum beriman, masjid tak ubahnya taman, yaitu tempat yang indah dan nyaman. Kita harus rajin ke masjid agar kita memperoleh kesegaran dan kebugaran, tidak saja fisik, tetapi terutama mental dan spiritual.

Kedua, Nabi SAW wanti-wanti agar dalam melakukan perjalanan (al-safar), kaum beriman tidak lupa berhenti dan mampir di masjid, untuk shalat dan zikir kepada Allah. Pada masa kita sekarang, peringatan Nabi ini sungguh penting, karena banyak orang dalam perjalanan hanya berhenti di rest area untuk makan dan minum. Sebagian besar mereka lupa untuk berhenti di taman surga atau masjid.

Ketiga, orang yang rajin ke masjid dan berzikir, sesungguhnya ia sedang membangun rumah dan tamannya sendiri yang indah di surga. Maka, kaum beriman diseru agar banyak berzikir. “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya." (QS. Al-Ahzab: 41).

Zikir itu bermakna mengingat Allah atau menyadari kehadiran-Nya. Orang menyadari kehadiran Allah akan terbebas dari penyakit kehampaan spiritual yang membuatnya terjaga dan terpelihara dari dosa dan maksiat.

Di sinilah makna paling penting dari zikir, sampai-sampai Imam Al-Qusyairi dalam Risalat Al-Qusyairiyah menyebutnya sebagai jalan paling prinsip menuju Tuhan. Bahkan, bagi Qusyairi, tak bisa dibayangkan seseorang bisa sampai (ma`rifah) kepada Allah tanpa zikir secara terus-menerus (wa la yashil ahadun ila Allah illa bi dawam al-dzikr).

Zikir sebagai proses mempertinggi kesadaran tentang kehadiran Allah, bisa dilakukan secara lisan (al-dzikr bi al-Lisan) dan secara rohani atau spiritual (al-dzikr bi al-Qalb). Para sufi, termasuk Qusyairi, memahami zikir secara lisan hanya sebagai alat untuk menggugah agar mampu berzikir lahir dan batin sepanjang waktu.

Kemampuan zikir lahir dan batin tanpa putus ini (istidamat al-dzikr) disebut oleh Nabi SAW sebagai perbuatan paling utama, yaitu tatkala seorang hamba terus berzikir sampai mengembuskan napasnya yang terakhir, sedangkan lidahnya basah (komat-kamit) karena zikir dan mengingat Allah. (HR Thabrani dari Mu`adz ibn Jabal).

Kesadaran spiritual (zikir) itu, menurut Ghazali, berpusat di hati (kalbu). Bagi Ghazali, hati menjadi alat untuk mengenal Allah (al-`alim bi Allah), yang mendekatkan diri (al-mutaqarrib), yang bekerja (al-`amil), yang berjalan (al-sa`i), dan yang menyaksikan rahasia kebesaran Allah melalui terbukanya tirai kegaiban (al-mukasyif bi-ma `inda Allah).

Oleh: A Ilyas Ismail
sumber : www.republika.co.id

Thursday, July 19, 2012

Pohon Rindang Sedekah

Bagaikan sebuah pohon yang rindang, sedekah paling tidak memiliki tujuh cabang. Masing-masing cabang tersebut saling terkait dan komprehensif dalam kesatuan.

Jika satu cabang dieksplorasi dengan melupakan enam cabang lainnya, maka yang muncul adalah keparsialan dan kekomprehensifannya akan hilang.

Sementara itu jika jika semua cabang tersebut dijelaskan secara proporsional, yang muncul adalah keindahan, kesempurnaan dan kekomprehensifan makna sedekah.

Cabang pertama sedekah adalah mendahulukan keluarga dekat dibandingkan pihak lain. Mengenai hal ini, lebih dari dua belas kali Alquran menegaskan. Di antaranya firman Allah SWT (yang artinya), “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) dengan boros.” (QS. Al-Israa’: 26).

Penegasan yang sama juga dapat ditemui di dalam beberapa hadis, di antaranya sabda Rasul SAW: “Sedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah dan sedekah kepada keluarga dekat adalah dua sedekah (yaitu) satu sedekah dan satu lagi penyambung tali persaudaraan.” (HR. Tirmidzi).

Cabang kedua, melakukan sedekah dengan moderat. Allah SWT mensifati hamba-hamba-Nya yang penyayang dengan beberapa kriteria, salah satunya sebagai berikut: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebihan dan tidak pula kikir, yang demikian itu adalah yang di tengah-tengah (moderat).” (QS. Al-Furqan: 67).

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. Al-Israa’: 29).

Cabang ketiga, sedekah dengan cara sembunyi-sembunyi lebih utama dibandingkan dengan terang-terangan. Hal tersebut semata-mata untuk menjauhkan diri dari sifat riya (pamer) dan menjaga keikhlasan. Memang diperbolehkan bersedekah terbuka untuk mendorong pihak lain ikut bersedekah, namun sedekah dengan cara tersebut umumnya kurang elok dan tidak jarang melebihi kepatutan.

Keempat, sedekah dilakukan di kala sehat bukan dalam keadaan sakit atau sekarat. Hal tersebut agar sedekah yang dilakukan benar dan rasional (QS. Al-Munafiqun: 10).

Kelima, mengetahui bahwa bersedekah hukumnya sunah dan di luar sedekah terdapat zakat yang hukumnya wajib. Dengan pengetahuan tersebut diharapkan seseorang yang telah memiliki harta cukup satu nisab dan dimiliki sempurna selama setahun dapat mendahulukan kewajiban zakat, kemudian melakukan berbagai sedekah dan bukan kebalikannya.

Keenam, sedekah memiliki banyak keutamaan (fadhilah). Diantaranya: memberikan rasa bahagia, mengobati penyakit hati, menjadikan harta bersih dan tumbuh, mendapat balasan kebaikan yang bersifat langsung di dunia, mendapatkan balasan tidak langsung di akhirat dan pelipatan pahala sedekah hingga tujuh ratus kali di sisi Allah SWT (QS Al-Baqarah: 261).

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, “Bersedekahlah kalian walau hanya dengan sebiji kurma, sebab sedekah dapat memenuhi kebutuhan orang yang lapar dan menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi).

Ketujuh, sedekah dapat dilakukan melalui berbagai cara tidak hanya dengan menginfakkan harta benda. Hal tersebut karena senyuman yang baik adalah sedekah, nasehat dan kata-kata yang baik adalah sedekah, nafkah yang kita berikan kepada anak dan istri adalah kewajiban dan juga sedekah, berbagi ilmu pengetahuan adalah sedekah dan lain sebagainya.

Dalam kaitan ini Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah api neraka walaupun hanya dengan (bersedekah) sebiji kurma, barang siapa yang tidak dapat mendapatkannya maka ia dapat (melakukannya) melalui perkataan yang baik.” (HR. Bukhari-Muslim).
Oleh: Dr Muhammad Hariyadi, MA
sumber : www.republika.co.id

Wednesday, July 18, 2012

Meraih Pujian Allah SWT

Hampir semua nabi dan rasul yang mendapatkan pujian dari Allah SWT selalu terkait dengan sifat shiddiq, yaitu jujur dan benar. Baik dalam pemikiran, perkataan, maupun tingkah laku keseharian.

Tidak ada perbedaan, apalagi pertentangan antara yang di ucapkan dan yang dilakukan. Sifat dan karakter inilah yang sangat dicintai Allah dan menghantarkan kesuksesan para nabi dan rasul tersebut di dalam melaksanakan misi dari risalah kenabiannya.

“Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (Alqur an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat benar (jujur) lagi seorang Nabi.” (QS Maryam [19]: 41). Lihat juga dalam ayat 54-57 tentang kejujuran Ismail dan Idris AS.

Karena itu, para ulama menempatkan empat karakter dan sifat yang wajib melekat pada setiap pribadi nabi dan rasul dengan shiddiq (jujur), amanah (bertanggung jawab), fathanah(cerdas), dan tabligh (menyampaikan risalah Islamiyah kepada umat manusia dengan penuh kesungguhan).

Meskipun keempat sifat dan karakter tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, kejujuran sebagai sumber utamanya. Rasulullah menganjurkan umatnya—apalagi jika kita menjadi pemimpin—untuk senantiasa jujur dalam segala hal. Tidak boleh ada dusta, tidak boleh ada kepura-puraan, dan tidak boleh melakukan pengkhianatan.

“Kalian harus berlaku jujur karena kejujuran itu akan membimbing pada kebaikan. Dan, kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring pada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah.” (HR Muslim).

Korupsi yang merajalela saat ini di berbagai instansi dan level atau tingkat an, penyebab utamanya adalah karena hilangnya sifat kejujuran dari sebagian masyarakat kita, terutama orang-orang yang mendapatkan amanah jabatan pub lik. Dengan demikian, sebagian masyarakat merasakan kegelisahan, ketakutan, dan pertentangan satu dengan yang lainnya akibat dari tercerabutnya sifat yang mulia tersebut (jujur).

Bagi orang yang beriman (apa pun posisi dan jabatannya), meskipun tantangannya sangat berat untuk memiliki dan menguatkan sifat jujur dan benar dalam segala hal, harus tetap ditumbuhkembangkan dan diperkuat sehingga menjadi struktur kepribadian yang melekat pada pribadinya.
Karena, jujur itu akan mengundang kasih sa yang dan pujian dari Allah SWT, yang dampaknya akan dirasakan dalam kehidupan di dunia ini berupa ketenangan, kedamaian, dan kesuksesan. Dan, di akhirat nanti akan mendapatkan surga- Nya. “Hai orang-orang yang beriman, ber takwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama dengan orang-orang yang jujur (benar).” (QS at-Taubah [9]: 119).

Wallahu a’lam.
Oleh Prof KH Didin Hafidhuddin
sumber : www.republika.co.id

6 Bangunan Paling Bersejarah di Kota Bandung


Bandung memang dikenal sebagai kota yang memiliki banyak bangunan bersejarah. Setidaknya terdapat 6 bangunan antik nan penting di kota ini. Yuk, susuri satu-satu warisan bersejarah di Kota Bandung!

Kekayaan bangunan bersejarah yang ada, membuat Bandung menjadi kota wisata yang tidak pernah habis untuk dijelajahi. Banyak peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia terjadi di kota ini.

Alangkah sayangnya jika sejarah tersebut dilupakan begitu saja, sebab di balik bangunan tua yang ada di Bandung tersimpan destinasi wisata yang sayang untuk ditinggalkan. Disusun oleh detikTravel, Kamis (7/6/2012), berikut adalah 6 bangunan bersejarah yang wajib Anda kunjungi saat berada di Kota Bandung:

1. Gedung Sate


Bagi yang sudah pernah datang ke Kota Bandung, Gedung Sate bukan yang asing lagi. Dinamakan Gedung Sate karena dibagian atas gedung memiliki ornamen menyerupai tusuk sate. Gedung ini mulai dibangun pada tahun 1920.

Gedung Sate bukanlah gedung biasa, tetapi merupakan gedung perkantoran pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pada hari Minggu, halaman Gedung Sate dijadikan tempat sebagian masyarakat Bandung untuk bersantai. Seolah tahu gedung ini ramai dikunjungi warga, para pedagang pun banyak memenuhi lokasi ini.

2. Gedung Merdeka


Gedung bersejarah ini terletak di Jalan Asia Afrika, No 65. Bagi Anda yang sering datang ke Bandung, sudah pasti tahu letak gedung yang megah ini.

Awalnya, tempat ini bernama Gedung Societeit Concordia. Namun, nama tersebut diganti oleh Bung Karno menjadi Gedung Merdeka pada tahun 1955. Di gedung ini pula, beliau memimpin Konferensi Asia Afrika bersama para tokoh dunia Asia-Afrika saat itu.






3. Grand Hotel Preanger


Awalnya, Grand Hotel Preanger ini berarsitektur gaya Hindia-Belanda. Namun, kemudian bangunan ini didesain ulang pada tahun 1929 oleh CP Wolff Schoemaker dan dibantu oleh muridnya, yaitu Ir Soekarno.

Setelah saat itu, gedung yang terletak di Jalan Asia Afrika No 81 ini menjadi lebih terkenal, baik di dalam maupun di luar negeri. Hotel ini menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia pada saat itu.



4. Bosscha

Bosscha merupakan salah satu tempat peneropongan bintang tertua di. Observatorium ini terletak di Lembang, Jawa Barat. Jaraknya sekitar 15 km utara Kota Bandung. Kawasan di sekitar Observatorium Bosscha dikenal dengan hawanya yang sejuk. Jelas saja, sebab bangunan ini terletak pada ketinggian sekitar 1.310 mdpl.

Di sini Anda bisa menikmati keindahan bintang sambil mempelajari ilmu astronomi. Selain bersejarah, lokasi ini juga cocok untuk dijadikan sebagai tempat wisata pendidikan di Kota Bandung. Untuk bisa masuk ke dalam gedung, Anda diharuskan untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu.

5. Hotel Savoy Homman
Bagi Anda yang bingung mencari penginapan di Bandung, mungkin Hotel Savoy Homann bisa menjadi pilihan. Hotel bintang empat ini berada di Jalan Asia-Afrika No 112, Cikawao, Lengkong.

Selain memiliki kamar yang super nyaman, Hotel Savoy Homman memiliki sejarah tersendiri khususnya di Kota Bandung. Bangunannya bergaya art deco dan dibangun pada tahun 1939. Hotel pertama di Bandung ini pernah digunakan sebagai tempat menginap para tamu negara saat Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955. Jadi, bila Anda ingin bermalam di hotel bagai tamu penting negara, menginap saja di Hotel Savoy Homman.

6. Villa Isola
Terakhir, Villa Isola merupakan bangunan bersejarah yang wajib untuk dikunjungi. Letaknya di Jalan Setiabudi, yaitu akses dari Kota Bandung menuju Lembang, tepatnya di kompleks Universitas Pendidikan Indonesia(UPI). Bangunan tua yang masih sangat terawat ini bergaya arsitektur art deco.

Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini sempat digunakan sebagai kediaman sementara Jendral Hitoshi Imamura menjelang Perjanjian Kalijati dengan pemerintah terakhir Hindia Belanda di Kalijati, Subang, Maret 1942. Sejarah dan gaya arsitekturnya itulah yang kemudian membuat bangunan ini wajib untuk dikunjungi.

Tuesday, July 17, 2012

Menyoal Lahan Pertanian Abadi

ISTILAH "sawah abadi" atau "lahan abadi", sebetulnya sempat mengemuka pada saat naskah akademik UU Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan didiskusikan. Dalam proses penyusunan naskah akademik, memang terjadi perbedaan tafsir terkait judul yang perlu di suratkan dalam RUU. Setelah melalui pencarian judul yang cukup panjang, akhirnya lahir usulan agar judul nya RUU Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Pilihan judul ini dinilai tepat dan normatif. Tidak dipilihnya kata-kata "lahan abadi", karena setelah berkonsultasi dengan para pakar, rupanya istilah "abadi" itu hanya Tuhan yang memilikinya. Kita sebagai manusia, rasanya agak kurang pas membahas soal "keabadian".

Lahan pertanian produktif, wajib hukum nya untuk dilindungi. Jika tidak, maka kita akan dihadapkan pada pesoalan yang lebih kompleks. Pernyataan ini penting kita hayati, karena kalau saja lahan-lahan pertanian pangan kita dialihfungsikan secara tidak terkendali, maka dari mana kita akan memperoleh bahan pangan sebagai kebutuhan pokok sehari-hari? Jika yang menyarankan pencetakan sawah baru, seberapa luas akan dicetak dan dari mana anggarannya?

Sampai kini, sudah lebih 2 tahun UU No. 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diberlakukan. Beberapa daerah juga telah membuat perdanya. Sangat disayangkan, ternyata perdanya sendiri terkesan sulit untuk diterapkan. Baru satu atau dua PP saja yang diterbitkan, seperti PP No. 12/ 2012 tentang Insentif dan Disintensif Lahan. Beberapa kalangan mempersoalkan ada apa di balik semuanya ini? Apa yang menyebabkan pemerintah seperti galau untuk menetapkan PP-nya? Apakah nasibnya akan seperti UU No. 12/1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman, yang salah satu PP-nya baru dilahirkan setelah 18 tahun kemudian?

Salah satu semangat diluncurkannya UU No. 41/2009 adalah melindungi lahan pertanian pangan produktif, khusus nya sawah agar tidak dialihfungsikan dengan cara yang semena-mena. Sekalipun kemauan politik semacam ini ini mestinya diputuskan sekitar 20 tahun lalu, namun kita tidak boleh menyatakan kata "terlambat". Cuma, apalah arti nya sebuah UU jika suasana yang terjadi di masyarakat memang sudah berubah, atau bahkan menjadi bertolak belakang dengan kehadiran UU tersebut.

Sebab itu, UU ini pasti akan efektif dan memberi banyak keberkahan bagi kehidupan, jika ditetapkan tahun 1980-an. Sebab, bukan saja kita bakal mampu "mengerem" sikap orang-orang yang hanya berpikiran jangka pendek, seperti melahirkan kebijakan kawasan industri yang harus mengorbankan puluhan ribu hektare lahan sawah produktif di sentra-sentra produksi padi, namun kita pun pasti akan dapat melindungi lahan pertanian produktif mana saja yang keberadaan nya mesti dilestarikan. Hasrat ini, rupanya tidak mungkin akan terwujud, karena kita tidak mungkin bakal dapat memutar mundur jarum jam.

Alhasil, ketika UU ini ditetapkan di tahun 2009, maka proses alih fungsi lahan telah berlangsung, dan juga diikuti dengan alih kepemilikan lahan pertaniannya itu sendiri. Buktinya, bila kita sempat jalan-jalan ke Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu dan lain sebagai nya, lalu bertanya kepada warga pedesaan tentang siapa pemilik lahan sawah ini, maka secara kompak mereka akan menjawab dengan lantang: 80% pemiliknya adalah orang Jakarta atau Bandung.

Stop alih fungsi

Dari hasil dengar pendapat antara Komisi IV DPR dengan para kepala daerah yang dikenal sebagai "sentra produksi" pangan beberapa waktu lalu, terekam adanya kekecewaan para gubernur atas ketidaktegasan pemerintah dalam mengatur alih fungsi lahan, khusus nya dari lahan pertanian produktif ke lahan-lahan non-pertanian. Aspirasi para gubernur ini, menarik untuk dicermati. Pasalnya, tentu bukan hanya sekadar mereka bersemangat melestarikan daerahnya sebagai lumbung pangan, namun secara tidak langsung menggambarkan keberpihakan mereka terhadap nasib para petani.

Secara lebih gamblang, para kepala daerah tersebut mempertanyakan komitmen negara dalam pengelolaan pangan. Para gubernur juga menengarai banyak kebijakan yang digelindingkan tidak mendorong peningkatan kesejahteraan petani selaku produsen. Sampai sekarang lahan baku sawah setiap hari hilang karena alih fungsi yang membabi buta. Jika kita ingin mewujudkan harapan Presiden SBY agar dalam tahun 2014 bangsa ini mampu surplus beras sebesar 10 juta ton, maka aspirasi para gubernur itu mesti direnungkan dalam-dalam.

Dari segudang masalah yang di duga bakal menghambat pencapaian surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014, tampak nya yang disebut dengan alih fungsi lahan adalah persoalan yang membutuhkan keseriusan dalam penanganan dan pengaturannya. Walau kita sudah punya UU No. 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, dalam praktek nya belum dapat diterapkan secara optimal, karena PP-nya belum secara utuh ditetapkan pemerintah.

Dalam suatu proses "transformasi struktural" dari sektor agraris ke industri, atau dari sektor tradisional ke modern, atau dari sektor perdesaan ke perkotaan, alih fungsi lahan tak mungkin dihindari. Untuk itu, agar proses diatas berlangsung sesuai keinginan, maka sedari awal harus disiapkan rambu-rambunya agar dampak buruknya dapat dieleminir. Kita optimis, bila proses ini berlangsung dalam track yang benar, maka alih fungsi lahan tidak akan jadi masalah merisaukan. Sebab, tata kelola alih fungsi lahan tersebut, selalu diarahkan untuk membuahkan keberkahan bagi kehidupan dan tidak untuk melahirkan tragedi kemanusiaan yang menyedihkan.

Ketegasan sikap dalam mengatur alih fugsi lahan, benar-benar sangat dibutuhkan. Alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian, tentu harus dikendalikan lewat sebuah regulasi. Alih fungsi lahan juga tidak boleh dibiarkan terjadi tanpa kendali. Tugas kita bersama untuk mengingatkan dan mengawasi nya. Tegas bukan hanya dalam tataran regulasi atau kebijakan, namun yang lebih penting lagi adalah tegas pula dalam tataran pelaksanaan nya. Apa yang disampaikan para gubernur, pada dasarnya memberi gambaran kepada kita bahwa antara kebijakan pemerintah dan kenyataan yang ada di lapangan, masih terkesan bertolak belakang.

"Ewuh pakewuh" antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam era otonomi daerah, bukan rahasia lagi. Apa yang menjadi keinginan pusat, belum tentu senafas dengan apa yang diharapkan daerah. Gubernur sendiri memang memiliki "dua peran" yang melekat dalam jabatannya. Di satu sisi kepala daerah merupakan "wakil" pusat, sehingga diri nya harus mampu mengamankan program-program yang diinisiasi pusat. Tapi di sisi yang lain, harus mampu menjalankan roda kepemimpinan di daerahnya sendiri. Dia mesti mampu menangkap aspirasi masyarakat untuk bahan masukan ke pusat.

Mudah-mudahan apa yang disuarakan para gubernur ini, akan dapat memberi "darah baru" bagi para anggota DPR, yang saat ini sedang getol membahas RUU Pangan. Paling tidak, para wakil rakyat di DPR tetap akan memberi slot kepada publik bahwa melahirkan sebuah UU tidaklah segampang membolak-balikan telapak tangan. Namun betul-betul membutuhkan masukan dan aspirasi dari seluruh komponen bangsa.
(Penulis adalah Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat)**
Galamedia
senin, 09 juli 2012 01:21 WIB
Oleh : Entang Sastraatmadja

Monday, July 16, 2012

Kemiskinan yang Dapat Gelincirkan Iman

Tidak dapat dipungkiri bahwa kemiskinan merupakan penyakit yang amat berbahaya bagi keselamatan dan keutuhan akidah, terutama jika si miskin hidup di lingkungan orang-orang kaya yang sama sekali tidak peduli dengan nasib mereka.
Terlebih jika si miskin termasuk orang yang sudah mati-matian bekerja keras (tetapi nasibnya juga tidak berubah), sementara si kaya nampaknya hanya duduk-duduk saja.

Dalam keadaan itu, si miskin cenderung menawarkan semacam keragu-raguan untuk mempertanyakan kebijaksanaan dan keadilan Allah SWT dalam mendistribusikan harta kepada umat manusia.

Pendapat itu tidak berbeda dengan sebuah syair:

Banyak orang pandai yang dilelahkan oleh pendapat-pendapatnya.
Tetapi banyak orang bodoh yang ternyata banyak mendapatkan rizki.
Inilah yang menyebabkan hati menjadi bingung.
Dan orang yang pintar menjadi zindik


Menurut ulama besar dari Mesir, Prof Dr Yusuf Qaradhawi (2002), kemiringan akidah bersumber dari masalah kemiskinan dan ’ketidakdilan distribusi’. Al-Mishry (seorang sufi) mengatakan, ”Paling kafirnya (ingkar) manusia adalah orang miskin yang tidak sabar”.

Tidak aneh jika Rasulullah SAW pernah bersabda, ”Hampir saja, kefakiran menjadi kekafiran”.
 
Karena itu, marilah kita memohon perlindungan kepada Allah SWT dari segala bahaya kefakiran (kemiskinan) dan kekafiran ini beliau ekspresikan dalam rangkaian dia:

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran”.

”Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran, kekurangan (kemiskinan) dan kehinaan. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari berbuat dhalim atau saya yang dizalimi”.
     
Jika saja kemiskinan bisa membahaya akidah dan kemimanan, tidak kalah penting (untuk diperhatikan) bahwa kemiskinan juga bisa berdampak negatif terhadap prilaku dan moral seseorang.
Kesengsaraan dan kepedihan hidup yang diderita oleh orang miskin-apalagi di sekitarnya hidup dalam kecukupan-sering menjadi stimulus negatif untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji.

Wajar kalau banyak pakar mengatakan: Shaut al-Ma’iddah aqwa min shaut al-Dlamir (bunyi perut yang keroncongan karena lapar lebih nyaring (bisa mengalahakan) suara hati nurani).
         
Rasulullah SAW pernah menjelaskan kepada kita tentang bahaya hidup dalam keterhimpitan kemiskinan, kaitannya dengan prilaku (moral): Ambillah pemberian selama itu masih berupa pemberian.

Tetapi kalau sudah suap atas utang maka jangan kalian ambil. Dan kalian tidak meninggalkannya selama kaliah butuh dan fakir.”

Kemiskinan juga bisa membuat seorang muslim bisa menjadi pencuri, pelacur, koruptor dan lainnya dan ada baiknya kita menyimak sebuah hadis Rasulullah SAW: ”Sedekahmu kepada si pencuri, mudah-mudahan bisa mencegah dia untuk mencuri lagi. Sedekahmu kepada si pelacur, mudah-mudahan bisa mencegah dia untuk melakukan perzinahan lagi.”
Oleh Dr HM Harry Mulya Zein
sumber : www.republika.co.id