-

Friday, August 03, 2012

Kubah Payung Kencana di Bawah Rindang Pohon



Masjid Baitul Azis Karangkamulyan
MESKI berdiri di lingkungan Situs Karangkamulyan, Masjid Baitul Azis bukanlah bangunan peninggalan sejarah kerajaan Galuh Purba. Masjid dengan arsitektur yang cukup unik itu dibangun tahun 2001, bersamaan dengan penataan Situs Karangkamulyan dalam rangka peningkatan situs cagar budaya tersebut sebagai objek wisata sejarah dan ziarah.

Sebagian lahan bagian depan situs ditata jadi areal parkir lengkap dengan saung kuliner, WC, dan halaman terbuka sebagai tempat persinggahan bagi wisatawan atau pengguna jalan jalur selatan via Ciamis, mengingat waktu itu kawasan rest area yang dibangun Kanwil Parpostel Jabar tak berfungsi dan telantar.

"Atas gagasan Pak Oma (H Oma Sasmita, Bupati Ciamis waktu itu, Red), dalam rangkaian penataan objek wisata Situs Karangkamulyan, akhirnya dibangun Masjid Baitul Azis. Dengan harapan masjid tersebut nanti bisa menjadi tempat ibadah dan tempat istirahat para musafir yang lelah dalam perjalanan. Di samping itu tentunya guna mengurangi kesan keramat dari situs," ujar HM Soekiman, mantan ketua panitia pelaksana pembangunan Masjid Baitul Azis, kepada Tribun, Rabu (25/7).

Pembangunan masjid dan penataan objek wisata di kawasan Situs Karangkamulyan itu, kata Soekiman, terlebih dahulu meminta izin dari Balai Arkeologi dan Kepurbakalaan. Proses pembangunannya pun tanpa menebang pohon tua usia ratusan di lahan yang akan ditata. Pohon tua usia ratusan tahun itu kini malah menjadi penyejuk areal parkir dan bangunan masjid.

Karena anggaran untuk pembangunan masjid tidak dialokasikan di APBD, kata Soekiman, Bupati Oma waktu itu mengimbau masyarakat Ciamis mengeluarkan infak dan sedekahnya, termasuk para PNS, terlebih para pejabat eselon.

"Terkumpul dana sebesar Rp 300 juta. Dalam satu tahun Masjid Baitul Azis tersebut selesai dibangun dengan arsitek dan pelaksana pembangunan adalah Pak H Mulyono (alm). Setelah selesai membangun masjid ini, Pak Mulyono dipercaya untuk merenovasi Masjid Agung Ciamis," ujar Soekiman.

Aristektur Masjid Baitul Azis memang cukup unik dibanding masjid pada umumnya. Terutama bentuk kubah yang tidak lazim, yakni berupa bentuk payung kencana. Kubah ini dicat dengan menggunakan warga hijau serta keemasan, mirip payung kebesaran yang biasa dipakai para raja.

"Bentuk kubah berupa payung kencana ini menyesuaikan diri dengan nilai sejarah tempat ini. Situs Karangkamulyan ini merupakan situs peninggalan pusat Kerajaan Galuh. Tempat raja-raja Galuh bertakhta," ujarnya.

Kubah yang unik tersebut, kata Soekiman, tidak hanya menempatkan Masjid Baitul Azis sebagai satu-satunya masjid yang didirikan di kawasan situs yang ada di Ciamis, tetapi  juga merupakan satu-satunya masjid di Ciamis yang mempunyai kubah berbentuk payung kencana.

"Tidak hanya di Ciamis, tetapi mungkin juga satu-satunya di Jawa Barat," kata Soekiman.

Yang menarik, lantai Masjid Baitul Azis ini tidak terbuat dari hamparan tembok atau keramik, melainkan dari susunan papan kayu jati. "Kayu jatinya pun kayu jati tua dan kayu terbaik yang kemudian disusun-susun jadi lantai. Suasana lantai papan ini sangat adem," tuturnya.

Nama Baitul Azis, kata Soekiman, merupakan pemberian dari KH Irfan Hielmy, yang saat itu menjabat sebagai Ketua MUI Ciamis dan juga pengasuh Pondok Pesantren Darussalam, pondok pesantren terbesar di Ciamis.

Baitul Azis, kata Soekiman, berarti rumah (baitul) atau tempat yang mulia (azis) yang sama artinya dengan Karangkamulyan, yakni juga tempat (karang) yang mulia. Masjid yang berada tak jauh dari sisi jalan raya Ciamis-Banjar ini tidak hanya ramai saat hari-hari libur apalagi pada musim mudik Lebaran, tetapi juga ramai pada hari biasanya.

Suasana yang sejuk dan teduh karena di lingkungan pohon-pohon rindang membuat Masjid Baitul Azis ini selalu dirindukan para musafir. (*)
Oleh Andri M Dani

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment