-

Tuesday, December 30, 2014

Menikmati Eksotisme Pulau Biawak Indramayu

BAGI yang suka wisata sambil berpetualangan, destinasi Pulau Biawak di Kabupaten Indramayu bisa menjadi pilihan. Pada 25-26 Juni 2014, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar melalui bidang pemasaran menyelenggarakan Familiarizatio Tour (FamTour) 2014 ke Pulau Biawak di Kabupaten Indramayu..
Kegiatan itu diiikuti sejumlah tour operator, media massa, dan komunitas lainnya. Tidak kurang dari 20 peserta yang mencoba untuk berwisata dan berpetualang ke pulau yang ada di utara pantai Indramayu tersebut.
Hari pertama, peserta diajak mengeksplore kekasan batik Indramayu di sentra batik Paoman. Mereka disuguhi mulai dari proses pembuatan hingga menjadi kain batik. Tak luput mereka pun belanja kain batik khas Indramayu tersebut. Puas dari sana, peserta diajak berkeliling kota Indramayu sambil melihat bengkel pembuatan kapal motor yang terbuat dari kayu. Bengkel ini terdapat disepanjang muara sungai Cimanuk, jelang sore tiba di Hotel Dewi 2.
Keesokan harinya, para peserta Famtour diajak berpetualang menuju pulau Biawak. Diawali di pantai Tirtamaya sebagai dermaga pelepasan kapal motor (Speed Boat) menuju pulau Biawak di Utara Kabupaten Indramayu.
Pulau Biawak selain masih tergolong pulau masih perawan, di pulau ini Anda pun bisa berwisata ziarah dan sejarah. Pasalnya di Pulau Biawak ini terdapat sebuah makam kuna keturunan Sunan Gunung Djati, yakni makam Syeh Syarief Khasan serta sebuah  mercusuar buatan Kolonial Belanda.
Mercusuar setinggi kurang lebih 65 meter atau 16 meter ini, memang sengaja dibangun oleh Belanda sebagai peringatan lalu lintas laut. Di atas pintu masuk mercusuar tertulis prasasti "Onder De Bacering Van Z.M. Willem III. Koning des Nederlanden, ENZ., ENZ.,ENZ., Opgerigt Voch Draailicht 1872". Warnana sudah kusam dan banyak karat disana-sini, karena semua bangunan dari besi. Namun bangunan mercusuar itu masih kuat hingga sekarang. Konon bagian pondasi bangunan mercusuar terbuat dari semen beton yang dicampur dengan timah.
Dikatakan pulau Biawak  karena di pulau ini hidup ratusan biawak (varanus salvator). Konon, biawak ini sudah hidup di sana sebelum mercusuar dibangun. Menyebrang ke pulau Biawak menggunakan speedboat milik Pemkab Indramayu bantuan Gubernur Jabar lumayan juga (penatnya). Bisa juga menggunakan jasa perahu motor milik nelayan setempat dengan harga Rp 2 juta/10 orang pergi pulang.
Sedangkan menyewa speedboat, Anda harus merogoh kocek Rp 8 juta/25 orang pergi pulang plus asuransi. Jarak tempuh sekitar 28 mil laut atau 40 kilometer ditempuh selama kurang lebih 2 jam menjadi petualangan yang tak tergambarkan.
Tiba diperairan dangkal Pulau Biawak, eksostismenya semakin jelas. Ribuan ikan hias yang bersembunyi dibalik terumbu karang menyapa para peserta FamTour yang menggunakan kapal motor. Setelah melewati dermaga sejauh 200 meter, ucapan selamat datang di Pulau Biawak tertulis di atas gerbang. Beberapa orang penjaga Pulau Biawak dengan ramah menyambut para peserta.
Keramahan semakin jelas, ketika salah seorang penjaga berbekal puluhan ikan kecil mencoba memanggil penghuni asli pulau ini. Sambil diiringi siulan dan melemparkan ikan kecil, beberapa ekor biawak bermunculan menyambut kedatangan para tamu.
Jelas saja hal ini menjadi atraksi unik khas Pulau Biawak. Dimana seekor biawak diantaranya berhasil kena perangkap, berupa ikan yang diikat pada seutas tali dan disantap sang biawak. Atraksi ini memang sengaja dilakukan sebagai upacara selamat datang.
Usai upacara para peserta Famtour dibebaskan menjelajahi pulau Biawak. Ada yang menyusuri pantai putih, berenang, menaiki mercusuar, berziarah ke makam syekh Khasan, snorkling, diving, mancing ikan, bahkan ada yang penasaran menangkap biawak sepanjang hari. Semuanya bebas dilakukan pengunjung, asalkan tidak membawa pulang apapun yang ada di pulau biawak. Dan itu mutlak dipatuhi.
Jelang petang para peserta diminta untuk kembali ke dermaga Pantai Tirtamaya. Namun bagi yang mau menginap dipersilahkan. Terlebih di pulau ini ada tiga buah mess yang kosong dengan dua kamar tidur setiap messnya.
Perjalanan pulang mengarungi lautan yang membosankan harus ditempuh. Namun hal itu tidak halangan berarti, semuanya telah terbayarkan oleh keindahan, kekhasan, eksotisme Pulau Biawak yang menawan.  Walaupun menawan dan menarik minat, perlu penataan dan pengembangan potensi Pulau Biawak in.i
Salah satu upaya pengembangan wisata bahari  ini, yakni dengan difasilitasinya bantuan dua kapal khusus dari Gubernur Jabar serta pembenahan dan penyediaan dermaga. Pulau Biawak ini sudah menjadi incaran penggemar wisata bahari dan petualangan dari berbagai daerah. Bagi masyarakat yang ingin .menyebrang dan berwisata ke pulau Biawak bisa memesan tempat ke kantor Diporbudpar Indramayu, Jln Gatot Subroto no4 Indramayu atau ke Kantor Disbudpar Jabar, Jln. Martadinata no. 209 Bandung.
Trip untuk mencapai ke sana, dari Bandung - Indramayu (Pantai Tirtamaya) bisa menggunakan mobil pribadi atau sewaan. Transport P. Biawak – P. sekitarnya (kapal Island Hoping/ Wralodra), plus snack dan makan siang dan asuransi. Fasilitas Guide selama exploring P Biawak, Guide Lokal  selama snorkling sewa baju scuba Rp 150 ribu/orang, Snorkel Set. 
Anda tertarik menjelajahi setiap jengkal pulau Biawak, termasuk mencapai puncak mercusuar setingg 65 meter, silahkan datang dan siapkan diri dengan mental yang kuat.
Kiki Kurnia
Sumber www.galamedianews.com

Friday, December 26, 2014

Tempat Wisata Alam Bandung Selatan

Situ Patengan
Merupakan sebuah danau alam yang terletak di perkebunan teh ranca bali, berjarak sekitar 47 Km dari kota Bandung. Merupakan kawasan wisata yang berudara sejuk dan segar, sangat jauh dari polusi. Di pinggir danau terdapat banyak perahu yang dapat disewa untuk wisatawan mengelilingi danau.




Kawah Putih
Masih terletak di kawasan ranca bali, berjarak sekitar 44 Km dari kota Bandung atau tepatnya di desa Sugih, kecamatan Pasir Jambu. kawah putih adalah sebuah danau kawah dari gunung Patuha dengan ketinggian 2.434 meter di atas permukaan laut. Kawah ini merupakan salah satu kawah dengan kadar keasaman belerang tertinggi di dunia, oleh sebab itulah pemerintah kolonial belanda pernah membangun pabrik belerang di tempat ini. Keunikan objek wisata ini adalah kawahnya yang berwarna putih, udara di sini sangat dingin bahkan bisa mencapai 0- 2 derajat celcius di musim-musim tertentu.


Kebun Strawberry
Wisata petik strawberry saat ini merupakan wisata yang sangat digemari oleh wisatawan. Strawberry merupakan produk agrowisata unggulan dari kabupaten Bandung, khususnya di daerah Ciwidey. Di daerah ini terdapat banyak sekali kebun strawberry tradisional sampai dengan kebun dengan pengelolaan profesional. Anda bebas memilih kebun mana yang anda senangi dan memetik sendiri langsung.


Cimanggu dan Ciwalini
Daerah Ciwidey sangat kaya dengan sumber air panas alami. Salah satunya dimanfaatkan oleh perum perhutani sebagai kolam renang Cimanggu. Kolam Cimanggu memiliki fasilitas parkir yang luas, tempat bermain anak-anak, dll.
Sepeti halnya Cimanggu, Ciwalini juga memanfaatkan pelimpahnya sumber mata air panas alam. Kolam renang ini berada di lingkungan perkebunan teh Walini yang sejuk.


Ranca Upas

Sebuah komplek bumi perkemahan yang ada di sekitar areal tanaman Eucalyptus, sejenis tanaman yang berasal dari benua Australia. Kawasan ini berjarak 41 Km dari pusat kota Bandung, dan terletak di ketinggian 1.700 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara rata-rata 18 derajat celcius. Di tempat ini juga terdapat penangkaran rusa yang menjadi daya tarik bagi wisatawan.


Situ Cileunca
Situ Cileunca adalah sebuah danau yang ada di daerah Pangalengan. Danau ini merupakan danau buatan yang luasnya 1.400 Hektar dengan dikelilingi bukit-bukit dan berlatar belakang pegunungan. Selain berfungsi sebagai objek wisata yang menarik, situ Cileunca juga berfungsi sebagai sumber air bagi pembangkit tenaga listrik. Air dari danau dialirkan melalui sungai Palayangan, yang juga sering digunakan sebagai arena ber-arung jeram / rafting.



Pekebunan Teh Malabar

Gunung Malabar yang memiliki pesona alam perkebunan teh dengan udara yang sejuk alami, sangatlah cocok untuk kegiatan olah raga jalan kaki / tea walk sambil ber rekreasi. Di tengah-tengah perkebunan terdapat macam-macam bangunan kuno yang masih terawat dengan baik, seperti guest house, perumahan administratur perkebunan pada masa penjajahan sampai dengan makam K.A.R. BOSSCHA.


Pemandian Air Panas Cibolang
Sebuah wana wisata pemandian air panas alam yang terletak di dalam hutan rimba berbatasan dengan kebun teh. Terletak di kaki gunung Wayang pada ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut, dengan suhu berkisar 18 derajat celcius. Sangat cocok untuk wisata keluarga dengan fasilitas yang cukup lengkap.








Sumber: www.galamedianews.com

Wednesday, December 24, 2014

Ini Rezeki yang Dijamin

Hampir setiap manusia menginginkan rezeki melimpah ruah. Kalau perlu, dapat diwariskan untuk tujuh turunan. Sifat tamak, serakah, berfoya-foya dan kikir ikut menyertainya. Padahal, harta hanyalah titipan, alat untuk menjalankan tugas kekhalifahan, memakmurkan bumi, dan beribadah kepada-Nya.

Janganlah mencari harta membuat kita lalai dari kewajiban beribadah. Karena, Allah Yang Maha Rahman dan Rahim menciptakan makhluk disertai dengan rezekinya masing-masing. Dalam Alquran surah Hud ayat 6 disebutkan, “Dan tidak ada binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberikan rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Lauhul Mahfuzh.”

Seperti kisah mashur seorang sufi bernama Abul Hasan al-Mishri yang menjalani hidup zuhud. Pada usia senjanya, meninggalkan jabatan di pemerintahan dengan gaji 50 dinar per bulan. Beliau beruzlah di menara Masjid Jami’ Amr bin al-Ash sampai akhir hayatnya.

Konon, Al-Mishri memilih hidup zuhud karena seekor kucing yang selalu datang ke rumahnya setiap pagi menunggu untuk diberikan makanan. Ketika diberi, kucing itu tidak langsung memakannya, tapi membawanya pergi. Karena penasaran, Al-Mishri membuntuti kucing itu. Ternyata, makanan itu dibawanya ke suatu gubuk. Di sana terdapat kucing lain yang buta. Makanan itu ia letakkan dihadapan kucing yang buta tersebut. Rupanya, dari situlah kucing buta tersebut mendapatkan makanannya sehari-hari.

Al-Mishri terkesima melihat pemandangan yang tak biasa tersebut dan ia bergumam, “Zat yang telah menjadikan kucing ini sebagai pelayan bagi kucing buta yang melarat itu sangat bisa membuatku tidak butuh kepada dunia ini.”

Dari kisah di atas, dapat diambil pelajaran bahwa dari kehidupan binatang pun manusia dapat belajar, tersadar dari kelalaiannya kepada Allah SWT. Kita sering kali sombong terhadap apa yang telah dimiliki, lupa bahwa apa yang diperoleh, selain merupakan usaha, juga ada campur tangan Allah sang pemberi rezeki.

Rasulullah SAW menegaskan, “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sesungguhnya, niscaya Allah memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung. Burung berangkat pada pagi hari dengan perut kosong dan pulang dengan perut yang penuh.” (HR Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Hakim dari Umar bin al-Khatthab).

Hanya saja, mesti disadari, sudah menjadi sunnatullah ada yang mendapat kelebihan rezeki, tapi ada pula yang hanya dipenuhi kebutuhan primernya atau disempitkan. Hal ini ditegaskan Allah dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 212, “…Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendakinya tanpa batas.”

Dalam makna yang sama, Allah menyampaikan bahwa akan ada orang-orang yang diberikan rezeki melimpah, sebagaimana tertera dalam surah Ali Imran ayat 27 dan 37. Bahkan, ditegaskan pula, bila Allah SWT menghendaki, mungkin saja ada yang diluaskan rezekinya atau disempitkan. Seperti yang disampaikannya dalam surah ar-Ra'd ayat 26, “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki.”

Kepada mereka yang berlebih, hendaknya selalu bersyukur dan membantu yang kekurangan. Sementara, bagi mereka yang kekurangan, hendaknya bersabar, terus berusaha, tetap bersyukur atas karunia yang diberikan oleh-Nya, dan menjaga iman. Karena, kefakiran cenderung mendorong manusia kepada kekafiran.

Keyakinan bahwa rezeki dijamin Allah SWT tidak berarti hidup yang dijalani tidak produktif. Bekerja keraslah sekuat tenaga agar kita tidak meninggalkan keluarga dan keturunan dalam kefakiran.

Menjadi kewajiban kita untuk berusaha sekuat tenaga agar selain mampu memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga, juga membantu orang lain. Ingatlah, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Wallahu’alam.
Oleh: Iu Rusliana


sumber : www.republika.co.id

Monday, December 22, 2014

Doa Anda Ingin Dijawab?

Seperti biasa, usai presentasi saya berikan kesempatan siswa-siswa saya untuk bertanya. “Kalau-kalau masih ada yang kurang jelas, silakan ditanyakan. Saya sediakan waktu kurang lebih 10 menit”, kata saya. Lima menit pertama telah berlalu, namun tak seorang pun bertanya.

Lima menit kedua, ternyata seorang di antara mereka ada yang mengacungkan tangannya. “Maaf. Saya boleh bertanya sesuatu di luar topik yang sedang dibahas hari ini?” kata dia. Saya jawab, “Boleh. Silakan”.

Lalu, dia bertanya tentang doa. Pada intinya, dia bertanya tentang doanya di Multazam dan di Raudhah yang belum terjawab. “Soalnya, menurut guru (ngaji) saya tempat-tempat tersebut termasuk tempat-tempat yang mustajabah," terang dia.

Kendati pertanyaan itu di luar topik, saya jawab pertanyaan dia dengan sebuah pertanyaan. “Kamu, sudah pernah berdoa di sana?”. Jawab dia, “Sudah. Alhamdulilah saya pernah berdoa di tempat-tempat tersebut ketika umrah”. Komentar saya, “Alhamdulillah”.

Berdoa hakikatnya melaksanakan perintah Allah. Allah berfirman, “Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah (kalian) kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan’” (QS Ghafir [40] : 60). Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban kita berdoa, dan tentang hak Allah mengabulkan doa hamba-Nya.

Sudah barang tentu, kita seharusnya melaksanakan kewajiban kita dengan sebaik-baiknya. Sedangkan perkara hak Allah, yakni apakah akan mengabulkan doa kita atau tidak, sebaiknya kita serahkan sepenuhnya kepada-Nya.

Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidaklah seorang Muslim berdoa, (sepanjang) tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahim, niscaya Allah akan mengabulkan doanya itu dengan tiga kemungkinan. Dikabulkan-Nya di dunia, dikabulkan-Nya di akhirat, dan dihindarkan-Nya keburukan darinya sesuai dengan doanya. Seorang sahabat bertanya, “Kalau begitu, kita harus memperbanyak doa? Rasulullah menjawab, “Allahu Akbar/Allah Maha Besar”  (HR Bukhari dalam Adab al-Mufrad).   

Oleh sebab itu, yang terpenting bagi kita adalah mengetahui definisi doa, syarat-syarat berdoa, dan adab-adabnya dengan sebaik-baiknya. Doa yaitu menampakkan kerendahan diri kepada Allah seraya mengajukan permohonan, mengharap kebaikan yang ada di sisi-Nya, mengharap terkabulnya keinginan, dan selamat dari hal-hal yang mengkhawatirkan.

Ibnu Qayyim menjelaskan, “doa termasuk obat yang paling mujarab karena doa musuh bala bencana, mengadangnya dan mengobatinya, menghalangi turunnya dan menghilangkannya atau meringankannya, dan doa adalah senjata orang yang beriman.”

Doa Anda ingin dijawab? Berdoalah kepada Allah semata-mata. Janganlah sekali-kali berdoa kepada selain Allah. Bertawasullah kepada-Nya dengan tawasul yang sesuai syariat. Berbaik sangkalah kepada-Nya. Janganlah tergesa-gesa ingin dikabulkan. Selain itu, makanlah makanan (juga minumlah minuman) yang halal dan baik.

Tak kalah penting; berdoalah sambil bersimpuh, mulailah dengan memuji-Nya, bershalawatlah kepada nabi dan rasul-Nya, bersucilah dari hadas dan najis, menghadaplah ke arah kiblat, angkatlah kedua tanganmu, rendahkanlah suaramu, dan seterusnya. Wallahu a’lam.

Oleh: Mahmud Yunus




sumber : www.republika.co.id

Saturday, December 20, 2014

Kapan Adil Berbuah Ketenangan?

Pada suatu ketika, Kaisar Romawi mengirim utusan kepada Khalifah Umar bin Khaththab ra. Dia berniat melihat dari dekat kondisinya dan aktivitas amirul mukminin. Ketika utusan Romawi tersebut telah tiba di Madinah, ia bertanya tentang Umar bin Khaththab RA kepada penduduk Madinah. “Mana raja kalian?”

Penduduk Madinah menjawab, “Kami tidak mempunyai raja. Kami hanya mempunyai pemimpin yang telah pergi keluar Madinah.” Utusan Kaisar Romawi tersebut segera keluar dari Madinah untuk mencari Umar bin Khaththab ra dan menemukannya tidur di atas tanah dengan berbantalkan tongkat kecilnya yang ia biasa bawa untuk mengubah kemungkaran.

Ketika utusan Kaisar Romawi melihat Umar dalam keadaan seperti itu, ia merasakan ke tenangan di hatinya dan berkata, “Orang yang ditakuti oleh semua raja karena kewibawaannya kok keadaannya seperti ini? Na mun, hai Umar, engkau berbuat adil, dan engkau pun bisa tidur. Sedangkan, raja kami zalim, maka tidak heran kalau ia tidak bisa tidur dan selalu diliputi ketakutan.”

Kisah yang terdapat di dalam kitab Minhajul Muslim karya Abu Bakr Jabir Al-Jazairi ini memberikan pelajaran berharga mengenai buah dari ha sil memutuskan hukum dengan adil. Salah satunya adalah tersebarnya ketenangan di dalam hati.

Ketenangan di dalam hati seseorang yang memutuskan hukum dengan adil karena dia tidak memutuskan suatu hukum dengan hawa nafsunya dan tidak menzalimi hak-hak pemiliknya. Dia memberikan keputusan hukum kepada manusia dengan memberikan hak kepada pemiliknya.

Sikap inilah yang menjadikan sang pemimpin mendapatkan cinta Allah, keridhaan-Nya, kemulian-Nya, dan nikmat-Nya. Salah satu bentuk ke cin taan Allah, keridhaan, kemuliaan, dan nikmat- Nya itu adalah dengan memberikan ketenangan di dalam diri orang yang berbuat adil dalam memutuskan hukum.

Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk bersikap adil dalam hukum. Perintah Allah SWT ini termaktub di dalam Alquran surah an-Nisa (4) ayat 58, “Sesungguhnya, Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya, Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya, Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” Wallahu a’lam.

Oleh: Moch Hisyam  



sumber : www.republika.co.id

Thursday, December 18, 2014

Green Canyon di Majalengka tak Kalah Indah

GRAND Canyon di Desa Sukadana, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka. Tebing setinggi kurang lebih 20 meteran tersebut mengapit Sungai Cilongkrang yang airnya dikenal sangat jernih dan dingin bagai air es, bagian kanan dan kiri tebing yang berasal dari batu tersebut nampak seperti diukir.*
Mungkin tidak banyak orang yang tahu kalau Kabupaten Majalengka memiliki sebuah objek wisata green canyon yang keindahannya sangat berbeda dengan grand canyon di Pangandaran atau di wilayah lain di Jawa Barat.
Green canyon Majalengka letaknya di Desa Sukadana, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, sekitar 2 km dari ibu kota kecamatan atau 16 km dari ibu kota kabupaten.
Yang unik dari green canyon Majalengka ini adalah suhunya sangat dingin, dua tebing yang mengapit sungai Cilongkrang yang ketinggiannya mencapai lebih dari 20 meteran serasa berada di gua besar, di bawah air sungai mengalir jernih dari wilayah hulu.
Tebing batu yang berada di kanan kiri tersebut berwarna kehijauan dan bentuknya seolah diukir membentuk kotak-kotak kecil
Meski jam telah menunjukan pukul 11.30 WIB belum ada sinar matahari menembus sungai. Sinar matahari baru nampak setelah pengunjung berjalan beberapa puluh meter menyusuri arah hulu tepatnya menuju air terjun.
Air terjun tersebut dinamakan air terjun Pelangi, karena bila terkena sinar matahari tampak ada pelangi yang terbentuk dari kepulan air terjun.
"Dinamakan air terjun pelangi karena apabila tersorot cahaya matahari airnya berwarna-warni seperti pelangi," kata Yayat (25) warga setempat, Rabu (15/10/2014).
Menurut Yayat , di Desa Sukadana selain terdapat air terjun dan "Green Canyon" juga terdapat gua kelelawar atau lebih dikenal warga guha lalay, disebut guha lalay karena terdapat ribuan kelelawar yang setiap saat menempel di bebatuan.
"Warga baru mengetahui setelah ramai di twitter dan facebook, kebanyakan pengunjung anak muda dan mahasiswa," ungkap Yayat.
Een, warga lainnya menyebutkan, kunjungan ke green canyon belakangan cukup banyak, setidaknya setiap haru minimal 6 hingga 10 orang. Mereka datang dari berbagai wilayah baik asal Kabupaten Majalengka ataupun dari luar kota.
“Tahunya banyak pengunjung karena saya setiap hari ada di kebun sini,” kata Een ditemui di kebun bawang polongnya.
Untuk menuju ke lokasi tersebut green canyon, pengunjung bisa menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua, hanya kendaraan tak bisa sampai ke lokasi namun harus di simpan di depan rumah penduduk Desa Sukadana.
Dari jalan kabupaten ke lokasi green canyon harus menuruni jalan setapak dan melintasi perkebunan sayur milik penduduk, meski jaraknya hanya beberapa puluh meter saja ke lokasi, namun cukup lelah karena kondisi jalan menurun hingga kemiringan 80 derajat.
Tidak ada tangga karena lokasi objek wisata ini belum ada pengelolanya, namun warga setempat di beberapa titik jalan yang kemiringannya cukup tajam hingga 90 derajat disediakan tangga (taraje:sunda) serta ada pula kawat besi untuk pegangan pengunjung yang diikatkan ke pohon bambu.
Meski jalan menuju lokasi demikian curam, ketika sampai bisa terobati oleh keindahan suasana sungai, dengan udaranya yang cukup dingin hingga 18 derajat disaat kemarau, pengunjung juga bisa mandi atau sekedar merendam kaki untuk merasakan dinginnya air.(Tati Purnawati-"KC"/A-88)***
Sumber: www.pikiran-rakyat.com/node/300965

Wednesday, December 17, 2014

Ini Amal Ibadah yang Pas

Anas ra berkisah, ada tiga orang datang menemui istri-istri Rasulullah untuk menanyakan ibadah baginda nabi. Saat diberitahu mengenai ibadah Rasulullah, mereka merasa sangat  kecil. Rasulullah SAW yang sudah dijamin mendapat ampunan dan surga Allah SWT ternyata melaksanakan ibadah 'berat'. Sungguh terasa sangat jauh dibanding dengan mereka.

Orang pertama pun bertekad dan menyatakan akan shalat malam terus menerus. Orang Kedua akan puasa sepanjang tahun tanpa henti. Orang ketiga akan menjauhi perempuan dan tak akan menikah selamanya.

Ketika mendengar niat ketiga orang itu, Nabi bersabda, “Benarkah kalian yang mengatakan akan shalat malam terus menerus, akan berpuasa setiap hari, dan tidak akan menikah selama hidup? Bukankah, demi Allah, aku orang yang paling takut di antara kalian kepada Allah dan paling bertakwa kepada-Nya, namun demikian aku shalat malam dan juga tidur, aku berpuasa dan juga tidak berpuasa, dan aku menikahi wanita? Barangsiapa tidak menyukai sunahku maka ia bukan golonganku.” (HR Bukhori dan Muslim).

Sebagaimana sabda Nabi di atas, kita tidak dibenarkan untuk melaksanakan agama dengan cara yang berlebih-lebihan. Untuk mengukur kadar ibadah yang pas, tentu tidak mudah. Oleh karenanya, di samping memiliki tolok ukur ibadah Nabi, juga harus melihat para sahabat serta sikap toleransi Nabi terhadap apa yang diamalkan para pengikutnya.

Pada waktu berbeda, masih dikisahkan Anas bin Malik, Rasulullah SAW menerangkan tentang laki-laki calon penghuni surga. “Sebentar lagi akan muncul dihadapan kalian salah seorang ahli surga." Ketika diketahui orangnya, seorang sahabat Abdullah bin Amr meneliti dengan bertamu bermalam di rumahnya. Setelah diamati ternyata ibadah orang itu biasa-biasa saja, bahkan si peneliti sendiri merasa ibadah dia jauh lebih baik. Setelah berdialog dan didalami maka diketahuilah bahwa kelebihannya adalah “tidak pernah berlaku curang” dan “tidak iri” atas kelebihan yang diberikan Allah kepada orang lain. Jadi, kekuatannya ternyata ada pada mental and moral attitude.

Dalam Alquran disebutkan, orang yang berlebih-lebihan dalam beragama dikaitkan dengan doa dan pendekatan diri kepada Allah. Ketika menderita, dia intensif berdoa, tapi saat lapang dia menyimpang. “Dan, apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Tetapi, setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan.” (QS Yunus 12).

Inilah karakter kaum musyrifin (orang yang berlebih-lebihan), yaitu ketika ditimpa ujian hidup berupa kesulitan maka ia berdoa dengan khusyuk setiap waktu, mendekat dan menangis agar Allah menolong untuk segera melepaskan kesulitan yang dirasakannya itu. Pada saat Allah SWT melepaskan kesulitan itu, dia lupa diri. Seolah berubahnya keadaan itu sepenuhnya disebabkan oleh usaha dirinya. Bahkan, dengan kesenangan yang Allah berikan itu justru perilakunya berubah menjadi dekat dan akrab dengan kehidupan maksiat.

Amal ibadah yang pas adalah ia yang beribadah dengan baik dan berdoa dengan khusyuk serta situasi yang berubah tidak mengubah kedekatannya kepada Allah. Tidak iri atas kelebihan orang lain, selalu melihat diri cukup dan bersyukur. Sabda Nabi, “Lihatlah orang yang lebih rendah dari kalian dan janganlah memandang orang yang ada di atas kalian agar tidak meremehkan  nikmat karunia Allah yang diberikan kepada kalian.” (HR At Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Majah). 
Oleh: M Rizal Fadillah



sumber : www.republika.co.id

Monday, December 15, 2014

Mau Jadi Wortel, Telur, Atau Kopi?

Hidup manusia mengikuti sunatullah. Ada kalanya gembira dengan berbagai anugerah dan kenikmatan, ada kalanya susah dengan berbagai musibah dan kegagalan. Manusia tidak selamanya sukses dan lancar dalam hidupnya, ada kalanya gagal dan penuh dengan kesukaran. Semua itu, harus dihadapi dengan kesadaran.

Allah SWT mengingatkan dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 155-156, kesabaran akan melahirkan kegembiraan. “…. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu, orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”

Sementara, bagi manusia yang selalu berkeluh kesah, berburuk sangka pada dirinya, orang lain, bahkan Tuhan, serta menghabiskan waktunya dengan ratapan kesedihan akan merasakan waktu terasa lama, berputus asa, dan jauh dari bahagia.

Seperti kisah seorang anak yang mengeluhkan kesulitan dan kerasnya hidup kepada ayahnya. Dia tidak tahu lagi harus berbuat apa dan ingin menyerah saja. Harapan untuk bangkit telah hilang, sementara catatan kesedihan memenuhi lembar kehidupannya. Ketika satu persoalan belum juga terselesaikan, masalah lainnya telah muncul, silih berganti tiada henti.

Mendengar keluhan anaknya tersebut, sang ayah hanya tersenyum. Lalu, diajaknya sang anak itu ke dapur bersamanya. Diambilnya tiga buah panci, diisinya masing-masing dengan air dan meletakkannya di atas kompor yang menyala. Pada panci pertama, sang ayah memasukkan wortel, yang kedua telur, dan yang ketiga beberapa biji kopi tumbuk. Dibiarkannya air itu mendidih.

Dalam masa menunggu itu, keduanya terdiam seribu bahasa, meski sang anak sudah tak sabar masih tak paham dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Dua puluh menit kemudian, sang ayah mematikan api lalu mengambil wortel dan meletakkannya di sebuah piring. Begitu pula telur pada panci kedua, diambilnya dan diletakkannya di piring yang sama. Terakhir, ia menyaring kopi dan meletakkannya di piring itu juga.

Kemudian, sang ayah bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?” “Wortel, telur, dan kopi,” jawab sang anak. Dimintanya sang anak mendekat dan memegang wortel. Anak itu mengatakan, wortel itu terasa lunak. Kemudian, sang ayah meminta anaknya mengupas telur, sang anak mengatakan telur rebus itu kini terasa keras. Saat mencicipi kopi, sang anak tersenyum dan bertanya, ”Ayah, apa maksud semua ini?”

Ayahnya lalu menjelaskan bahwa setiap benda tadi telah mengalami hal yang sama, yaitu direbus dalam air mendidih. Setelah direbus, ketiganya berubah. Wortel yang semula keras, berubah menjadi lunak. Sebaliknya, telur yang tadinya lunak dan mudah pecah, setelah direbus menjadi keras dan kokoh. Sementara, biji kopi tumbuk berubah menjadi sangat unik, mengubah air yang direbusnya.

“Maka, seperti apakah dirimu?” tanya sang ayah kepada anaknya. “Saat kesulitan, kesusahan, dan kesedihan menimpamu, perubahan apa yang terjadi pada dirimu? Apakah kau menjadi sebatang wortel, telur, ataukah biji kopi?”

Kisah di atas memberikan pelajaran bahwa seberapa pun sulitnya kehidupan, sebagai orang beriman, kita harus dapat menghadapainya dengan penuh kesabaran. Permasalahan hakikatnya batu ujian. Seberat apa pun permasalahan yang menghadang, jangan menjadikan amal kebaikan berkurang. Setiap persoalan yang dihadapi merupakan alat ukur kualitas amal.

Bagi mereka yang bersabar, akan dibalas Allah dengan martabat yang tinggi. Sebagaimana yang dinyatakan-Nya adalah surah al-Furqan ayat 75, “Mereka itulah yang dibalas dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.” Wallahu’alam.

Oleh: Prof H Dadang Kahmad
sumber : www.republika.co.id

Saturday, December 13, 2014

Kebahagiaan Sejati

Betapa tidak mudahnya seseorang menjadi bahagia. Kala kata itu diartikan sebagai simbol materi, kemewahan, pangkat, golongan, status sosial.
Secara tidak sadar, pola pikirnya sudah terbebani untuk mengejar segala jenis simbol yang sudah melekat padanya.

Ketika suatu saat simbol-simbol itu gagal didapat, ia akan menjadi kecewa bahkan putus asa seolah-olah hanya dengan meninggikan simbol saja kebahagiaan itu bisa diraihnya.

Memang, ada benarnya kalau materi, kedudukan, dan simbol lainnya bisa membawa seseorang menjadi bahagia. Apalagi, ada pepatah mengatakan, apa pun masalahnya, dengan uang segala urusan bisa menjadi lancar.
Dengan kedudukan, masalah bisa cepat teratasi. Hanya, simbol-simbol tersebut tidak melulu menjadikan seseorang lantas berbahagia.

Materi dan kedudukan di dunia sejatinya tidak akan dibawa ke alam kubur. Apalah arti sebuah simbol kalau dirinya masih jauh dari Tuhan, berbeda halnya kalau simbol tersebut digunakan untuk kebaikan pada diri dan sesama.

Kebiasaan orang yang meninggikan simbol tanpa esensi biasanya akan menganggap rendah dan memandang sebelah mata kepada orang yang hidup tanpa simbol kebahagiaan.
Mereka hanya akan menghormati orang-orang yang berharta, berpangkat dan mempunyai kedudukan tinggi di masyarakat. Padahal, kemuliaan seseorang dilihat dari ketakwaan, bukan pada selainnya.

"Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya, Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS al-Hujuraat ayat 13).

Inilah fenomena yang berkembang di masyarakat masa lalu maupun modern, banyak orang mengejar kebahagiaan dengan cara yang sulit. Padahal, ada yang lebih penting untuk diperhatikan, yaitu esensi bahagia.

Dengan menyederhanakan pola pikir dan pola hidup niscaya seseorang tidak akan jatuh ke dalam kesalahan berpikir. Siapa pun, pada dasarnya bisa berbahagia dengan mudah.
Karena, bahagia bukan hanya milik orang-orang elite saja. Kalangan menengah dan kalangan bawah pun bisa merasakan hal sama. Orang-orang tanpa pangkat, jabatan, bahkan status sosial pun tetap bisa merasakan kebahagiaan.

Kita tentu pernah mendengar kisah seseorang yang bekerja dengan penghasilan besar setiap bulannya, akan tetapi waktu, tenaga dan pikirannya lebih menguasai dirinya. Sebagian besar waktu habis terpakai untuk mencari materi.

Sedikit sekali waktu berkumpul dengan anak dan istrinya, tiada kehangatan yang bisa dirasakan kecuali pada waktu-waktu tertentu, bahkan tak jarang sang anak seperti kehilangan kasih sayang dari orang tua yang super sibuk dengan urusan-urusan dunia.

Waktu emas sang anak habis dengan orang lain. Alhasil anak pun menjadi lebih dekat dengan pengasuh atau orang yang mengurusinya sejak kecil daripada dengan orang tuanya.
Fenomena lain adalah saat seseorang hidup dengan penghasilan besar setiap bulannya ternyata rumah tangganya tidak harmonis.

Tak jarang, mereka akhirnya harus hidup berpisah karena memilih bercerai dan menjalani hidup masing-masing. Apakah materi dan status sosial belum cukup untuk membahagiakannya!?

Lalu, bagaimana dengan para pedagang kaki lima, petani, nelayan, atau orang-orang pinggiran yang berpenghasilan tidak tetap, terkadang rizki yang didapat hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari. Adakah mereka mendapat kebahagiaan? Jawabannya, tentu ada.

Kondisi ekonomi bukanlah menjadi alasan bagi seseorang untuk terhalang merasakan manisnya kehidupan selama ia bersabar, tetap berikhtiar, menjaga dirinya dari kemaksiatan, dan selalu bersyukur atas pemberian dari Tuhannya kendati sedikit maka selama itu pula Allah Ta’ala akan membimbingnya kepada kebahagiaan yang hakiki.
Oleh: Guntara Nugraha Adiana Poetra     


sumber : www.republika.co.id

Thursday, December 11, 2014

Mencari Rezeki yang Halal

Dalam kehidupan ini, Allah SWT memerintahkan manusia untuk mencari rezeki yang halal untuk menafkahi keluarga (istri dan anak).
Jangan sekali-kali memberikan barang yang haram kepada keluarga, karena tubuh yang di dalamnya ada barang haram tempat kembali yang cocok adalah neraka.

Mari kita tengok peristiwa yang terjadi pada Siti Hajar dan putranya Ismail as. Setelah Nabi Ibrahim as meninggalkan Siti Hajar dan anaknya di tempat yang sunyi dan gersang di suatu lembah di jazirah Arab, Siti Hajar mulai menyusui Ismail, sementara dia sendiri mulai merasa kehausan, panas matahari saat itu menyengat sehingga terasa begitu mengeringkan tenggorokan.

Setelah dua hari, air yang di bawah habis, air susunya pun kering. Siti Hajar dan Ismail mulai kehausan. Pada waktu yang bersamaan, makanan pun habis, kegelisahan dan kekhawatiran membayangi Siti Hajar. Ismail mulai menangis karena kehausan. Kemudian sang ibu meninggalkannya sendirian untuk mencari air.

Dengan berlari–lari kecil, dia sampai di kaki Bukit Shafa. Kemudian dia naik ke atas bukit itu. Ditaruhnya kedua telapak tangannya di kening untuk melindungi pandangan matanya dari sinar matahari, kemudian dia menengok ke sana kemari, mencari sumur, manusia, kafilah atau berita.

Namun tidak ada sesuatu pun yang tertangkap pandangan matanya. Maka dia bergegas turun dari bukit Shafa dan berlari–lari kecil sampai di Bukit Marwa. Dia naik ke atas bukit itu, barangkali dari sana dia melihat seseorang, tetapi tidak ada seorang pun.

Siti Hajar turun dari Bukit Marwa untuk menengok bayinya. Dia mendapati Ismail terus menangis. Tampaknya sang bayi benar-benar kehausan. Melihat anaknya seperti itu, dengan bingung dia kembali ke Bukit Shafa dan naik ke atasnya.
Kemudian dia ke Bukit Marwa dan naik ke atasnya, Siti Hajar bolak–balik antara dua bukit, Shafa dan Marwa sebanyak tujuh kali.

Ada rahasia yang jarang dikupas dari kejadian ini, yaitu kesungguhan Siti Hajar dalam mencari air. Dikeluarkannya segala tenaganya bolak balik dari Shafa dan Marwa, walaupun bolak balik dari Shafa dan Marwa belum mendapatkan air dia terus berusaha.

Walaupun akhirnya air itu ada di dekat anaknya sendiri. Ini memberikan pelajaran kepada kita untuk bersungguh-sungguh dalam menjemput rezeki, dengan mengeluarkan segala kemampuan yang kita miliki, karena kita diperintahkan bukan cuma melihat hasil, tapi juga usaha dan tenaga yang kita keluarkan.

Rasulullah SAW sangat mencintai orang-orang yang bekerja keras. Diriwayatkan suatu ketika Rasulullah berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari.
Ketika itu Rasulullah SAW melihat tangan Sa’ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitaman seperti lama terpanggang matahari. Rasulullah SAW bertanya, ‘Kenapa tanganmu?’

Sa’ad menjawab, ‘Wahai Rasulullah, tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku.'
Seketika itu, Rasulullah SAW mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata, ''Inilah tangan yang tidak pernah tersentuh api neraka.''
Hikmah dari kisah ini, terdapat tanggung jawab seorang Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari dalam menafkahi anak dan istrinya melalui rezeki yang halal.
Oleh : H Ahmad Dzaki, MA

sumber : www.republika.co.id

Sunday, December 07, 2014

Perlukah Malu Bila tak tahu?

Menjadi suatu aib bagi seorang intelektual ketika ia ditanya dalam suatu pembahasan kemudian ia mengatakan, "Saya tidak tahu." Gengsi bercampur malu jika ada suatu pertanyaan yang tidak bisa ia selesaikan dengan baik. Akhirnya, ia paksakan jua untuk menjawabnya kendati uraiannya tidak berkaitan dengan pertanyaan. Tak jarang, mubalig atau cendekiawan seperti ini justru menjadi pionir penyesat umat.

Salah seorang murid Imam Malik bin Anas, al-Haitsam bin Jumail, pernah menyaksikan kejujuran gurunya. Al- Haitsam mengisahkan, tatkala ia bersama gurunya Imam Malik. "Ia (Imam Malik) ditanya mengenai 48 masalah, lalu menjawab, "La Adri (Aku tidak tahu) pada 32 masalah," kisah sang murid.

Akibat keluguan Imam Malik, si penanya merasa kesal. "Apa yang harus aku katakan kepada kaumku setelah kembali," protesnya. Imam Malik hanya menjawab, "Katakan saja, Malik bin Anas berkata, ‘Aku tidak tahu.’"

Terbayangkah, seorang imam besar mengaku tidak tahu ketika ditanya suatu persoalan? Kurang apa Imam Malik yang lintang-pukang dengan berbagai disiplin ilmu. Semua kajian fi kih dan hadis dilahapnya. Tak ada ketika itu yang lebih alim dari seorang fi gur Imam Malik. Tapi, ia sadar, manusia punya keterbatasan. Hanya Allah SWT saja yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

Imam Ibnu Shalah dalam kitab Adab al-Fatawa menjelaskan, orang yang bertanya dalam kisah tersebut merupakan thalib (penuntut ilmu) yang datang dari luar Kota Madinah. Orang tersebut mela kukan perjalanan selama dua bulan sehingga bisa bertemu dengan Imam Malik.

Tetapi, Imam Malik hanya memberikan jawaban terhadap 16 masalah. Hal ini sangat wajar karena Imam Kota Madinah itu tidak pernah melakukan perjalanan selain hanya ke Kota Makkah. Itu pun untuk keperluan haji dan umrah. Seseorang yang tidak banyak melakukan perjalanan ke wilayah lain tentu akan merasa sulit untuk menganalogikan suatu masalah yang terjadi di luar daerahnya dengan persoalan yang ada di negeri asalnya.

Terlepas dari latar belakang itu, al- Hafizh Jalal al-Din al-Suyuthi menulis risalah pendek yang menarik di dalam kitab al-Hawi al-Fatawa tentang kejujuran intelektual ulama salaf. Ia menemukan riwayat-riwayat yang sahih dari para saha bat dan tabiin yang merasa tidak gengsi untuk berkata, "Aku tidak tahu." Bahkan, ada sebuah riwayat yang bersumber dari perkataan Abdullah bin Mas‘ud RA, "Perkataan ‘aku tidak tahu’ adalah setengah dari ilmu".

Adapun maksud dari ungkapan ini ada lah ketika seseorang mengaku tidak tahu maka sikapnya mengindikasikan keju juran secara ilmiah dan usaha terus-mene rus untuk mencari jawabannya.

Sikap tersebut memang banyak di temu kan di kalangan Nabi SAW, sebagaimana diceritakan oleh Abdur Rahman bin Abu Laila seorang Tabi’in senior. Ia berkata, "Aku bertemu dengan 120 sahabat Anshar. Ketika salah seorang mereka ditanyai mengenai suatu persoalan, maka yang ditanya mengalihkan kepada sahabat yang lain. Begitu juga sahabat yang kedua mengalihkan kepada sahabat yang lain, sehingga kembali lagi kepada sahabat yang pertama."

Bahkan, amir al-mu’minin Umar bin al- Khattab setiap kali ditanyai menge nai suatu persoalan, maka ia selalu ber mu syawarah dan mendiskusikannya terlebih dahulu dengan sahabat-sahabat Badr (Sahabat yang pernah mengikuti perang Badar).

Tak jarang seseorang menentang sesuatu yang sebenarnya belum dipahaminya dengan baik. Ini tidak hanya terjadi pada manusia biasa saja. Bahkan, orang sekaliber Nabi Musa AS ini pernah menentang prilaku Nabi Khidhr karena belum memahami hakikat dari kejadian yang dilihatnya. Inilah yang dimaksudkan Imam Abu al-Ghazali bahwa seseorang akan menentang sesuatu belum diketahuinya dengan baik.

Berdasarkan kenyataan tersebut, Imam Malik berpesan kepada orang yang menjadi mufti atau konsultan keagamaan agar berhati-hati. "Hendaklah seorang mufti berpikir ulang sebelum menjawab suatu persoalan. Apakah jawabannya menyebabkan dirinya terjebak ke dalam neraka atau mengantarkannya masuk surga," pesannya. Ini dikarenakan kesa lah an dalam berfatwa menjadi salah satu penyebab seorang mufti digiring masuk Neraka.

Dengan demikian, seorang ustaz atau dai sebenarnya tak perlu merasa malu mengakui ketidaktahuannya, hanya dikarena kan malu di hadapan jamaahnya. Tetapi hendaklah malu kepada Allah Yang Maha Mengetahui isi hati makhluk-Nya
Oleh: Hanan Putra
,

sumber : www.republika.co.id

Thursday, December 04, 2014

Ini Risiko Memilih Kantong Kresek untuk Wadah Makanan

Karena praktis, plastik pun menjadi primadona sebagai wadah makanan dan minuman. Balai Sentra Teknologi Polimer pun melihat adanya tren penggunaan plastik yang diprediksi meningkat, menggeser penggunaan kaca, metal, dan kertas. Hal ini terjadi karena plastik tergolong ringan, kuat, serta terjangkau harganya.

Zaman yang makin modern membuat manusia tidak bisa terhindar dari plastik. Meski tergolong tidak seramah kaca atau kertas bagi lingkungan, plastik adalah kebutuhan hidup manusia masa kini.

Berhubung tidak bisa dihindari, tingkat buangan plastik perlu dikurangi. Caranya melalui penggunaan ulang wadah plastik. Kalau khawatir soal keamanannya, Wawas Swathatafrijiah dari Balai Sentra Teknologi Polimer, mengatakan plastik berisiko lebih besar pada kondisi panas.
Migrasi (perpindahan zat kimia dari plastik ke makanan) akan lebih tinggi kadarnya jika dipakai untuk makanan panas ketimbang dingin. Salah pilih plastik, seperti kantong kresek, untuk menempatkan makanan bahaya kanker bisa mengintai.

Pilih plastik dengan logo aman bagi makanan. Perhatikan tanda gelas dan garpu atau logo food grade atau food safe di bagian bawah wadah plastik.

Yang terpenting adalah mewadahi makanan dalam kemasan plastik yang memang dirancang aman untuk makanan. Coba juga membungkus makanan dari restoran dengan wadah plastik milik sendiri. Selain mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, pemakaian styrofoam bisa dihindari. Memang Wawas menilai sudah banyak produsen styrofoam yang menggunakan bahan pengembang plastik menjadi foam yang aman.

Tetapi, proses produksi styrofoam yang belum baik berpotensi membahayakan kesehatan jika makanan panas diletakkan ke atasnya. Kandungan monomer stiren yang berbahaya bagi tubuh dalam styrofoam dapat turut terlepas lewat makanan berminyak, berlemak, atau mengandung alkohol, terlebih dalam keadaan panas. Migrasi pun bisa terjadi.

Menggunakan plastik sesuai peruntukan lagi-lagi menjadi kata kunci. Untuk wadah makanan, pilih plastik berlogo aman bagi makanan. Jangan gunakan wadah plastik dalam microwave kecuali memang dirancang aman untuk itu. Tandanya melalui gambar microwave di bagian bawah wadah.

sumber : www.republika.co.id

Tuesday, December 02, 2014

Bersedekah Saat Sehat

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata, ada seseorang yang datang kepada Nabi SAW seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?” Beliau menjawab, “Bersedekahlah selama kamu masih sehat, bakhil (suka harta), takut miskin, dan masih berkeinginan untuk kaya. Dan, janganlah kamu menunda-nunda sehingga apabila nyawa sudah sampai di tenggorokan maka kamu baru berkata, ‘Untuk fulan sekian dan untuk fulan sekian,' padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli warisnya).” (Muttafaqun ‘alaih).

Hadis di atas memberikan pelajaran penting kepada kita mengenai saat sedekah yang akan diganjar dengan pahala yang besar oleh Allah SWT, salah satunya adalah bersedekah saat diri kita sedang sehat.
Besarnya pahala yang didapat orang yang bersedekah pada saat sehat dikarenakan pada umumnya manusia akan merasa pelit ketika berada dalam keadaan sehat.

Bila ia bersedekah dalam kondisi sehat hal itu menjadi bukti akan kesungguhan niatnya dan begitu besar kecintaannya kepada Allah SWT. Inilah yang menjadikan bersedekah pada waktu sehat adalah sedekah yang utama dan berpahala besar.

Berbeda halnya dengan mereka yang sudah tidak mempunyai harapan lagi untuk sehat. Sementara, ia memandang hartanya akan menjadi milik orang lain maka ketika itu sedekahnya merupakan suatu kekurangan. Karena itu, bersedekah pada saat sehat merupakan bagian penting yang harus kita lakukan dalam hidup ini.

Jangan sampai nikmat sehat yang Allah SWT anugerahkan kepada kita kosong dari amal saleh, salah satunya kosong dari bersedekah. Selain berpahala besar, ketika kita bersedekah pada saat sehat akan menjadikan kita golongan orang yang menyegerakan amal kebaikan.

Hal ini dapat kita pahami dari hadis Rasulullah SAW, “Bersegeralah kamu sekalian untuk beramal sebelum datang tujuh hal; tidaklah kamu menantikan kecuali kemiskinan yang menimbulkan kelalaian, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang merusak, ketuarentaan yang melemahkan akal, kematian yang membunuh dengan cepat, atau menunggu datangnya dajal padahal ia adalah sejelek-jeleknya yang ditunggu, atau menunggu datangnya hari kiamat padahal kiamat itu lebih berat dan lebih pahit (pedih).” (HR Tirmidzi).

Selain itu, bersedekah pada saat diri kita sehat sama dengan mensyukuri nikmat kesehatan. Itu karena bukti mensyukuri nikmat sehat adalah mempergunakan nikmat sehat itu dengan melakukan ketaatan kepada-Nya yang salah satunya mengisi nikmat sehat dengan banyak bersedekah.

Lainnya, bersedekah pada saat sehat termasuk orang yang diutamakan karena kebanyakan manusia sering melupakan nikmat sehat, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu karenanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR Bukhari).

Untuk itu, selagi sehat, mari isi kesempatan yang Allah anugerahkan ini dengan memperbanyak amal kebaikan, di antaranya, dengan bersedekah agar mendapatkan pahala yang besar dan keutamaan dari Allah SWT. Wallahu’alam.
, Oleh: Moch Hisyam

sumber : www.republika.co.id