-

Friday, March 15, 2019

Madura in-depth, Sendiri di Kedalaman

red : maduraindepth.com


Semenjak runtuhnya rezim orde baru Indonesia memasuki babak yang benar-benar baru di bidang informasi. Sejumlah media massa bermunculan seperti jamur di musim penghujan. Koran-koran baru, radio, bahkan televisi swasta mulai banyak didirikan.
Era dimana kebebasan pers terbuka luas ini dikenal dengan era reformasi. Hal Paling terasa bagi kalangan jurnalis bukan hanya munculnya banyak media. Tetapi, wadah organisasi para pencari berita pun tak lagi berlaku wadah tunggal seperti era orde baru.
Dulu, selama kepemimpinan Presiden Soeharto, di Indonesia hanya ada satu wadah profesi wartawan. Wadah tersebut adalah Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Tentu saja wadah tunggal ini sangat berimbas pada kebebasan pers di Indonesia.
Sejumlah media yang tetap kritis di masa itu dipastikan tak bertahan lama. Bredel membredel media adalah hal lumrah di massa orde baru. Namun situasi berubah drastis semenjak reformasi pada 1998 lalu.

Madura in-depth


Pintu kebebasan pers ternyata belum benar-benar terbuka. Era digital kemudian seperti tongkat estafet perkembang jurnalisme di Indonesia. Televisi yang tadinya dianggap sebagai media paling modern terus digerus oleh media dalam jejaring. Saat ini, Media online terus bermunculan.
Kemudahan untuk mendirikan media online membuat siapa pun boleh mendirikan media. Termasuk mereka yang tidak memiliki kompetensi di bidang jurnalistik maupun bisnis media.
Madura adalah salah satu daerah yang menjadi ladang luas media online. Ada puluhan media online lokal di pulau ini. Semua saling beradu membawa informasi terbaru dengan mengandalkan kecepat. Lebih cepat dari televisi, radio, lebih-lebih koran.
Alih-alih menyehatkan jurnalisme di Indonesia keberadaan banyak media online ternyata belum berdampak banyak. Hal itu disebabkan banyaknya pengelola media online yang bukan dari kalangan jurnalis.
Jurnalis-jurnalis muda yang lahir dari media prematur tak lagi menjadi pewarta. Mereka malah menjelma menjadi pedagang berita. Jelmaan lainnya adalah adalah pewarta namun rasanya lebih mirip dengan sales iklan. Demi pemasukan perusahaan media, berita jadi nomor dua. Mereka mengutamakan iklan daripada menjadi pengawas kekuasaan.
Kondisi ini sangat disadari oleh sejumlah jurnalis di Madura. Sejumlah jurnalis ini terus melakukan kampanye tolak suap. Terus memperjuangkan kemerdekaan pers. Diskusi-diskusi tentang indepensi jurnalis rutin dilakukan.
Semua itu dilakukan agar marwah jurnalisme tetap terjaga. Namun, format diskusi dalam menjaga kualitas jurnalistik tidak banyak memberikan dampak pada produk jurnalistik di media-media baru yang bertaburan di Madura. Kondisi ini kemudian memaksa untuk membuat media serupa yang bisa dijadikan ukuran sebagai media yang ideal.
Sejumlah jurnalis pun sepakat membuat media online. Media ini kemudian disepakati dengan nama madurainepth.com. Penamaan tersebut tidak terlepas dari tujuannya. Yakni, menjadi media di Madura yang benar-benar independent, merdeka atau berdiri tanpa berpihak.
Hal lain yang menjadi cita-cita didirikannya maduraindepth.com adalah membuat rujukan Media in depth news di Madura. Mengingat media online lokal di Madura selalu mengangkat berita yang dangkal demi kecepatan tayang.
Dari cita-cita dibentuknya maduraindepth.com itulah kami memegang prinsip menjadi media yang independent dan menyajikan berita mendalam. Dengan kata lain, sendiri di kedalaman. (MI)