Sebelum menjadi negara yang berdaulat seperti sekarang ini, Indonesia dulu masih berupa nusantara yang terdiri dari beberapa kerajaan. Pada masa-masa itu, masyarakat nusantara menggunakan beberapa bahasa dan tulisan atau yang dulu disebut aksara untuk berkomunikasi.
Tiap daerah di nusantara punya aksara yang berbeda dari tempat lainnya. Beberapa di antaranya masih kita kenal hingga kini. Seperti aksara Jawa dan aksara Sasak. Beberapa lagi kita kenal melalui prasasti yang dibahas dalam pelajaran sejarah di bangku-bangku sekolah.
Nah, agar kita tak melupakan budaya kita, yuk kita bahas aksara yang sangat berarti untuk nenek moyang kita itu di sini.
1. Aksara Pallawa
Aksara Pallawa adalah aksara yang paling sering digunakan pada beberapa prasasti di nusantara. Seperti prasasti Mulawarman di Kutai, Kalimantan Timur dan Prasasti Tarumanegara di Jawa Barat. Aksara Pallawa atau biasa ditulis Pallava ini berasal dari Dinasti Pallava yang pernah berkuasa di selatan India antara abad ke-4 sampai abad ke-9 Masehi.
2. Aksara Jawa
Aksara yang hingga kini masih dikenal oleh masyarakat Jawa adalah Aksara Jawa. Aksara ini menggunakan sistem tulisan Abugida yaitu sistem penulisan dari kiri ke kanan dan melambangkan suatu suku kata bervokal ‘a’.
Aksara ini terdiri dari 20 suku kata dan beberapa aksara suara, tanda baca, dan angka Jawa. Aksara Jawa dan aksara Bali merupakan perkembangan modern dari aksara Kawi, salah satu turunan aksara Brahmi yang berkembang di Jawa. Aksara ini dulu lebih banyak digunakan untuk menerjemahkan bahasa sansekerta.
3. Aksara Bali
Aksara Bali adalah aksara yang hampir sama dengan aksara Jawa. Hanya saja aksara Bali terdiri dari 47 aksara yang terdiri dari 18 huruf konsonan dan 7 huruf vokal, sedangkan sisanya adalah serapan dari bahasa Sansekerta dan Kawi.
Dalam aksara Bali, huruf dibagi berdasarkan pengucapannya yang sering disebut dengan warga aksara. Pembagian ini berdasar pada kaidah penulisan Sansekerta Panini.
4. Aksara Kawi
Aksara Kawi atau sering ditulis Kavi yang memiliki arti pujangga. Aksara Kawi adalah salah satu jenis aksara Brahmi. Aksara Kawi sering digunakan di sekitar daerah Jawa dan Bali.
Tapi beberapa prasasti bertuliskan aksara Kawi juga ditemukan sampai ke Filiphina. Pada perkembangannya, aksara Kawi adalah nenek moyang dari aksara-aksara yang ada di nusantara.
5. Aksara Sasak
Seperti namanya, aksara ini sering digunakan oleh masyarakat suku Sasak, Lombok. Aksara ini terdiri atas 4 bagian yaitu Carakan, Swalalita, Rekan, dan Carakan. Hampir sama dengan Aksara Jawa, aksara Sasak juga berjumlah 20 huruf dengan tambahan aksara murda dan angka.
6. Aksara Lontara
Aksara Lontara sering digunakan oleh masyarakat suku Bugis-Makassar. Aksara ini lebih sering digunakan untuk menulis tata aturan pemerintahan dan kemasyarakatan. Naskah ditulis pada daun lontar menggunakan lidi atau kalam yang terbuat dari ijuk kasar. Aksara lontara terdiri dari 23 huruf konsonan dan mempunyai vokal inheren ‘a’.
7. Aksara Sunda
Setidaknya sejak Abad XII masyarakat Sunda telah lama mengenal aksara untuk menuliskan bahasa yang mereka gunakan. Namun pada awal masa kolonial, masyarakat Sunda dipaksa oleh penguasa dan keadaan untuk meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuna yang merupakan salah satu identitas budaya Sunda. Keadaan yang berlangsung hingga masa kemerdekaan ini menyebabkan punahnya Aksara Sunda Kuna dalam tradisi tulis masyarakat Sunda.
Pada akhir Abad XIX sampai pertengahan Abad XX, para peneliti berkebangsaan asing (misalnya K. F. Holle dan C. M. Pleyte) dan bumiputra (misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulai meneliti keberadaan prasasti-prasasti dan naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara Sunda Kuna. Berdasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya, pada akhir Abad XX mulai timbul kesadaran akan adanya sebuah Aksara Sunda yang merupakan identitas khas masyarakat Sunda. Oleh karena itu Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menetapkan Perda No. 6 tahun 1996 tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yang kelak digantikan oleh Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah.
Selain deretan aksara yang telah disebutkan di atas, masih ada banyak lagi aksara di berbagai daerah di Indonesia seperti aksara Lampung dan aksara Batak. Saat ini banyak anak dan pemuda di daerah yang tidak hafal dan kesulitan menuliskan aksara yang merupakan bagian dari budaya daerahnya.
Lalu, bagaimana anak cucu kita bisa mengenal budaya nenek moyang kita? Semoga dengan informasi ini, bisa membuat kita kenal dengan warisan budaya sendiri dan menjaganya tetap lestari.
Sumber galamedianews.com
Tiap daerah di nusantara punya aksara yang berbeda dari tempat lainnya. Beberapa di antaranya masih kita kenal hingga kini. Seperti aksara Jawa dan aksara Sasak. Beberapa lagi kita kenal melalui prasasti yang dibahas dalam pelajaran sejarah di bangku-bangku sekolah.
Nah, agar kita tak melupakan budaya kita, yuk kita bahas aksara yang sangat berarti untuk nenek moyang kita itu di sini.
1. Aksara Pallawa
Aksara Pallawa adalah aksara yang paling sering digunakan pada beberapa prasasti di nusantara. Seperti prasasti Mulawarman di Kutai, Kalimantan Timur dan Prasasti Tarumanegara di Jawa Barat. Aksara Pallawa atau biasa ditulis Pallava ini berasal dari Dinasti Pallava yang pernah berkuasa di selatan India antara abad ke-4 sampai abad ke-9 Masehi.
2. Aksara Jawa
Aksara yang hingga kini masih dikenal oleh masyarakat Jawa adalah Aksara Jawa. Aksara ini menggunakan sistem tulisan Abugida yaitu sistem penulisan dari kiri ke kanan dan melambangkan suatu suku kata bervokal ‘a’.
Aksara ini terdiri dari 20 suku kata dan beberapa aksara suara, tanda baca, dan angka Jawa. Aksara Jawa dan aksara Bali merupakan perkembangan modern dari aksara Kawi, salah satu turunan aksara Brahmi yang berkembang di Jawa. Aksara ini dulu lebih banyak digunakan untuk menerjemahkan bahasa sansekerta.
3. Aksara Bali
Aksara Bali adalah aksara yang hampir sama dengan aksara Jawa. Hanya saja aksara Bali terdiri dari 47 aksara yang terdiri dari 18 huruf konsonan dan 7 huruf vokal, sedangkan sisanya adalah serapan dari bahasa Sansekerta dan Kawi.
Dalam aksara Bali, huruf dibagi berdasarkan pengucapannya yang sering disebut dengan warga aksara. Pembagian ini berdasar pada kaidah penulisan Sansekerta Panini.
4. Aksara Kawi
Aksara Kawi atau sering ditulis Kavi yang memiliki arti pujangga. Aksara Kawi adalah salah satu jenis aksara Brahmi. Aksara Kawi sering digunakan di sekitar daerah Jawa dan Bali.
Tapi beberapa prasasti bertuliskan aksara Kawi juga ditemukan sampai ke Filiphina. Pada perkembangannya, aksara Kawi adalah nenek moyang dari aksara-aksara yang ada di nusantara.
5. Aksara Sasak
Seperti namanya, aksara ini sering digunakan oleh masyarakat suku Sasak, Lombok. Aksara ini terdiri atas 4 bagian yaitu Carakan, Swalalita, Rekan, dan Carakan. Hampir sama dengan Aksara Jawa, aksara Sasak juga berjumlah 20 huruf dengan tambahan aksara murda dan angka.
6. Aksara Lontara
Aksara Lontara sering digunakan oleh masyarakat suku Bugis-Makassar. Aksara ini lebih sering digunakan untuk menulis tata aturan pemerintahan dan kemasyarakatan. Naskah ditulis pada daun lontar menggunakan lidi atau kalam yang terbuat dari ijuk kasar. Aksara lontara terdiri dari 23 huruf konsonan dan mempunyai vokal inheren ‘a’.
7. Aksara Sunda
Setidaknya sejak Abad XII masyarakat Sunda telah lama mengenal aksara untuk menuliskan bahasa yang mereka gunakan. Namun pada awal masa kolonial, masyarakat Sunda dipaksa oleh penguasa dan keadaan untuk meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuna yang merupakan salah satu identitas budaya Sunda. Keadaan yang berlangsung hingga masa kemerdekaan ini menyebabkan punahnya Aksara Sunda Kuna dalam tradisi tulis masyarakat Sunda.
Pada akhir Abad XIX sampai pertengahan Abad XX, para peneliti berkebangsaan asing (misalnya K. F. Holle dan C. M. Pleyte) dan bumiputra (misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulai meneliti keberadaan prasasti-prasasti dan naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara Sunda Kuna. Berdasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya, pada akhir Abad XX mulai timbul kesadaran akan adanya sebuah Aksara Sunda yang merupakan identitas khas masyarakat Sunda. Oleh karena itu Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menetapkan Perda No. 6 tahun 1996 tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yang kelak digantikan oleh Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah.
Selain deretan aksara yang telah disebutkan di atas, masih ada banyak lagi aksara di berbagai daerah di Indonesia seperti aksara Lampung dan aksara Batak. Saat ini banyak anak dan pemuda di daerah yang tidak hafal dan kesulitan menuliskan aksara yang merupakan bagian dari budaya daerahnya.
Lalu, bagaimana anak cucu kita bisa mengenal budaya nenek moyang kita? Semoga dengan informasi ini, bisa membuat kita kenal dengan warisan budaya sendiri dan menjaganya tetap lestari.
Sumber galamedianews.com