Selayaknya orang yang meninggal dunia dan bergelimang harta, semasa hidupnya pasti meninggalkan harta warisan. Sudah tentu anak-anaknya yang diwarisi harta benda berlimpah akan senang karena akan mendapat jatah harta warisan demi kesenangan dunia. Tak jarang dari sinilah timbul konflik antara keluarga ahli waris. Bahkan, ada yang sampai berujung perpecahan dan saling bunuh. Tentunya kita sebagai Muslim tidak menginginkan hal itu sampai terjadi pada keluarga kita.
Sebenarnya, Allah SWT telah menyiapkan warisan yang sangat berharga bagi setiap hamba-Nya. Bahkan, lebih berharga dari harta warisan orang tua kita. Dalam Alquran surah al-Mukminun [23] ayat 1-11 Allah SWT menyebutkan tujuh golongan pewaris Firdaus. Siapa sajakah mereka? Apakah kita termasuk ke golongan itu?
Pertama, orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya. Yaitu, orang-orang yang pada waktu salat memusatkan perhatian hanya kepada Allah serta ikhlas dalam menjalankannya. Memang, untuk mencapai khusyuk dalam shalat sangat berat. Tapi dengan ketulusan hati dan tetap fokus pada setiap apa yang kita baca serta menghayati artinya, kekhusyukan akan tercapai.
Dalam tafsir Ibu Abbas, orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, yakni orang-orang yang merendahkan diri, tawaduk, tidak melirik ke kanan dan kiri, dan tidak pula meninggikan tangan mereka (mengangkat kedua sikut) dalam shalat.
Kedua, orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan tidak berguna, yakni orang-orang yang meninggalkan kebatilan dan sumpah yang tak perlu.
Ketiga, orang-orang yang menunaikan zakat. Zakat memberi banyak manfaat bagi pelakunya, di antaranya membersihkan diri dari sifat kikir dan cinta berlebihan pada dunia. Serta menyucikan hati sehingga menumbuhkan sifat-sifat kebaikan dalam diri.
Keempat, orang-orang yang menjaga kemaluannya dari perbuatan keji dan zina. Saat ini, menjaga kemaluan dari hal-hal yang haram terasa berat. Karena untuk m endekati perbuatan zina, sudah semakin mudah diakses. Untuk itu kita berusaha menahan hati dan pandangan agar tidak tergoda mendekati perbuatan terkutuk di mata Allah SWT.
Berusahalah setia terhadap istri yang kita miliki, sesungguhnya itu tiada tercela. Barang siapa mencari di balik itu, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas, yakni orang-orang yang melanggar halal dan mengerjakan yang haram.
Kelima, orang-orang yang menahan pandangannya. Artinya, menjaga pandangan dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT. Pandangan mata itu panah beracun yang membuat kita terjerumus ke dalam hal-hal yang diharamkan.
Keenam, orang-orang yang memelihara amanah dan menepati janji, yakni terhadap perkara-perkara yang diamanatkan kepada mereka, seperti shaum, wudhu, mandi janabat, titipan, dan sebagainya. Wa’ahdihim (dan janjinya) baik terhadap Allah SWT maupun terhadap sesama manusia. Raa’uun (memelihara), yakni menjaganya dengan cara menunaikannya.
Ketujuh, orang-orang yang memelihara salatnya, yaitu senantiasa menunaikan shalat tepat pada waktunya dan berjamaah di masjid bagi kaum Muslimin. Hal ini terasa berat bagi orang-orang yang tidak terbiasa. Banyak saja alasan yang menyebabkan mereka enggan menunaikan salat di masjid berjamaah.
Itulah ketujuh golongan, yakni si pemilik sifat-sifat tersebut. Humul waaritsuun (orang-orang yang akan mewarisi) merupakan orang-orang yang akan menghuni surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.
Sukses, selamat, dan berbahagialah orang-orang yang bertauhid dengan mengesakan Allah Ta’ala. Mereka termasuk orang-orang yang akan mewarisi surga, sedangkan orang-orang kafir tidak. Inilah buah yang mereka petik, panen raya amal perbuatan semasa di dunia. Ibadah, kesabaran, dan limpahan rahmat Allah membawa mereka berhak menerima warisan dari Allah. Semoga kita salah satu di antaranya. Aamiin. Wallahu’alam bish shawab.
Oleh: Suprianto
sumber : www.republika.co.id
Sebenarnya, Allah SWT telah menyiapkan warisan yang sangat berharga bagi setiap hamba-Nya. Bahkan, lebih berharga dari harta warisan orang tua kita. Dalam Alquran surah al-Mukminun [23] ayat 1-11 Allah SWT menyebutkan tujuh golongan pewaris Firdaus. Siapa sajakah mereka? Apakah kita termasuk ke golongan itu?
Pertama, orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya. Yaitu, orang-orang yang pada waktu salat memusatkan perhatian hanya kepada Allah serta ikhlas dalam menjalankannya. Memang, untuk mencapai khusyuk dalam shalat sangat berat. Tapi dengan ketulusan hati dan tetap fokus pada setiap apa yang kita baca serta menghayati artinya, kekhusyukan akan tercapai.
Dalam tafsir Ibu Abbas, orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, yakni orang-orang yang merendahkan diri, tawaduk, tidak melirik ke kanan dan kiri, dan tidak pula meninggikan tangan mereka (mengangkat kedua sikut) dalam shalat.
Kedua, orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan tidak berguna, yakni orang-orang yang meninggalkan kebatilan dan sumpah yang tak perlu.
Ketiga, orang-orang yang menunaikan zakat. Zakat memberi banyak manfaat bagi pelakunya, di antaranya membersihkan diri dari sifat kikir dan cinta berlebihan pada dunia. Serta menyucikan hati sehingga menumbuhkan sifat-sifat kebaikan dalam diri.
Keempat, orang-orang yang menjaga kemaluannya dari perbuatan keji dan zina. Saat ini, menjaga kemaluan dari hal-hal yang haram terasa berat. Karena untuk m endekati perbuatan zina, sudah semakin mudah diakses. Untuk itu kita berusaha menahan hati dan pandangan agar tidak tergoda mendekati perbuatan terkutuk di mata Allah SWT.
Berusahalah setia terhadap istri yang kita miliki, sesungguhnya itu tiada tercela. Barang siapa mencari di balik itu, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas, yakni orang-orang yang melanggar halal dan mengerjakan yang haram.
Kelima, orang-orang yang menahan pandangannya. Artinya, menjaga pandangan dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT. Pandangan mata itu panah beracun yang membuat kita terjerumus ke dalam hal-hal yang diharamkan.
Keenam, orang-orang yang memelihara amanah dan menepati janji, yakni terhadap perkara-perkara yang diamanatkan kepada mereka, seperti shaum, wudhu, mandi janabat, titipan, dan sebagainya. Wa’ahdihim (dan janjinya) baik terhadap Allah SWT maupun terhadap sesama manusia. Raa’uun (memelihara), yakni menjaganya dengan cara menunaikannya.
Ketujuh, orang-orang yang memelihara salatnya, yaitu senantiasa menunaikan shalat tepat pada waktunya dan berjamaah di masjid bagi kaum Muslimin. Hal ini terasa berat bagi orang-orang yang tidak terbiasa. Banyak saja alasan yang menyebabkan mereka enggan menunaikan salat di masjid berjamaah.
Itulah ketujuh golongan, yakni si pemilik sifat-sifat tersebut. Humul waaritsuun (orang-orang yang akan mewarisi) merupakan orang-orang yang akan menghuni surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.
Sukses, selamat, dan berbahagialah orang-orang yang bertauhid dengan mengesakan Allah Ta’ala. Mereka termasuk orang-orang yang akan mewarisi surga, sedangkan orang-orang kafir tidak. Inilah buah yang mereka petik, panen raya amal perbuatan semasa di dunia. Ibadah, kesabaran, dan limpahan rahmat Allah membawa mereka berhak menerima warisan dari Allah. Semoga kita salah satu di antaranya. Aamiin. Wallahu’alam bish shawab.
Oleh: Suprianto
sumber : www.republika.co.id