Sudah hampir dua tahun objek wisata Maribaya mati suri. Sejak 13 September 2013 lalu, wisata yang terkenal dengan air terjunnya (curug) dan mata air panasnya itu ditutup lantaran tengah direnovasi oleh pihak swasta.
Namun, wisata yang sempat jadi ikon Kabupaten Bandung Barat tersebut kembali lahir dengan wajah baru. Meski masih dalam tahap pembangunan, Maribaya sudah kembali dibuka sejak 11 Juli lalu. Namanya pun berubah menjadi Maribaya Natural Hot Spring Resort.
Wisata Maribaya menyimpan legenda yang masih dipercayai warga lokal. Legenda ini sangat unik karena konon, nama Maribaya sendiri merupakan nama seorang putri anak petani miskin. Maribaya diambil dari dua suku kata bahasa sunda yakni, "Mari" artinya sehat dan "Baya" artinya bahagia.
Kisah legenda Maribaya berawal saat Eyang Raksa Dinata yang merupakan seorang petani miskin mempunyai gadis jelita bernama Maribaya. Melihat kecantikan anak gadisnya, sang bapak khawatir jika anaknya jadi rebutan pemuda di daerahnya dan menjadi petaka bagi keluarganya.
"Eyang Raksa pun mendapat ilham dan pamit pergi ke puncak gunung Tangkuban Parahu. Saat sedang bertapa, ia didatangi seorang kakek yang memeberikan dua bokor (gentong) berisi air. Salah satu bokor tersebut harus dibawa ke arah barat dan satu lagi ke arah timur," kata Elcha Nirmala, pramuwisata Maribaya mengisahkan, Selasa (28/7/2015).
Air yang ditumpahkan oleh bapaknya kemudian menyebar dan menjadi danau yang kita kenal dengan nama Situ Lembang. Sementara itu, sang bapak meminta Maribaya untuk menumpahkan air dalam bokor tersebut tak jauh dari rumahnya. Beberapa hari kemudian, kejaiban datang dimana air yang ditumpahkan Maribaya menjadi mata air panas.
Sekitar tahun 1835, Eyang Raksa Dinata menyematkan nama Maribaya di lokasi mata air tersebut. Konon, air tersebut dipercaya berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit. Para pengunjung yang ingin berobat kerap melemparkan uang logam ke dalam kolam sebagai imbalannya.
"Air panas ini mengandung senyawa bikarbonat yang sifatnya basa lemah dengan konsentrasi ion hidrogen sebesar pH 6,6-7,3 dengan suhu air 45,1 derajat celcius. Kandungan beberapa mineral penting di pemdandian ini dikatakan baik untuk radang sendi, otot, kulit, rematik, gangguan saraf, dan penyakit kulit lainnya. Bisa juga melembutkan kulit," lanjut Elcha.
Dulu, wisata Maribaya mempunyai tiga curug, yakni Curug Cigulung dan Curug Cikawari, dan Curug Omas. Namun, Curug Omas yang merupakan curug tertinggi kini dikelola mandiri oleh Provinsi Jawa Barat.
Wisata Maribaya yang terletak di Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat itu kini dilengkapi sejumlah fasilitas seperti Food Court, kolam pemandian ari panas, area barbeque, cafe, amphitheater, kolam tangkap ikan dan Yoga Hill melengkapi dua curug andalan, yakni Curug Cigulung dan Curug Cikawari.
Sumber: www.galamedianews.com/wisata/
Namun, wisata yang sempat jadi ikon Kabupaten Bandung Barat tersebut kembali lahir dengan wajah baru. Meski masih dalam tahap pembangunan, Maribaya sudah kembali dibuka sejak 11 Juli lalu. Namanya pun berubah menjadi Maribaya Natural Hot Spring Resort.
Wisata Maribaya menyimpan legenda yang masih dipercayai warga lokal. Legenda ini sangat unik karena konon, nama Maribaya sendiri merupakan nama seorang putri anak petani miskin. Maribaya diambil dari dua suku kata bahasa sunda yakni, "Mari" artinya sehat dan "Baya" artinya bahagia.
Kisah legenda Maribaya berawal saat Eyang Raksa Dinata yang merupakan seorang petani miskin mempunyai gadis jelita bernama Maribaya. Melihat kecantikan anak gadisnya, sang bapak khawatir jika anaknya jadi rebutan pemuda di daerahnya dan menjadi petaka bagi keluarganya.
"Eyang Raksa pun mendapat ilham dan pamit pergi ke puncak gunung Tangkuban Parahu. Saat sedang bertapa, ia didatangi seorang kakek yang memeberikan dua bokor (gentong) berisi air. Salah satu bokor tersebut harus dibawa ke arah barat dan satu lagi ke arah timur," kata Elcha Nirmala, pramuwisata Maribaya mengisahkan, Selasa (28/7/2015).
Air yang ditumpahkan oleh bapaknya kemudian menyebar dan menjadi danau yang kita kenal dengan nama Situ Lembang. Sementara itu, sang bapak meminta Maribaya untuk menumpahkan air dalam bokor tersebut tak jauh dari rumahnya. Beberapa hari kemudian, kejaiban datang dimana air yang ditumpahkan Maribaya menjadi mata air panas.
Sekitar tahun 1835, Eyang Raksa Dinata menyematkan nama Maribaya di lokasi mata air tersebut. Konon, air tersebut dipercaya berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit. Para pengunjung yang ingin berobat kerap melemparkan uang logam ke dalam kolam sebagai imbalannya.
"Air panas ini mengandung senyawa bikarbonat yang sifatnya basa lemah dengan konsentrasi ion hidrogen sebesar pH 6,6-7,3 dengan suhu air 45,1 derajat celcius. Kandungan beberapa mineral penting di pemdandian ini dikatakan baik untuk radang sendi, otot, kulit, rematik, gangguan saraf, dan penyakit kulit lainnya. Bisa juga melembutkan kulit," lanjut Elcha.
Dulu, wisata Maribaya mempunyai tiga curug, yakni Curug Cigulung dan Curug Cikawari, dan Curug Omas. Namun, Curug Omas yang merupakan curug tertinggi kini dikelola mandiri oleh Provinsi Jawa Barat.
Wisata Maribaya yang terletak di Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat itu kini dilengkapi sejumlah fasilitas seperti Food Court, kolam pemandian ari panas, area barbeque, cafe, amphitheater, kolam tangkap ikan dan Yoga Hill melengkapi dua curug andalan, yakni Curug Cigulung dan Curug Cikawari.
Sumber: www.galamedianews.com/wisata/