Sejumlah koleksi Museum Sri Baduga Jabar mengalami perbaikan atau restorasi. Salah satu koleksi yang diperbaiki adalah kepala jampana berbentuk Kepala Burung Garuda berleher Ular Naga.
Koleksi jampana ini berasal dari Cirebon yang sudah ada di Museum Sri Baduga sejak tahun 1978, atau setahun sebelum Museum Sri Baduga diresmikan dan dibuka untuk umum.
Kepala Balai Pengelolaan Museum Sri Baduga Jabar, Sajidin Aries menyebutkan, perbaikan koleksi merupakan agenda rutin Museum Sri Baduga, terutama koleksi yang sudah tua dan lama disimpan di ruang pamer.
"Koleksi jampana ini memang sudah lama tersimpan di ruang pamer. Kita ingin tarik untuk diperbiaki dan diganti dengan koleksi yang lain," ujar Aries pada wartawan, Jumat (22/1/2016).
Menurut Aries, jampana ini berasal dari wilayah Cirebon, dan banyak digunakan oleh orang-orang dulu.
Jampana terang dia, merupakan tandu yang biasa dipakai untuk mengarak pengantin sunat atau sepasang pengantin yang melaksanakan kawin gantung karena usianya masih muda.
"Kawin gantung ini, dulu sering dilakukan oleh masyarakat di lingkungan pesisir Cirebon," ujarnya.
Jampana ini, terdiri dari dua buah, satu untuk laki-laki dan satu untuk perempuan. Terbuat dari dari kayu, bambu dan lain-lain. Alas duduk berbentuk segi empat, terbuat dari susunan bilah bambu dan sisi-sisinya berpalang kayu.
Pada keempat sudut dipasang tiang untuk penyangga atap yang terbuat dari kain berwan biru bermotif wadasan, bunga dan burung merak. sekeliling atap dihias kain merah dan rendah putih kain wiron putih yang dipenuhi bunga dari kain beraneka warna dan jumbal hanjeli.
Sementara tinggi tiang tidak sama shingga atap landai ke belakang. Sedangkan bagian depan tandu berhiaskan kepala burung garuda yang berleher ular naga. Dimana bagian depan tandu dan di bagian belakang ekor naga yang mencuat ke atas.
"Pemakaian motif burung dan ular merupakan pengaruh Hindu, karena karena dalam mitologi Hundi burung merupakan lambang kekuasaan dan ular lambang kesuburan," ujarnya.
Sedangkan kepala burung garuda memakai mahkota dengan hiasan nyakmat pada puncaknya outon-outon di bawahnya. Pada bagian belakang terdapat hiasan garuda mungkur, muka berwarna merah, mata kedongdongan, paruh gak melengkung berwarna hitam dan mulut terbuka sehingga tampak taring dan giginya, telinga memakai sumping naga karangrang. Badan dan ekor berwarna berarna merah dipenuhi oleh sisik berwarna biru. Pada bagian ekor terdapat dua buah sirip dan ujung ekor bercagak.
"Ini semua akan direstorasi dan mengembalikan pada kondisi semula. Pasalnya, kepala jampana ini mengalami kerusakan akibat dimakan usia, serta minimnya perawatan. Mudah-mudahan, dengan restorasi ini, Jampana Kepala Burung Naga ini bisa lebih baik dan menarik pengunjung," terangnya.
Koleksi jampana ini berasal dari Cirebon yang sudah ada di Museum Sri Baduga sejak tahun 1978, atau setahun sebelum Museum Sri Baduga diresmikan dan dibuka untuk umum.
Kepala Balai Pengelolaan Museum Sri Baduga Jabar, Sajidin Aries menyebutkan, perbaikan koleksi merupakan agenda rutin Museum Sri Baduga, terutama koleksi yang sudah tua dan lama disimpan di ruang pamer.
"Koleksi jampana ini memang sudah lama tersimpan di ruang pamer. Kita ingin tarik untuk diperbiaki dan diganti dengan koleksi yang lain," ujar Aries pada wartawan, Jumat (22/1/2016).
Menurut Aries, jampana ini berasal dari wilayah Cirebon, dan banyak digunakan oleh orang-orang dulu.
Jampana terang dia, merupakan tandu yang biasa dipakai untuk mengarak pengantin sunat atau sepasang pengantin yang melaksanakan kawin gantung karena usianya masih muda.
"Kawin gantung ini, dulu sering dilakukan oleh masyarakat di lingkungan pesisir Cirebon," ujarnya.
Jampana ini, terdiri dari dua buah, satu untuk laki-laki dan satu untuk perempuan. Terbuat dari dari kayu, bambu dan lain-lain. Alas duduk berbentuk segi empat, terbuat dari susunan bilah bambu dan sisi-sisinya berpalang kayu.
Pada keempat sudut dipasang tiang untuk penyangga atap yang terbuat dari kain berwan biru bermotif wadasan, bunga dan burung merak. sekeliling atap dihias kain merah dan rendah putih kain wiron putih yang dipenuhi bunga dari kain beraneka warna dan jumbal hanjeli.
Sementara tinggi tiang tidak sama shingga atap landai ke belakang. Sedangkan bagian depan tandu berhiaskan kepala burung garuda yang berleher ular naga. Dimana bagian depan tandu dan di bagian belakang ekor naga yang mencuat ke atas.
"Pemakaian motif burung dan ular merupakan pengaruh Hindu, karena karena dalam mitologi Hundi burung merupakan lambang kekuasaan dan ular lambang kesuburan," ujarnya.
Sedangkan kepala burung garuda memakai mahkota dengan hiasan nyakmat pada puncaknya outon-outon di bawahnya. Pada bagian belakang terdapat hiasan garuda mungkur, muka berwarna merah, mata kedongdongan, paruh gak melengkung berwarna hitam dan mulut terbuka sehingga tampak taring dan giginya, telinga memakai sumping naga karangrang. Badan dan ekor berwarna berarna merah dipenuhi oleh sisik berwarna biru. Pada bagian ekor terdapat dua buah sirip dan ujung ekor bercagak.
"Ini semua akan direstorasi dan mengembalikan pada kondisi semula. Pasalnya, kepala jampana ini mengalami kerusakan akibat dimakan usia, serta minimnya perawatan. Mudah-mudahan, dengan restorasi ini, Jampana Kepala Burung Naga ini bisa lebih baik dan menarik pengunjung," terangnya.
Kiki Kurnia
Sumber galamedianews.com/wisata