-

Thursday, March 31, 2011

TIGA TAMU DI MALAM HARI

Di malam hari kira-kira pukul 23.00, tiga orang tamu datang ke rumah.Setelah menjawab salam, saya persilahkan duduk di atas karpet hijau yang memang terhampar  di beranda rumah. Dari penampilan lahiriyah terlihat mereka adalah orang-orang yang sedang berusaha mendekati Allah dengan kesungguhan hati. Karena sudah malam saya tidak terlalu banyak berbasabasi,langsung bertanya tentang maksud kedatangan mereka. Seorang dari mereka  menjawab,"Sinyal dari Yang Maha Kuasa mengharuskan kami mampir di rumah ini. Kami minta maaf sebelumnya, maksud kedatanngan kami adalah meminta naseha dari Bapak Kiai"
Saya menjawab, "Saya ini  orang yang belum bisa menangkap sinyal dari Allah, mestinya sampeyan yang memberi nasehat kepada saya. Jangan terbalik. Saya mohon,  nasehati saya !". Walaupun terus saya paksa berulang kali mereka tetap menolak memberi, bahkan bersikukuh meminta nasehat. Terpikir oleh saya kewajiban  salah satu hak seorang atas muslim yang lain "??? ??????? ??????   jika memintamu nehat maka nasehatilah". Saya pun tergerak menasehati mereka. "Begini, Bila sampeyan beribadah menyendiri di pojok-pojok rumah, atau masjid di malam hari  dengan berlama-lama di situ untuk beribadah, itu bukan ibadah yang hebat. Melakukan demikian itu bukan hebat, tapi  semata karena kita lemah. Tak mampu berkontrasi dan tak bisa khusyuk kalau tidak melakukannya seperti itu. Ibadah yang bagus itu ibadah yang menyatu denngan kehidupan, bukan lari dari kehidupan. Setiap detik dalam kehidupan terjadi kejadian. Baik kejadian alam maupun kejadian sosial. Semakin banyak kejadian yang anda sadari, lalu dijadikan kendaraan menuju Allah, maka semakin banyak dan semakin baik ibdah anda"  Ini yang pertama.
Yang kedua saya katakan," Kalau setelah melakukan ibadah sampeyan merasa memperoleh hal-hal yang luar biasa, misalnya, omongan tajrib, orang sakit sekali disentuh tangan menjadi sembuh, dll, jangan sampai ada perasaan saya bisa.  Apalagi sampai buka praktek. Kalau itu sampeyan lakukan, maka sampeyan akan semakin jauh dari Allah. Karena  yang demikian adalah perasaan Iblis, perasaan sombong"
Selanjutnya seorang dari mereka bertanya tentang apakah saya melihat ada orang di samping kanan dan kiri saya. Saya jawab saya orang biasa tak bisa melihat yang ghaib-ghaib. Mereka menjwab, bahwa di kanan dan kiri saya ada dua guru spiritual mereka ikut  hadir secara ghaib. Dan menyatakan bahwa setelah mereka konfirmasi  tentang kebenaran nasehat itu, keduanya mengangguk benar.  Lalu mereka bertanya, "dari mana nasehat itu, dari hasil membaca bukukah atau apa?"
Saya jawab,"Secara akademik, di kepala saya mungkin banyak file. Ketika ada pertanyaan atau permintaan nasehat, file-file itu bekerja saling berhubungan, lalu menghasilkan nasehat itu. Tapi jawaban ini tidak memuaskan, karena masih bisa dibantah, mengapa menghasilkan nasehat itu dan tak menghasilkan nasehat yang lain kalau di kepala ini banyak file. Saya pikir jawaban yang tepat adalah kalau itu benar pasti berasal dari Allah. Kalau salah pasti dari diri saya. Kenapa, karena Allah adalah Kebenaran, dan semua kebenaran mengalir dariNya".
oleh Syarqawi Dhofir

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment