Sekarang insya-Allah tidak akan ada lagi seorang muslim yang menyekutukan Allah, apalagi menyekutuikan dengan berhala. Tapi sekutu yang sangat halus, yang saking halusnya kehadirannya tidak terasa, akan terus eksis dalam setiap aktivitas kita keseharian. Karena itu Rasulullah mewanti-wanti dan mewaspadainya. Ia paling menakutkan, kata Rasulullah SAW. Rasulullah menyebutnya dengan istilah sederhana dan singkat, "riya'", artinya sesuatu yang mestinya memperlihatkan motif dan tujuan setiap kerja adalah Allah, malah bermotif dan bertujuan lain. Bentuknya berupa: kepentingan diri, kelompok, dan isntitusi.
Tanpa terasa, orang bekerja demi dan untuk keluarga, anak putu, aktualisasi diri, kekayaan, jabatan, status sosial, dan lainnya. Yang demikian termasuk demi kepentingan diri sendiri. Yang termasuk kelompok seperti, "demi bangsa, demi kampung ini, demi kejayaan marga dan lain-lain". Sedangkan yang termasuk institusi, sepert, "demi perusahaan, demi yayasan al....., demi pesantren...dan lain-lain". Tiba-tiba banyak tuhan-tuhan kecil baru yang masuk dalam relung jiwa. Kita sendiri tidak merasakan kehadirannya sebagai perbuatan menyekutukan Tuhan Allah. Nanti di Hari Pembalasan, kata Rasulullah SAW, Allah akan berkata kepada para penyekutu Allah itu, "Pergilah kalian semua pada tuhan-tuhan kecil yang kamu perlihatkan kerja kamu demi dan untuk mereka. , Apakah kalian bisa memperoleh kebajikan dari mereka" Selanjutnya Allah menegaskan, "Saya tak butuh pada sekutu-sekutu kalian itu, Saya tak butuh pula pada perbuatan-perbuatan yang mengandung syirik yang tidak diperuntukkan demi dan untukKu. Perlu kalian tahu, Aku ini tak punya urusan dengan amal perbuatan semacam itu". Demikian Allah mengancam.
Itu dalam hadits Quidsi, dalam Al-Quran Allah menegaskan, "Orang yang mengingankan sesuatu yang berbau keduniaan (al-ajilah) dari perbuatannya, Kami akan memberinya sesuai keinginan Kami, tetapi setelah itu kami memasukkan orang itu ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan sangat hina". Sebaliknya bagi orang yang perbuatannya dimotifkan dan ditujukan untuk Allah maka Allah bakal menganggap perbuatan mereka sebagai "sa'yan masykuran" (usaha yang mendapat keuntungan berlipat di akhirat dan di dunia)
oleh Syarqawi Dhofir
Tanpa terasa, orang bekerja demi dan untuk keluarga, anak putu, aktualisasi diri, kekayaan, jabatan, status sosial, dan lainnya. Yang demikian termasuk demi kepentingan diri sendiri. Yang termasuk kelompok seperti, "demi bangsa, demi kampung ini, demi kejayaan marga dan lain-lain". Sedangkan yang termasuk institusi, sepert, "demi perusahaan, demi yayasan al....., demi pesantren...dan lain-lain". Tiba-tiba banyak tuhan-tuhan kecil baru yang masuk dalam relung jiwa. Kita sendiri tidak merasakan kehadirannya sebagai perbuatan menyekutukan Tuhan Allah. Nanti di Hari Pembalasan, kata Rasulullah SAW, Allah akan berkata kepada para penyekutu Allah itu, "Pergilah kalian semua pada tuhan-tuhan kecil yang kamu perlihatkan kerja kamu demi dan untuk mereka. , Apakah kalian bisa memperoleh kebajikan dari mereka" Selanjutnya Allah menegaskan, "Saya tak butuh pada sekutu-sekutu kalian itu, Saya tak butuh pula pada perbuatan-perbuatan yang mengandung syirik yang tidak diperuntukkan demi dan untukKu. Perlu kalian tahu, Aku ini tak punya urusan dengan amal perbuatan semacam itu". Demikian Allah mengancam.
Itu dalam hadits Quidsi, dalam Al-Quran Allah menegaskan, "Orang yang mengingankan sesuatu yang berbau keduniaan (al-ajilah) dari perbuatannya, Kami akan memberinya sesuai keinginan Kami, tetapi setelah itu kami memasukkan orang itu ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan sangat hina". Sebaliknya bagi orang yang perbuatannya dimotifkan dan ditujukan untuk Allah maka Allah bakal menganggap perbuatan mereka sebagai "sa'yan masykuran" (usaha yang mendapat keuntungan berlipat di akhirat dan di dunia)
oleh Syarqawi Dhofir