Cinta dunia sudah menjadi fitrah setiap manusia. Tapi, jika porsinya berlebihan, cinta dunia bisa melemahkan hati dan jiwa. Karena itu, penting untuk selalu hati-hati dalam bergaul dengan dunia.
Menurut Syaikh as-Sadhan, cinta dunia yang terlarang adalah cinta dunia yang menyebabkan seorang lalai dari urusan akhiratnya. Kondisi seperti ini secara otomatis akan melemahkan hati.
Lemahnya hati merupakan kondisi yang sangat dinanti setan. Pada saat kita lemah, setan akan leluasa mempermainkan dan memecundangi kita. Sekitar 14 abad silam, Rasulullah telah mengingatkan tentang hal ini.
Beliau bersabda dalam sebuah hadisnya yang sangat populer, “Hampir saja umat-umat memperebutkan kalian seperti sekolompok orang yang sedang lapar memperebutkan makanan. Para sahabat bertanya, “Apakah karena kami sedikit waktu itu wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda, “Tidak, bahkan waktu itu kamu sangat banyak tapi kalian tak ubahnya buih dan sungguh Allah akan mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kalian dan memasukkan kepada kalian al wahn. Sahabat bertanya, “Apakah al wahn itu?” Rasulullah bersabda, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Ahmad dan Abu Daud).
Hadis di atas mengabarkan kuantitas bukanlah jaminan utama lahirnya sebuah kekuatan. Kekuatan sesungguhnya akan tumbuh ketika kita bisa selamat dari al wahn, penyakit cinta dunia dan benci terhadap kematian. Untuk mengobati penyakit berbahaya ini, Rasulullah telah memberikan resepnya.
Dalam sebuah hadis, beliau bersabda, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kenikmatan (mati).” (HR Tirmidzi). Yang dimaksud pemutus kenikmatan adalah mati.
Mengingat mati bisa menjadi penawar atas ambisi dan cinta dunia kita yang berlebihan. Dengan mengingat mati, visi akhirat kita akan senantiasa terasah dan kekuatan jiwa kita akan kembali tumbuh.
Semangat mengejar akhirat kitapun akan menjadi dominan dalam keseharian tanpa mengabaikan urusan dunia. Hal inilah yang diinginkan oleh Allah dalam firman-Nya, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (al-Qashas: 77).
Imam Shan'ani dalam bukunya Subulussalam menyebutkan atsar yang menjelasakan pengaruh mengingat mati dalam menguatkan jiwa.
Ad-Dailami meriwayatkan, “Perbanyaklah kalian mengingat mati karena tidaklah seorang mengingat mati kecuali Allah akan selalu menghidupkan hatinya dan menghilangkan rasa takutnya terhadap kematian.”
Dalam atsar lain disebutkan, “Perbanyaklah mengingat mati sebab ia akan menjadi penghapus dosa dan menyebabkan orang lebih zuhud dalam urusan dunianya.”
Singkatnya, dalam kondisi apa pun mengingat mati akan selalu mendatangkan manfaat dan kebaikan. Semua manfaat yang disebutkan tadi akan bermuara pada lahirnya satu kekuatan jiwa.
Semoga, dengan keuatan ini umat akan lebih siap dalam menghadapi kebengisan dan kekejaman musuh yang kerap datang secara tiba-tiba. Amin.
, Oleh: Ahmad Rifai
sumber : www.republika.co.id
Menurut Syaikh as-Sadhan, cinta dunia yang terlarang adalah cinta dunia yang menyebabkan seorang lalai dari urusan akhiratnya. Kondisi seperti ini secara otomatis akan melemahkan hati.
Lemahnya hati merupakan kondisi yang sangat dinanti setan. Pada saat kita lemah, setan akan leluasa mempermainkan dan memecundangi kita. Sekitar 14 abad silam, Rasulullah telah mengingatkan tentang hal ini.
Beliau bersabda dalam sebuah hadisnya yang sangat populer, “Hampir saja umat-umat memperebutkan kalian seperti sekolompok orang yang sedang lapar memperebutkan makanan. Para sahabat bertanya, “Apakah karena kami sedikit waktu itu wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda, “Tidak, bahkan waktu itu kamu sangat banyak tapi kalian tak ubahnya buih dan sungguh Allah akan mencabut rasa takut dari dada musuh-musuh kalian dan memasukkan kepada kalian al wahn. Sahabat bertanya, “Apakah al wahn itu?” Rasulullah bersabda, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Ahmad dan Abu Daud).
Hadis di atas mengabarkan kuantitas bukanlah jaminan utama lahirnya sebuah kekuatan. Kekuatan sesungguhnya akan tumbuh ketika kita bisa selamat dari al wahn, penyakit cinta dunia dan benci terhadap kematian. Untuk mengobati penyakit berbahaya ini, Rasulullah telah memberikan resepnya.
Dalam sebuah hadis, beliau bersabda, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kenikmatan (mati).” (HR Tirmidzi). Yang dimaksud pemutus kenikmatan adalah mati.
Mengingat mati bisa menjadi penawar atas ambisi dan cinta dunia kita yang berlebihan. Dengan mengingat mati, visi akhirat kita akan senantiasa terasah dan kekuatan jiwa kita akan kembali tumbuh.
Semangat mengejar akhirat kitapun akan menjadi dominan dalam keseharian tanpa mengabaikan urusan dunia. Hal inilah yang diinginkan oleh Allah dalam firman-Nya, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (al-Qashas: 77).
Imam Shan'ani dalam bukunya Subulussalam menyebutkan atsar yang menjelasakan pengaruh mengingat mati dalam menguatkan jiwa.
Ad-Dailami meriwayatkan, “Perbanyaklah kalian mengingat mati karena tidaklah seorang mengingat mati kecuali Allah akan selalu menghidupkan hatinya dan menghilangkan rasa takutnya terhadap kematian.”
Dalam atsar lain disebutkan, “Perbanyaklah mengingat mati sebab ia akan menjadi penghapus dosa dan menyebabkan orang lebih zuhud dalam urusan dunianya.”
Singkatnya, dalam kondisi apa pun mengingat mati akan selalu mendatangkan manfaat dan kebaikan. Semua manfaat yang disebutkan tadi akan bermuara pada lahirnya satu kekuatan jiwa.
Semoga, dengan keuatan ini umat akan lebih siap dalam menghadapi kebengisan dan kekejaman musuh yang kerap datang secara tiba-tiba. Amin.
, Oleh: Ahmad Rifai
sumber : www.republika.co.id