Allah SWT berfirman dalam Alquran yang artinya, “Jika kalian bersyukur atas nikmat-Ku, maka Aku akan tambahkan nikmat tersebut kepada kalian, dan jika kalian kufur maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Mensyukuri nikmat Allah SWT adalah keharusan yang dilakukan manusia, karena sangatlah banyak nikmat Allah yang diberikan kepada manusia.
Biasanya kita bersyukur kepada Allah SWT kalau dapat uang, kita pun mengucapkan Alhamdulillah. Atau tatkala jabatan di kantor naik, barulah kita mengucap syukur kepada Allah SWT.
Sangat disayangkan, hingga saat ini yang ada dalam benak kita, rezeki Allah itu identik dengan harta, jabatan, kedudukan dan hal-hal materi lainnya.
Bahkan ada seorang hamba Allah yang merasa sangatlah miskin karena tidak punya uang, tidak punya kendaraan dan tidak punya rumah mewah. Dia merasa sangatlah miskin.
Setiap hari yang ia lakukan adalah mengeluh atas kondisinya. Yang dia inginkan adalah harta, uang, kekayaan dan lain sebagainya. Baginya, rezeki itu adalah uang, harta dan kekayaan.
Suatu malam dia bermimpi bertemu orang kaya. Dia meminta sejumlah uang. Orang kaya itu pun berkata, “Baiklah, saya akan berikan kepadamu Rp 50 juta, tapi kamu harus memotong dan menyerahkan kepada saya tangan kananmu.”
Mendengar itu, si miskin menjawab, “Saya tidak mau. Buat apa saya punya uang Rp 50 juta tapi tangan saya buntung.”
Orang kaya itu menaikkan tawarannya, “Baiklah kalau kamu tidak mau, saya akan beri kamu uang Rp 100 juta tapi kamu harus memotong kakimu sebelah kiri dan menyerahkannya kepada saya.”
Si miskin dengan tegas menjawab, “Saya tidak mau. Buat apa punya uang Rp 100 juta tapi kaki saya buntung?”
Mendengar jawaban si miskin, orang kaya itu pun menaikkan tawarannya “Baiklah, saya naikkan tawaran saya, kamu akan saya beri uang Rp 200 juta, tapi congkel kedua matamu dan serahkan kepada saya.”
Mendengar itu, lagi-lagi si miskin berkata, “Buat apa saya punya uang Rp 200 juta tapi mata saya buta? Saya tidak mau,“ kata si miskin tegas.
Setelah tiga tawaran yang diajukan, orang kaya itu berkata, “Lantas, untuk apa kamu mengeluh terus menerus, tidak punya uang, tidak punya harta dan kekayaan? Bukankah dalam dirimu sudah kaya sekali? Bersyukurlah kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan.”
Mendengar penjelasan tersebut, si miskin terbangun dari tidurnya. Ia langsung beristighfar menyadari akan kekeliruannya selama ini.
Nikmat yang Allah berikan kepada umat manusia sangatlah banyak. Mulai dari nikmat sehat, nikmat iman dan nikmat islam. Semuanya itu jika dihitung, tidak akan pernah bisa dihitung.
Cobalah sejenak kita hitung dan renungkan berbagai nikmat Allah SWT mulai dari nikmat bangun tidur, nikmat bisa melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, nikmat membaca Alqur’an di pagi hari, nikmat bisa menghirup udara segar dan nikmat bisa melihat matahari pagi.
Juga nikmat bisa berolahraga, nikmat sarapan pagi, nikmat berangkat ke kantor, nikmat mengendarai kendaraan, nikmat selamat sampai di kantor, nikmat bisa kembali ke rumah dengan selamat, nikmat memiliki istri dan anak-anak yang shaleh.
Nikmat dan karunia yang Allah SWT berikan kepada kita, tidak selalu berupa uang, melainkan berupa hal-hal lain yang nilainya sangat mahal.
Perbanyaklah bersyukur kepada Allah SWT agar kita semua menjadi abdan syakuro (hamba yang pandai dan selalu bersyukur) atas nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita. Amin. Wallahu 'alami bish shawab.
, Oleh: Ustaz Ahmad Dzaki, MA
sumber : www.republika.co.id
Mensyukuri nikmat Allah SWT adalah keharusan yang dilakukan manusia, karena sangatlah banyak nikmat Allah yang diberikan kepada manusia.
Biasanya kita bersyukur kepada Allah SWT kalau dapat uang, kita pun mengucapkan Alhamdulillah. Atau tatkala jabatan di kantor naik, barulah kita mengucap syukur kepada Allah SWT.
Sangat disayangkan, hingga saat ini yang ada dalam benak kita, rezeki Allah itu identik dengan harta, jabatan, kedudukan dan hal-hal materi lainnya.
Bahkan ada seorang hamba Allah yang merasa sangatlah miskin karena tidak punya uang, tidak punya kendaraan dan tidak punya rumah mewah. Dia merasa sangatlah miskin.
Setiap hari yang ia lakukan adalah mengeluh atas kondisinya. Yang dia inginkan adalah harta, uang, kekayaan dan lain sebagainya. Baginya, rezeki itu adalah uang, harta dan kekayaan.
Suatu malam dia bermimpi bertemu orang kaya. Dia meminta sejumlah uang. Orang kaya itu pun berkata, “Baiklah, saya akan berikan kepadamu Rp 50 juta, tapi kamu harus memotong dan menyerahkan kepada saya tangan kananmu.”
Mendengar itu, si miskin menjawab, “Saya tidak mau. Buat apa saya punya uang Rp 50 juta tapi tangan saya buntung.”
Orang kaya itu menaikkan tawarannya, “Baiklah kalau kamu tidak mau, saya akan beri kamu uang Rp 100 juta tapi kamu harus memotong kakimu sebelah kiri dan menyerahkannya kepada saya.”
Si miskin dengan tegas menjawab, “Saya tidak mau. Buat apa punya uang Rp 100 juta tapi kaki saya buntung?”
Mendengar jawaban si miskin, orang kaya itu pun menaikkan tawarannya “Baiklah, saya naikkan tawaran saya, kamu akan saya beri uang Rp 200 juta, tapi congkel kedua matamu dan serahkan kepada saya.”
Mendengar itu, lagi-lagi si miskin berkata, “Buat apa saya punya uang Rp 200 juta tapi mata saya buta? Saya tidak mau,“ kata si miskin tegas.
Setelah tiga tawaran yang diajukan, orang kaya itu berkata, “Lantas, untuk apa kamu mengeluh terus menerus, tidak punya uang, tidak punya harta dan kekayaan? Bukankah dalam dirimu sudah kaya sekali? Bersyukurlah kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan.”
Mendengar penjelasan tersebut, si miskin terbangun dari tidurnya. Ia langsung beristighfar menyadari akan kekeliruannya selama ini.
Nikmat yang Allah berikan kepada umat manusia sangatlah banyak. Mulai dari nikmat sehat, nikmat iman dan nikmat islam. Semuanya itu jika dihitung, tidak akan pernah bisa dihitung.
Cobalah sejenak kita hitung dan renungkan berbagai nikmat Allah SWT mulai dari nikmat bangun tidur, nikmat bisa melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid, nikmat membaca Alqur’an di pagi hari, nikmat bisa menghirup udara segar dan nikmat bisa melihat matahari pagi.
Juga nikmat bisa berolahraga, nikmat sarapan pagi, nikmat berangkat ke kantor, nikmat mengendarai kendaraan, nikmat selamat sampai di kantor, nikmat bisa kembali ke rumah dengan selamat, nikmat memiliki istri dan anak-anak yang shaleh.
Nikmat dan karunia yang Allah SWT berikan kepada kita, tidak selalu berupa uang, melainkan berupa hal-hal lain yang nilainya sangat mahal.
Perbanyaklah bersyukur kepada Allah SWT agar kita semua menjadi abdan syakuro (hamba yang pandai dan selalu bersyukur) atas nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita. Amin. Wallahu 'alami bish shawab.
, Oleh: Ustaz Ahmad Dzaki, MA
sumber : www.republika.co.id