Setelah mendarat di benua Eropa, semua perahu yang digunakan untuk menyeberangi selat Gibraltar (Jabal Thariq) dibakar oleh panglima Thariq bin Ziyad. Lalu ia berdiri dan berpidato di hadapan para pasukannya.
“Wahai pasukanku, ke mana kalian hendak pergi melarikan diri? Di belakang kalian ada lautan, sedangkan di depan kalian ada pasukan musuh. Yang kalian miliki, demi Allah, hanyalah kejujuran dan kesabaran,'' kata Thariq bin Ziyad mengingatkan.
''Ketahuilah, kalian di pulau (benua) ini lebih sia-sia daripada anak-anak yatim. Padahal kalian sudah “disambut” oleh musuh-musuh kalian dengan bala tentara dan senjata mereka. Logistik mereka cukup melimpah.''
''Sementara itu, kalian tidak memiliki tempat berlindung! Kalian hanya memiliki pedang-pedang. Kalian tidak memiliki logistik kecuali yang dapat kalian peroleh dari tangan musuh-musuh kalian!''
''Jika penderitaan kalian berlangsung lama sedangkan kalian tidak berhasil mengalahkan mereka, maka kekuatan kalian akan hilang.''
''Rasa takut dalam hati musuh akan berubah menjadi rasa berani dalam melawan kalian. Karena itu, pertahankan baik-baik diri kalian dengan mengalahkan dampak yang ditimbulkan oleh perang ini dengan memerangi kesewenang-wenangan.”
Keyakinan diri sang panglima yang demikian tinggi, bahwa lautan bisa disebrangi, rasa takut bisa dieliminasi, dan musuh yang gagah perkasa bisa ditaklukkan membuat pasukan umat Islam mampu menaklukkan Andalusia pada tahun 92 H/710 M. Yakin bisa merupakan awal keberhasilan dalam segala aspek kehidupan.
Orasi heroik Thariq bin Ziyad tersebut menginspirasi kita semua bahwa hidup harus dimodali semangat juang yang tinggi. Masalah harus dihadapi, bukan dihindari. Musuh harus dilawan, bukan melarikan diri.
Jujur harus menjadi kekayaan pribadi yang selalu dijunjung tinggi. Sabar menghadapi, sabar menanti, sabar meraih prestasi harus menjadi etos perjuangan. Bermental baja dan tahan menderita demi menggapai cita-cita mulia perlu ditanamkan sejak dini.
Dengan keyakinan diri yang kuat plus keyakinan terhadap pertolongan dan janji-janji Allah, kita akan mampu mewujudkan visi dan misi Islam, termasuk berprestasi dalam hidup ini.
Tanpa iman, rasa yakin dan mulia diri, seseorang itu akan lemah terkulai setiap kali hendak melakukan perubahan menuju ke arah yang lebih baik.
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan (dengan yakin): "Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka tetap istiqamah (teguh pendirian), maka tidak ada kekhatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) bersedih hati.” (QS. Al-Ahqaf/46: 13)
Yakin bisa yang dilandasi keimanan yang mantap membuat segala kerja yang berat dan sukar akan menjadi ringan dan mudah dilaksanakan. Karena itu, yakin bisa perlu dilatih dan dikembangkan dengan kiat-kiat berikut.
Pertama, menanamkan rasa percaya diri dengan selalu mengingat dan memosisikan Allah sebagai sumber kekuatan, kemauan, dan keberhasilan. Allah SWT itu sandaran hidup kita (QS. al-Ikhlash/112: 2).
Kedua, memaksimalkan segala daya dan upaya untuk mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan mental spiritual dan material.
Sebaiknya kita tidak mudah mengambing-hitamkan atau menyalahkan orang lain atau keadaan, sehingga lebih jujur dan objektif dalam melihat diri sendiri.
Ketiga, melakukan perubahan ke arah yang lebih baik secara terus-menerus. Dan perubahan itu dimulai dari diri sendiri dan selalu berusaha melakukan evaluasi diri setiap saat.
Perubahan diri berupa niat, sikap, mindset, dan perilaku positif merupakan kunci keberhasilan dan kemajuan (QS. al-Ra’d/13: 11)
Keempat, fokus pada potensi dan kelebihan diri, agar kita mampu melejitkan prestasi yang kita cita-citakan, sambil membangun dan mengembangkan rasa optimisme bahwa kita pasti berhasil dan mampu meraih cita-cita.
Kelima, mengawal usaha serius dan etos perjuangan dengan selalu berdoa dan bertawakkal kepada Allah SWT. Hanya orang beriman yang selalu berdoa dan berserah diri kepada-Nya kapanpun dan di manapun.
Tekad, semangat, usaha, dan kinerja baru lengkap jika diperkaya dengan doa dan tawakkal.
Dengan demikian, Islam mendidik kita untuk memiliki tekad yang kuat dan yakin bisa.
Karena seluruh ibadah harus dimulai dengan niat yang tulus untuk memenuhi panggilan Ilahi, memiliki etos juang yang tinggi, melawan hawa nafsu dan mengatasi segala rintangan, sehingga kita harus berdisiplin dalam meraih prestasi tinggi (bertaqwa).
Sejatinya semua ibadah dalam Islam itu merupakan oase spiritual yang dapat membangun keyakinan diri dan yakin bisa menuju prestasi kerja dan prestasi hidup yang baik dan mulia.
, Oleh Muhbib Abdul Wahab
sumber : www.republika.co.id
“Wahai pasukanku, ke mana kalian hendak pergi melarikan diri? Di belakang kalian ada lautan, sedangkan di depan kalian ada pasukan musuh. Yang kalian miliki, demi Allah, hanyalah kejujuran dan kesabaran,'' kata Thariq bin Ziyad mengingatkan.
''Ketahuilah, kalian di pulau (benua) ini lebih sia-sia daripada anak-anak yatim. Padahal kalian sudah “disambut” oleh musuh-musuh kalian dengan bala tentara dan senjata mereka. Logistik mereka cukup melimpah.''
''Sementara itu, kalian tidak memiliki tempat berlindung! Kalian hanya memiliki pedang-pedang. Kalian tidak memiliki logistik kecuali yang dapat kalian peroleh dari tangan musuh-musuh kalian!''
''Jika penderitaan kalian berlangsung lama sedangkan kalian tidak berhasil mengalahkan mereka, maka kekuatan kalian akan hilang.''
''Rasa takut dalam hati musuh akan berubah menjadi rasa berani dalam melawan kalian. Karena itu, pertahankan baik-baik diri kalian dengan mengalahkan dampak yang ditimbulkan oleh perang ini dengan memerangi kesewenang-wenangan.”
Keyakinan diri sang panglima yang demikian tinggi, bahwa lautan bisa disebrangi, rasa takut bisa dieliminasi, dan musuh yang gagah perkasa bisa ditaklukkan membuat pasukan umat Islam mampu menaklukkan Andalusia pada tahun 92 H/710 M. Yakin bisa merupakan awal keberhasilan dalam segala aspek kehidupan.
Orasi heroik Thariq bin Ziyad tersebut menginspirasi kita semua bahwa hidup harus dimodali semangat juang yang tinggi. Masalah harus dihadapi, bukan dihindari. Musuh harus dilawan, bukan melarikan diri.
Jujur harus menjadi kekayaan pribadi yang selalu dijunjung tinggi. Sabar menghadapi, sabar menanti, sabar meraih prestasi harus menjadi etos perjuangan. Bermental baja dan tahan menderita demi menggapai cita-cita mulia perlu ditanamkan sejak dini.
Dengan keyakinan diri yang kuat plus keyakinan terhadap pertolongan dan janji-janji Allah, kita akan mampu mewujudkan visi dan misi Islam, termasuk berprestasi dalam hidup ini.
Tanpa iman, rasa yakin dan mulia diri, seseorang itu akan lemah terkulai setiap kali hendak melakukan perubahan menuju ke arah yang lebih baik.
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan (dengan yakin): "Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka tetap istiqamah (teguh pendirian), maka tidak ada kekhatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) bersedih hati.” (QS. Al-Ahqaf/46: 13)
Yakin bisa yang dilandasi keimanan yang mantap membuat segala kerja yang berat dan sukar akan menjadi ringan dan mudah dilaksanakan. Karena itu, yakin bisa perlu dilatih dan dikembangkan dengan kiat-kiat berikut.
Pertama, menanamkan rasa percaya diri dengan selalu mengingat dan memosisikan Allah sebagai sumber kekuatan, kemauan, dan keberhasilan. Allah SWT itu sandaran hidup kita (QS. al-Ikhlash/112: 2).
Kedua, memaksimalkan segala daya dan upaya untuk mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan mental spiritual dan material.
Sebaiknya kita tidak mudah mengambing-hitamkan atau menyalahkan orang lain atau keadaan, sehingga lebih jujur dan objektif dalam melihat diri sendiri.
Ketiga, melakukan perubahan ke arah yang lebih baik secara terus-menerus. Dan perubahan itu dimulai dari diri sendiri dan selalu berusaha melakukan evaluasi diri setiap saat.
Perubahan diri berupa niat, sikap, mindset, dan perilaku positif merupakan kunci keberhasilan dan kemajuan (QS. al-Ra’d/13: 11)
Keempat, fokus pada potensi dan kelebihan diri, agar kita mampu melejitkan prestasi yang kita cita-citakan, sambil membangun dan mengembangkan rasa optimisme bahwa kita pasti berhasil dan mampu meraih cita-cita.
Kelima, mengawal usaha serius dan etos perjuangan dengan selalu berdoa dan bertawakkal kepada Allah SWT. Hanya orang beriman yang selalu berdoa dan berserah diri kepada-Nya kapanpun dan di manapun.
Tekad, semangat, usaha, dan kinerja baru lengkap jika diperkaya dengan doa dan tawakkal.
Dengan demikian, Islam mendidik kita untuk memiliki tekad yang kuat dan yakin bisa.
Karena seluruh ibadah harus dimulai dengan niat yang tulus untuk memenuhi panggilan Ilahi, memiliki etos juang yang tinggi, melawan hawa nafsu dan mengatasi segala rintangan, sehingga kita harus berdisiplin dalam meraih prestasi tinggi (bertaqwa).
Sejatinya semua ibadah dalam Islam itu merupakan oase spiritual yang dapat membangun keyakinan diri dan yakin bisa menuju prestasi kerja dan prestasi hidup yang baik dan mulia.
, Oleh Muhbib Abdul Wahab
sumber : www.republika.co.id