Suatu hari, pada momen evaluasi guru Pondok Modern Darussalam Gontor, sang kiai menasihati dewan guru dengan sangat bijak. Beliau menuturkan sebuah kisah dari hadis yang diriwayatkan Imam Bukhori dari Umar bin Khattab.
Pada zaman dahulu, ada tiga orang yang bepergian hingga tibalah waktu istirahat dan terpaksa menempati sebuah gua untuk bermalam.
Tiba-tiba, ada sebuah batu besar dari gunung yang jatuh menutup pintu gua. Mereka berkeyakinan tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan mereka dari gua kecuali Allah SWT. Maka, mereka pun mulai berdoa.
Seseorang dari mereka berdoa, Ya Allah saya mempunyai orang tua yang sudah lanjut usia. Setiap sore saya biasa menyediakan minum untuk mereka sebelum untuk siapa pun, baik untuk keluarga ataupun hamba sahaya.
Hingga, pada suatu hari saya pergi jauh mencari pepohonan dan dedaunan untuk makanan ternak. Ketika saya pulang, keduanya telah tertidur, sedangkan saya sudah memerah susu untuk diminum di sore hari."
"Saya enggan membangunkan mereka atau memberikannya untuk keluarga dan hamba sahaya sebelum keduanya. Saya pun tetap menanti keduanya bangun, sementara gelas susu masih di tangan saya sampai menjelang fajar. Anak-anak pun menangis kelaparan menggelayut di kedua kaki saya. Keduanya pun bangun dan meminum susu tersebut. Ya Allah, jika saya mengerjakan yang demikian dengan niat benar-benar mencari ridha-Mu maka geserlah batu besar yang menutup kami ini." Tiba-tiba batu besar itu terbuka sedikit, tetapi mereka belum bisa keluar.
Orang kedua berdoa, Ya Allah, sesungguhnya saya mempunyai sepupu wanita. Aku sangat mencintainya. Bahkan, cintaku lebih besar daripada laki-laki yang saat ini jatuh cinta padanya. Aku sangat menginginkan dirinya. Tapi, ia menolakku. Hingga, pada suatu tahun ia tertimpa musim paceklik. Ia menemuiku untuk meminta bantuan. Lalu, saya memberinya 120 dinar dengan syarat ia mau berduaan denganku. Ia pun terpaksa menerimanya."
"Ketika saya hampir menguasainya, sepupuku berkata. ‘Takutlah kepada Allah, jangan kau ambil mahkotaku kecuali dengan hak nikah.’ Saya pun meninggalkannya, padahal ia sangat saya cintai dan saya tinggalkan emas untuknya. Ya Allah, jika saya mengerjakan yang sedemikian itu adalah dengan niat benar-benar mencari ridha-Mu maka lapangkanlah kesukaran ini." Batu besar tersebut terbuka lagi, tapi mereka belum bisa keluar dari gua.
Kemudian, orang terakhir berdoa, Ya Allah, saya dulu mempunyai beberapa pekerja. Sampai datang waktu pemberian upah, saya berikan semua upah mereka kecuali satu orang yang belum datang. Kemudian, upah tersebut saya kembangkan dengan membelikan binatang ternak. Hingga, suatu hari ia datang mengambil upahnya. Ia segera mengambil semuanya tanpa menyisakan sedikitpun untukku. Ya Allah, jika saya mengerjakan yang sedemikian itu adalah dengan niat benar-benar mencari ridha-Mu maka lapangkanlah kesukaran yang sedang kami hadapi ini." Kemudian, dengan izin Allah batu besar tersebut terbuka lebar hingga mereka bisa keluar dari gua.
Subhanallah, Mahabesar Allah yang selalu menepati janji-Nya. Dia tidak akan melalaikan sedikit pun amal perbuatan manusia, baik amal perbuatan baik ataupun buruk.
Maka, barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan, barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarah, niscaya dia akan melihat balasannya. (az-Zalzalah : 7-8).
Maka, Saudara seiman dan seperjuangan, janganlah pernah kita berputus asa dari nikmat Allah. Karena, sesungguhnya hanya orang-orang musyriklah yang akan terputus nikmatnya. Marilah kita terus berbuat demi kemaslahatan umat.
Oleh: Robiatul Adawiyah
sumber : www.republika.co.id
Pada zaman dahulu, ada tiga orang yang bepergian hingga tibalah waktu istirahat dan terpaksa menempati sebuah gua untuk bermalam.
Tiba-tiba, ada sebuah batu besar dari gunung yang jatuh menutup pintu gua. Mereka berkeyakinan tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan mereka dari gua kecuali Allah SWT. Maka, mereka pun mulai berdoa.
Seseorang dari mereka berdoa, Ya Allah saya mempunyai orang tua yang sudah lanjut usia. Setiap sore saya biasa menyediakan minum untuk mereka sebelum untuk siapa pun, baik untuk keluarga ataupun hamba sahaya.
Hingga, pada suatu hari saya pergi jauh mencari pepohonan dan dedaunan untuk makanan ternak. Ketika saya pulang, keduanya telah tertidur, sedangkan saya sudah memerah susu untuk diminum di sore hari."
"Saya enggan membangunkan mereka atau memberikannya untuk keluarga dan hamba sahaya sebelum keduanya. Saya pun tetap menanti keduanya bangun, sementara gelas susu masih di tangan saya sampai menjelang fajar. Anak-anak pun menangis kelaparan menggelayut di kedua kaki saya. Keduanya pun bangun dan meminum susu tersebut. Ya Allah, jika saya mengerjakan yang demikian dengan niat benar-benar mencari ridha-Mu maka geserlah batu besar yang menutup kami ini." Tiba-tiba batu besar itu terbuka sedikit, tetapi mereka belum bisa keluar.
Orang kedua berdoa, Ya Allah, sesungguhnya saya mempunyai sepupu wanita. Aku sangat mencintainya. Bahkan, cintaku lebih besar daripada laki-laki yang saat ini jatuh cinta padanya. Aku sangat menginginkan dirinya. Tapi, ia menolakku. Hingga, pada suatu tahun ia tertimpa musim paceklik. Ia menemuiku untuk meminta bantuan. Lalu, saya memberinya 120 dinar dengan syarat ia mau berduaan denganku. Ia pun terpaksa menerimanya."
"Ketika saya hampir menguasainya, sepupuku berkata. ‘Takutlah kepada Allah, jangan kau ambil mahkotaku kecuali dengan hak nikah.’ Saya pun meninggalkannya, padahal ia sangat saya cintai dan saya tinggalkan emas untuknya. Ya Allah, jika saya mengerjakan yang sedemikian itu adalah dengan niat benar-benar mencari ridha-Mu maka lapangkanlah kesukaran ini." Batu besar tersebut terbuka lagi, tapi mereka belum bisa keluar dari gua.
Kemudian, orang terakhir berdoa, Ya Allah, saya dulu mempunyai beberapa pekerja. Sampai datang waktu pemberian upah, saya berikan semua upah mereka kecuali satu orang yang belum datang. Kemudian, upah tersebut saya kembangkan dengan membelikan binatang ternak. Hingga, suatu hari ia datang mengambil upahnya. Ia segera mengambil semuanya tanpa menyisakan sedikitpun untukku. Ya Allah, jika saya mengerjakan yang sedemikian itu adalah dengan niat benar-benar mencari ridha-Mu maka lapangkanlah kesukaran yang sedang kami hadapi ini." Kemudian, dengan izin Allah batu besar tersebut terbuka lebar hingga mereka bisa keluar dari gua.
Subhanallah, Mahabesar Allah yang selalu menepati janji-Nya. Dia tidak akan melalaikan sedikit pun amal perbuatan manusia, baik amal perbuatan baik ataupun buruk.
Maka, barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan, barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarah, niscaya dia akan melihat balasannya. (az-Zalzalah : 7-8).
Maka, Saudara seiman dan seperjuangan, janganlah pernah kita berputus asa dari nikmat Allah. Karena, sesungguhnya hanya orang-orang musyriklah yang akan terputus nikmatnya. Marilah kita terus berbuat demi kemaslahatan umat.
Oleh: Robiatul Adawiyah
sumber : www.republika.co.id