Alkisah, pada masa dinasti Firaun ditemukan seorang gadis berkulit hitam. Setelah diidentifikasi secara teliti, dia ternyata seorang putri keturunan raja Maghribi. Sebuah kerajaan kecil di Ethiopia. Kerajaan kecil ini terkenal berani menentang dinasti Firaun yang jauh lebih besar.
Suatu ketika dinasti Firaun memerangi orang-orang yang menentangnya. Semua orang yang tertangkap dibunuh secara sadis. Begitu pula Dzul’arsy, ayah gadis berkulit hitam tersebut. Maka, jadilah dia sebatang kara.
Dengan begitu, gadis berkulit hitam yang kelak dinamai Hajar itu terpaksa hidup sebagai tawanan dinasti Firaun. Dari hari ke hari pelbagai perlakuan tidak manusiawi kepada para tawanan disaksikannya dan dirasakannnya.
Bahkan, sebagian dari tawanan lainnya bernasib lebih buruk dari Hajar. Mereka tidak sedikit yang dijadikan budak seks dinasti Firaun. Suatu ketika, dia bersama gadis berkulit hitam lainnya menjadi budak raja Qibti bernama ‘Amr bin ‘Amru’ al-Qais bin Mailun.
Kendati saat itu Hajar belum dewasa, sebagai putri keturunan raja yang menentang kezaliman dia sudah dapat membedakan yang benar dan salah. Maka, dia pun tumbuh menjadi gadis cerdas.
Singkat cerita, jalan hidup Hajar berubah drastis setelah dipertemukan dengan Sarah dan Ibrahim AS. Oleh pasangan suami-istri ini, Hajar diposisikan sebagai budak dan kemudian diboyong dari Mesir ke Palestina.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun seakan-akan berlalu begitu cepat. Sarah dan Ibrahim pun semakin tua, sedangkan Hajar tumbuh menjadi gadis dewasa.
Di Palestina, Sarah dan Ibrahim sangat kesepian dan mendambakan keturunan. Namun, Sarah yang saat itu sudah berusia 70-an tahun diketahui mandul dan Ibrahim saat itu sudah hampir berusia 80-an tahun. Sarah berkesimpulan, tidak mungkin keluarga ini mendapat keturunan dari rahimnya.
Dengan begitu, akhirnya Sarah menyarankan Ibrahim untuk menikahi Hajar. Semula Ibrahim menolak demi menjaga perasaan Sarah. Namun, Sarah “memaksa” Ibrahim. Maka, Ibrahim pun “terpaksa” menuruti saran Sarah yang sangat dicintainya.
Atas izin Allah, Hajar pun hamil. Lalu, melahirkan seorang putra bernama Ismail AS. Sarah ikut senang dengan kelahiran Ismail ini. Namun, kecemburuan pun tak terhindarkan. Sehingga, dia meminta suaminya untuk memisahkan dirinya dan Hajar ke negeri yang jauh.
Atas petunjuk Allah SWT, Ibrahim mengungsikan Hajar dan putranya ke suatu lembah yang jauh, yaitu ke Bakkah dengan sedikit perbekalan. Lalu, Ibrahim pun meninggalkan mereka.
Seiring menipisnya persediaan perbekalan, Hajar harus bekerja keras menutupi keperluan hidupnya dengan mencari air ke sana ke mari. Hingga akhirnya, dia berhasil.
Kerja keras Hajar inilah yang kini diabadikan dalam sai. Ketegaran Hajar menjadi inspirasi bagi kita dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.
sumber : www.republika.co.id
Oleh: Mahmud Yunus
Suatu ketika dinasti Firaun memerangi orang-orang yang menentangnya. Semua orang yang tertangkap dibunuh secara sadis. Begitu pula Dzul’arsy, ayah gadis berkulit hitam tersebut. Maka, jadilah dia sebatang kara.
Dengan begitu, gadis berkulit hitam yang kelak dinamai Hajar itu terpaksa hidup sebagai tawanan dinasti Firaun. Dari hari ke hari pelbagai perlakuan tidak manusiawi kepada para tawanan disaksikannya dan dirasakannnya.
Bahkan, sebagian dari tawanan lainnya bernasib lebih buruk dari Hajar. Mereka tidak sedikit yang dijadikan budak seks dinasti Firaun. Suatu ketika, dia bersama gadis berkulit hitam lainnya menjadi budak raja Qibti bernama ‘Amr bin ‘Amru’ al-Qais bin Mailun.
Kendati saat itu Hajar belum dewasa, sebagai putri keturunan raja yang menentang kezaliman dia sudah dapat membedakan yang benar dan salah. Maka, dia pun tumbuh menjadi gadis cerdas.
Singkat cerita, jalan hidup Hajar berubah drastis setelah dipertemukan dengan Sarah dan Ibrahim AS. Oleh pasangan suami-istri ini, Hajar diposisikan sebagai budak dan kemudian diboyong dari Mesir ke Palestina.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun seakan-akan berlalu begitu cepat. Sarah dan Ibrahim pun semakin tua, sedangkan Hajar tumbuh menjadi gadis dewasa.
Di Palestina, Sarah dan Ibrahim sangat kesepian dan mendambakan keturunan. Namun, Sarah yang saat itu sudah berusia 70-an tahun diketahui mandul dan Ibrahim saat itu sudah hampir berusia 80-an tahun. Sarah berkesimpulan, tidak mungkin keluarga ini mendapat keturunan dari rahimnya.
Dengan begitu, akhirnya Sarah menyarankan Ibrahim untuk menikahi Hajar. Semula Ibrahim menolak demi menjaga perasaan Sarah. Namun, Sarah “memaksa” Ibrahim. Maka, Ibrahim pun “terpaksa” menuruti saran Sarah yang sangat dicintainya.
Atas izin Allah, Hajar pun hamil. Lalu, melahirkan seorang putra bernama Ismail AS. Sarah ikut senang dengan kelahiran Ismail ini. Namun, kecemburuan pun tak terhindarkan. Sehingga, dia meminta suaminya untuk memisahkan dirinya dan Hajar ke negeri yang jauh.
Atas petunjuk Allah SWT, Ibrahim mengungsikan Hajar dan putranya ke suatu lembah yang jauh, yaitu ke Bakkah dengan sedikit perbekalan. Lalu, Ibrahim pun meninggalkan mereka.
Seiring menipisnya persediaan perbekalan, Hajar harus bekerja keras menutupi keperluan hidupnya dengan mencari air ke sana ke mari. Hingga akhirnya, dia berhasil.
Kerja keras Hajar inilah yang kini diabadikan dalam sai. Ketegaran Hajar menjadi inspirasi bagi kita dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.
sumber : www.republika.co.id
Oleh: Mahmud Yunus