Insya Allah, Sabtu besok, 14 Juni 2014, Majelis Az-Zikra akan menyelenggarakan kegiatan zikir akbar di Masjid Istiqlal. Sebuah kegiatan dalam rangka menyambut kehadiran bulan Ramadhan 1435 Hijriyah. Marhaban ya Ramadhan.
Selamat datang, wahai bulan Ramadhan. Inilah tema yang akan diusung dalam menghelat zikir yang akan diisi taushiyah dari KH Tengku Zulkarnain dan Habib Dr Ahmad al-Kaff. Subhanallah, tidak terasa, waktu bergerak begitu cepat.
Dalam hitungan hari, kita akan tinggalkan lembayung Sya’ban. Dan kita akan jejakkan kaki di bulan Ramadhan. Bulan yang mengajak kaum Muslimin di berbagai belahan dunia berpuasa selama satu bulan lamanya.
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan kepada kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa." (QS al-Baqarah, 2:183)
Kita akan memasuki bulan istimewa yang menyebar banyak kebaikan. Bulan yang ditaburi keberkahan. Bulan yang siang dan malamnya terliputi kemuliaan. Bulan yang di antara salah satu malamnya bernilai lebih baik dari seribu bulan.
Bulan yang pada akhirnya tidak ada alasan buat tangan kita kecuali membentang, seraya lisan berujar, Marhaban ya Ramadhan Allahu Akbar. Kenikmatan menyambut Ramadhan ini adalah bagian dari kecintaan tak berperi atas kehadiran bulan rahmat dan ampunan.
OIeh karena itu, Nabi Muhammad SAW biasa memberikan kabar gembira kepada para sahabat karena datangnya bulan ini. Beliau menjelaskan keutamaan Ramadhan dan janji-janji indah berupa pahala melimpah bagi orang yang berpuasa dan menghidupkannya.
Kenapa kita kembali berzikir? Karena zikir bisa menjadi washilah syiar untuk mengembalikan kesucian bulan yang berlimpah kebaikan dan keberkahan tersebut. Umat di negeri harus bersiap dengan kehadirannya.
Istilah zikir berasal dari bahasa Arab, dzakara-yadzkuru-dzikr. Artinya, mensucikan dan memuji (Allah); ingat, mengingat, peringatan, menutur, menyebut, dan melafalkan.
Di dalam Alquran, yang juga disebut Adz-Dzikra, kita dapat menjumpai kata itu, di dalam berbagai bentuknya (masdar, fi'il madhi, amar, mudhari', dan sebagainya) lebih dari 280 kali dengan berbagai maknanya termasuk makna istilah seperti berikut ini.
Zikir secara istilah berarti mengingat dan menyebut Allah. Dia mengingat Allah maka lisannya terus menyebut Allah. Karena terus menyebut Allah maka hatinya terus mengingat Allah. Mengingat gerak hati sedangkan menyebut gerak lisan.
Karena itu, zikir bisa dilakukan dengan hati (mengingat), bisa pula dengan lisan (menyebut-nyebut). Menjadikan lisannya berzikir berarti menundukan lisannya untuk terus membaca dan menyebut asma-asma-Nya.
Pada titik inilah keadaan lisan harus terus dibasahi dengan untaian kalimat tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. Tidaklah lisan kita basah kecuali dengan zikrullah.
Di dalam hadis sahih riwayat at-Turmudzi dari shahabat Abdullah bin Busr katanya, ’’Ya Rasulullah ajaran-ajaran Islam telah banyak padaku, maka beritahukanlah aku sesuatu yang dapat aku jadikan pegangan. Rasulullah menjawab, “Biarkanlah lisanmu terus basah dengan menyebut Allah."
Sampai di ranah ini, rasanya menghadiri majelis-majelis zikir, merupakan amalan elok dan tepat, sebagai isian amaliah diri menyambut Ramadhan. Selamat berzikir, selamat menyambut bulan ampunan.
Insya Allah, negeri ini yang juga sedang berhajat mencari pemimpin segera menuai pula kebaikan. Bersama zikir yang dihidupkan oleh para penikmat majelis-majelis, pengingat, dan penyebut Allah. Semoga.
, Oleh: Ustaz HM Arifin Ilham
sumber : www.republika.co.id
Selamat datang, wahai bulan Ramadhan. Inilah tema yang akan diusung dalam menghelat zikir yang akan diisi taushiyah dari KH Tengku Zulkarnain dan Habib Dr Ahmad al-Kaff. Subhanallah, tidak terasa, waktu bergerak begitu cepat.
Dalam hitungan hari, kita akan tinggalkan lembayung Sya’ban. Dan kita akan jejakkan kaki di bulan Ramadhan. Bulan yang mengajak kaum Muslimin di berbagai belahan dunia berpuasa selama satu bulan lamanya.
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan kepada kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa." (QS al-Baqarah, 2:183)
Kita akan memasuki bulan istimewa yang menyebar banyak kebaikan. Bulan yang ditaburi keberkahan. Bulan yang siang dan malamnya terliputi kemuliaan. Bulan yang di antara salah satu malamnya bernilai lebih baik dari seribu bulan.
Bulan yang pada akhirnya tidak ada alasan buat tangan kita kecuali membentang, seraya lisan berujar, Marhaban ya Ramadhan Allahu Akbar. Kenikmatan menyambut Ramadhan ini adalah bagian dari kecintaan tak berperi atas kehadiran bulan rahmat dan ampunan.
OIeh karena itu, Nabi Muhammad SAW biasa memberikan kabar gembira kepada para sahabat karena datangnya bulan ini. Beliau menjelaskan keutamaan Ramadhan dan janji-janji indah berupa pahala melimpah bagi orang yang berpuasa dan menghidupkannya.
Kenapa kita kembali berzikir? Karena zikir bisa menjadi washilah syiar untuk mengembalikan kesucian bulan yang berlimpah kebaikan dan keberkahan tersebut. Umat di negeri harus bersiap dengan kehadirannya.
Istilah zikir berasal dari bahasa Arab, dzakara-yadzkuru-dzikr. Artinya, mensucikan dan memuji (Allah); ingat, mengingat, peringatan, menutur, menyebut, dan melafalkan.
Di dalam Alquran, yang juga disebut Adz-Dzikra, kita dapat menjumpai kata itu, di dalam berbagai bentuknya (masdar, fi'il madhi, amar, mudhari', dan sebagainya) lebih dari 280 kali dengan berbagai maknanya termasuk makna istilah seperti berikut ini.
Zikir secara istilah berarti mengingat dan menyebut Allah. Dia mengingat Allah maka lisannya terus menyebut Allah. Karena terus menyebut Allah maka hatinya terus mengingat Allah. Mengingat gerak hati sedangkan menyebut gerak lisan.
Karena itu, zikir bisa dilakukan dengan hati (mengingat), bisa pula dengan lisan (menyebut-nyebut). Menjadikan lisannya berzikir berarti menundukan lisannya untuk terus membaca dan menyebut asma-asma-Nya.
Pada titik inilah keadaan lisan harus terus dibasahi dengan untaian kalimat tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. Tidaklah lisan kita basah kecuali dengan zikrullah.
Di dalam hadis sahih riwayat at-Turmudzi dari shahabat Abdullah bin Busr katanya, ’’Ya Rasulullah ajaran-ajaran Islam telah banyak padaku, maka beritahukanlah aku sesuatu yang dapat aku jadikan pegangan. Rasulullah menjawab, “Biarkanlah lisanmu terus basah dengan menyebut Allah."
Sampai di ranah ini, rasanya menghadiri majelis-majelis zikir, merupakan amalan elok dan tepat, sebagai isian amaliah diri menyambut Ramadhan. Selamat berzikir, selamat menyambut bulan ampunan.
Insya Allah, negeri ini yang juga sedang berhajat mencari pemimpin segera menuai pula kebaikan. Bersama zikir yang dihidupkan oleh para penikmat majelis-majelis, pengingat, dan penyebut Allah. Semoga.
, Oleh: Ustaz HM Arifin Ilham
sumber : www.republika.co.id