-

Tuesday, March 29, 2011

TAWAKKAL RUH IKHTIYAR

Tawakkal dan ikhtiyar seringkali dan bahkan selalu dibaca dengan kacamata yang kontradiktf, alias berlawanan dan bermusuhan. Frame yang dipakai Jabariyah dan Qadariyah. Tawakkal dimaknai keterikatan tanpa kebebasan, sementara ikhtiyar dimaknai kebebasan tanpa keterikatan. Pemahaman demikian menggunakan aksioma logika yang menyebut, bila dua hal bertentangan sementara salah satu benar maka yang lain pasti salah, Tak mungkin dua-duanya benar. Kalau sesuatu ada di utara maka tak mungkin disebut ada di selatan pada saat yang bersamaan. Ini logika linear yang tak melihat realitas kekinian.
Orang selalu melihat timur lawan barat, selatan lawan utara, atas lawan bawah. padahal timur dan barat itu berdekatan dan berdampingan. Demikian pula selatan utara, bawah atas. Bahkan semua arah itu ada berdampingan hampir tanpa jarak. Demikian pula ikhtiyar dan tawakkal. Berapa banyak ayat Al-Quran yang menyuruh manusia untuk bertawakkal dan bertaslim serta bertawadlu" padanNYa !. Dan berapa banyak ayat yang menyuruh kita berikhtiyar, beramal dan berusaha. Keduanya adalah perintah Allah. Apakah kita disibut tunduk, pasrah, taslim, taat pada Allah, pada saat kita tak mau menjalankan perintahNYya yang menyuruh kita untuk berusaha,
beramal, bekerja dan bahkan berjuang ?!
Karena tawakkal dan ikhtiyar sama-sama perintah Allah, maka menjalankannya secara bersamaan adalah ibadah, artinya sebuah penghambaan diri kita kepada Allah. Anda tidak disebut bertawakkal bila hanya bertaslim tapi pada saat yang sama anda menolak perintahNya. Itu namanya pembangkang. Naudzubillahi min dzalik. Konsekwensinya, bila kita berikhtiyar, maka harus bebas dari hal-hal yang membuat Allah marah pada kita, dan sebaliknya harus penuh dengan hal-hal yang membuat Allah senang pada kita. Ikhtiyar yg kita lakukan harus bisa mengundang simpati Tuhan dan berusaha sejauh mungkin menghindari dari marahNya. Tujuan ikhtiyar adalah memperoleh ridloNya, bukan kalkulasi ekonomi yang berupa untung rugi.
Jangan lupa, bukan ikhtiyar kita yg mendatangkan rezeki, ikhtiyar bukan sumber rezeki, bukan pembagi rezeki, bukan pula media. Ia semata penghambaan kita pada Allah. Kalau ikhtiyar pembagi rezeki, sudah pasti semua orang kaya di dunia, karena semua orang berikhtiyar. Tetapi mengapa statistik selalu menunjukkan orang miskin lebih banyak dari orang kaya ?!!! Berapa banyak orang menjadi miskin karena berikhtiyar ?!! Subhanallah, Allahu akbar, laa haula wala quwwata illaa billah.
oleh Syarqawi Dhofir

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment