Orang yang berkesempatan memasuki Masjidil Haram dan beribadat di dalamnya tentu memiliki pengalaman unik masing-masing.
Mulai dari dahsyatnya getaran hati, air mata keharuan yang tak terbendung saat pertama kali melihat Ka'bah secara fisik dan shalat/berdoa di hadapannya, hingga menyaksikan orang-orang yang berbuat kebaikan sekecil apa pun detik demi detik.
Demikian pula, orang yang berkesempatan memasuki Masjid Nabawi dan beribadah di dalamnya tentu memiliki pengalaman unik masing-masing.
Mulai dari getaran hati, air mata kesyahduan yang tak terbendung saat pertama kali berada di Raudhah, shalat/berdoa di dalamnya dan berdoa dengan khusyuk di samping makam Rasulullah SAW, hingga menyaksikan orang-orang yang berbuat kebaikan sekecil apa pun detik demi detik. Luar biasa mengagumkan.
Di antara kebaikan yang boleh jadi bagi sementara orang dianggap tak seberapa itu, misalnya, mengoleskan minyak wangi kepada jamaah lain beberapa saat sebelum melaksanakan shalat berjamaah dan menata Alquran pada rak-rak yang sudah disediakan.
Pertama, menggunakan wewangian atau parfum saat memasuki masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Tujuannya antara lain agar suasana ibadah menjadi lebih segar, lebih nyaman, dan lebih menyenangkan. Bila demikian halnya maka kekhusyukan akan lebih mudah diraih.
Itu dapat kita pahami dari sabda Rasulullah SAW tentang adab shalat Jumat. Rasulullah SAW menganjurkan mandi laksana mandi janabat, bersiwak, menyisir rambut, berparfum, dan mengenakan pakaian terbaik.
Malah dianjurkan ada pakaian khusus untuk shalat jika ia mampu menyediakannya. Lalu bergegas menuju ke masjid dengan berjalan kaki, mengambil posisi tidak jauh dari imam, mendengarkan khutbah dengan seksama, dan seterusnya.
Kedua, menata Alquran pada rak-rak yang sudah disediakan sangat dianjurkan, tujuannya agar terlihat rapi, lebih mudah dicari, dan lebih menarik untuk dibaca dan dipelajari.
Bila demikian halnya maka kegairahan untuk membaca, mempelajari dan memuliakan Kitab Suci akan lebih mudah direalisasikan.
Bayangkan, apa implikasinya kalau Alquran dibiarkan berserakan di tempat yang tidak semestinya dan hal itu dilihat oleh anak-anak kita?
Saya miris mendengar informasi di percetakan Alquran di Tanah Air, Alquran diperlakukan tidak semestinya. Konon, di percetakan tersebut Alquran penanganannya (treatment) sama alias tidak berbeda dengan barang cetakan lainnya!
Misalnya saja, dikerjakan oleh orang yang (mungkin) dalam keadaan berhadas, ditaruh di lantai, diinjak, dibanting, dilempar, dan seterusnya.
Bila demikian halnya, nyata-nyata itu telah sangat melecehkan Kitab Suci umat Islam. Dan, kita berkewajiban meminta pihak yang berwenang untuk segera membenahinya.
Jamaah haji dan/atau umrah asal Indonesia umumnya diajak untuk melihat-lihat percetakan Alquran sedunia bernama Mujamma' Maalik Fahd yang terletak di Jalan Tabuk barat laut Madinah Al-Munawwarah.
Bila direnungkan ini jelas bukan jalan-jalan biasa. Buat saya, mengunjungi Mujamma' Maalik Fahd jauh lebih bermakna daripada jalan-jalan ke kawasan medan magnet. Di mana kendaraaan dapat melaju kencang meski gigi perseneling berada pada posisi netral.
Mengapa? Lantaran Mujamma' Maalik Fahd sejatinya merupakan pusat ilmu untuk berkhidmat kepada Alquran. Markas ini mempersembahkan Alquran al-Kariim dan terjemahannya dalam berbagai bahasa kepada kaum Muslimin di seluruh dunia. Baik dalam bentuk cetakan maupun rekaman.
Orang-orang yang yang diizinkan masuk ke markas ini hanyalah mereka yang lolos pemeriksaan khusus. Lagi-lagi, salah satu tujuannya adalah agar kemuliaan Alquran tetap terpelihara.
Kembali ke pembicaraan awal, kita tentu terkagum-kagum menyaksikan orang-orang lain mengais-ngais pahala di Masjidil Haram atau di Masjid Nabawi dengan cara menata Alquran pada rak-rak yang sudah disiapkan sebelumnya.
Setelah mereka lelah shalat mutlak, berdoa, dan membaca Alquran, mereka dengan telaten menatanya kembali. Alquran yang ukurannya sama, yang warna kovernya sama dan seterusnya ditata pada rak yang sama. Demikianlah, cara orang-orang yang cerdas berkhidmat kepada Alquran.
, Oleh: Mahmud Yunus
sumber : www.republika.co.id
Mulai dari dahsyatnya getaran hati, air mata keharuan yang tak terbendung saat pertama kali melihat Ka'bah secara fisik dan shalat/berdoa di hadapannya, hingga menyaksikan orang-orang yang berbuat kebaikan sekecil apa pun detik demi detik.
Demikian pula, orang yang berkesempatan memasuki Masjid Nabawi dan beribadah di dalamnya tentu memiliki pengalaman unik masing-masing.
Mulai dari getaran hati, air mata kesyahduan yang tak terbendung saat pertama kali berada di Raudhah, shalat/berdoa di dalamnya dan berdoa dengan khusyuk di samping makam Rasulullah SAW, hingga menyaksikan orang-orang yang berbuat kebaikan sekecil apa pun detik demi detik. Luar biasa mengagumkan.
Di antara kebaikan yang boleh jadi bagi sementara orang dianggap tak seberapa itu, misalnya, mengoleskan minyak wangi kepada jamaah lain beberapa saat sebelum melaksanakan shalat berjamaah dan menata Alquran pada rak-rak yang sudah disediakan.
Pertama, menggunakan wewangian atau parfum saat memasuki masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Tujuannya antara lain agar suasana ibadah menjadi lebih segar, lebih nyaman, dan lebih menyenangkan. Bila demikian halnya maka kekhusyukan akan lebih mudah diraih.
Itu dapat kita pahami dari sabda Rasulullah SAW tentang adab shalat Jumat. Rasulullah SAW menganjurkan mandi laksana mandi janabat, bersiwak, menyisir rambut, berparfum, dan mengenakan pakaian terbaik.
Malah dianjurkan ada pakaian khusus untuk shalat jika ia mampu menyediakannya. Lalu bergegas menuju ke masjid dengan berjalan kaki, mengambil posisi tidak jauh dari imam, mendengarkan khutbah dengan seksama, dan seterusnya.
Kedua, menata Alquran pada rak-rak yang sudah disediakan sangat dianjurkan, tujuannya agar terlihat rapi, lebih mudah dicari, dan lebih menarik untuk dibaca dan dipelajari.
Bila demikian halnya maka kegairahan untuk membaca, mempelajari dan memuliakan Kitab Suci akan lebih mudah direalisasikan.
Bayangkan, apa implikasinya kalau Alquran dibiarkan berserakan di tempat yang tidak semestinya dan hal itu dilihat oleh anak-anak kita?
Saya miris mendengar informasi di percetakan Alquran di Tanah Air, Alquran diperlakukan tidak semestinya. Konon, di percetakan tersebut Alquran penanganannya (treatment) sama alias tidak berbeda dengan barang cetakan lainnya!
Misalnya saja, dikerjakan oleh orang yang (mungkin) dalam keadaan berhadas, ditaruh di lantai, diinjak, dibanting, dilempar, dan seterusnya.
Bila demikian halnya, nyata-nyata itu telah sangat melecehkan Kitab Suci umat Islam. Dan, kita berkewajiban meminta pihak yang berwenang untuk segera membenahinya.
Jamaah haji dan/atau umrah asal Indonesia umumnya diajak untuk melihat-lihat percetakan Alquran sedunia bernama Mujamma' Maalik Fahd yang terletak di Jalan Tabuk barat laut Madinah Al-Munawwarah.
Bila direnungkan ini jelas bukan jalan-jalan biasa. Buat saya, mengunjungi Mujamma' Maalik Fahd jauh lebih bermakna daripada jalan-jalan ke kawasan medan magnet. Di mana kendaraaan dapat melaju kencang meski gigi perseneling berada pada posisi netral.
Mengapa? Lantaran Mujamma' Maalik Fahd sejatinya merupakan pusat ilmu untuk berkhidmat kepada Alquran. Markas ini mempersembahkan Alquran al-Kariim dan terjemahannya dalam berbagai bahasa kepada kaum Muslimin di seluruh dunia. Baik dalam bentuk cetakan maupun rekaman.
Orang-orang yang yang diizinkan masuk ke markas ini hanyalah mereka yang lolos pemeriksaan khusus. Lagi-lagi, salah satu tujuannya adalah agar kemuliaan Alquran tetap terpelihara.
Kembali ke pembicaraan awal, kita tentu terkagum-kagum menyaksikan orang-orang lain mengais-ngais pahala di Masjidil Haram atau di Masjid Nabawi dengan cara menata Alquran pada rak-rak yang sudah disiapkan sebelumnya.
Setelah mereka lelah shalat mutlak, berdoa, dan membaca Alquran, mereka dengan telaten menatanya kembali. Alquran yang ukurannya sama, yang warna kovernya sama dan seterusnya ditata pada rak yang sama. Demikianlah, cara orang-orang yang cerdas berkhidmat kepada Alquran.
, Oleh: Mahmud Yunus
sumber : www.republika.co.id