Dalam kitab itqan fi ‘ulumil Quran dikisahkan atas suruhan Umar bin Khattab, seorang sahabat bertanya kepada Abdullah bin Mas’ud yang sedang berada di sebuah rombongan yang akan melaksanakan ibadah haji saat itu.
Abdullah bin Mas’ud ditanya atas lima ayat-ayat Al-Quran yang terbaik, yakni ayat manakah yang ‘azham (paling mulia), ‘adal wa ‘ahkam (paling tinggi hukum dan keadilan), ajma (paling lengkap, menyimpulkan), sedikit namun berisi), ahzan (paling menyedihkan) dan ayat yang anja (paling memberi pengharapan).
Abdullah bin Mas’ud yang merupakan sahabat Rasulullah SAW yang didoakan menjadi orang yang paham Al-Quran menjawab, pertama, ayat yang ‘azham (paling mulia) adalah Surah al-Baqarah ayat 155, yang biasa kita sebut dengan ayat kursi.
Pada ayat tersebut berisikan fondasi tauhid yang kokoh. Seseorang yang mengaku dirinya beriman dan berjuang di jalan Allah wajib meyakini akan Allah tiada tuhan selain Dia, memahami sifat Allah yang hidup (hayy), yang berdiri (qayyum), Allah tidak perlu istirahat dan tidur untuk mengurus segala sesuatu di seluruh alam jagad raya dari singgasanaNya.
Keyakinan akan sifat Allah akan membuat seseorang kuat menghadapi segala rintangan dan hambatan dalam menjalankan ibadah haji yang merupakan miniatur kehidupan manusia.
Kedua, adapun ayat yang paling ‘adal wa ‘ahkam (paling tingggi hukum dan keadilan) adalah surah an-Nahl ayat: 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Keadilan adalah keseimbangan dalam hidup. Tidak hanya memerintahkan kita untuk seimbang dalam segala aspek kehidupan, Allah juga menyuruh berbuat yang terbaik kepada setiap makluk dan pada satu tarikan nafas membenci dan memusuhi setiap perbuatn keji, mungkar dan permusuhan.
Jika setiap orang melakukan ayat hukum dan keadilan di atas, maka dapat dipastikan kehidupan dunia dalam rule of law, aman, tentram dan teratur.
Ketiga, ayat yang paling ‘ajma' (paling lengkap, menyimpulkan) adalah surah al-Zalzalah ayat 7-8). “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”.
Perjalanan kehidupan hanya berada pada dua sisi yakni kebaikan dan keburukan. Keduanya akan berbalas sesuai dengan perbuatan yang kita lakukan.
Keyakinan akan balasan baik dan buruk walau sekecil apapun membuat orang akan selalu pada posisi yang benar yakni seseorang akan mengerjakan perbuatan baik dan sebaik-baiknya sebab akan berbalas, dan pada saat yang sama akan menjauhi perbuatan buruk sejauh-jauhnya sebab akan juga akan berbalas.
Keempat, ayat yang paling menyedihkan ahzan (paling menyedihkan) adalah surah an-Nisa’ ayat 123. “Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.”
Perbuatan buruk akan berbalas dengan setimpal. Dan yang akan menjadikan kita sangat bersedih adalah di saat perbuatan buruk akan dibalas dengan keburukan tersebut tidak akan mendapatkan dispensasi dan pertolongan Allah.
Penyesalan saat kita telah berada di negeri lain (akhirat) tidak akan berarti dan tidak seorangpun yang mampu menolong, dan bahkan Allah juga tidak mau memberikan pertolongan.
Saat itulah penyesalan, kesedihan dan keputusasaan yang tiada taranya dihadapi oleh seseorang yang mengerjakan perbuatan buruk.
Kelima, ayat yang paling memberi pengharapan (anja’) adalah surah az-Zumar ayat; 53. “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sebanyak apapun atau sebejat apapun perbuatan yang pernah kita lakukan kecuali dosa syirik masih dimungkinkan diberikan pengampunan oleh Allah, dengan catatan orang tersebut bertaubat, mengakui dosa yang dikerjakan serta memohon kepada Allah untuk diampuni.
Rahmat Allah sangat terbuka lebar untuk memberikan ampunan sekaligus memberikan kasih sayangnya kepada orang yang mau bertaubat secara sungguh-sungguh (nashuha).
Lima ayat di atas menjadi bekal Abdullah bin Mas’ud beserta rombongan yang akan menunaikan ibadah haji saat itu.
Bekal itu jualah yang patut dibawa dan dipegang setiap orang yang akan dan sedang menunaikan ibadah haji. Bahkan, pada hakikatnya bekal itulah yang harus dipegang dalam menjalani kehidupan ini. Wallahu’alam.
, Oleh: Mustafa Kamal Rokan
sumber : www.republika.co.id
Abdullah bin Mas’ud ditanya atas lima ayat-ayat Al-Quran yang terbaik, yakni ayat manakah yang ‘azham (paling mulia), ‘adal wa ‘ahkam (paling tinggi hukum dan keadilan), ajma (paling lengkap, menyimpulkan), sedikit namun berisi), ahzan (paling menyedihkan) dan ayat yang anja (paling memberi pengharapan).
Abdullah bin Mas’ud yang merupakan sahabat Rasulullah SAW yang didoakan menjadi orang yang paham Al-Quran menjawab, pertama, ayat yang ‘azham (paling mulia) adalah Surah al-Baqarah ayat 155, yang biasa kita sebut dengan ayat kursi.
Pada ayat tersebut berisikan fondasi tauhid yang kokoh. Seseorang yang mengaku dirinya beriman dan berjuang di jalan Allah wajib meyakini akan Allah tiada tuhan selain Dia, memahami sifat Allah yang hidup (hayy), yang berdiri (qayyum), Allah tidak perlu istirahat dan tidur untuk mengurus segala sesuatu di seluruh alam jagad raya dari singgasanaNya.
Keyakinan akan sifat Allah akan membuat seseorang kuat menghadapi segala rintangan dan hambatan dalam menjalankan ibadah haji yang merupakan miniatur kehidupan manusia.
Kedua, adapun ayat yang paling ‘adal wa ‘ahkam (paling tingggi hukum dan keadilan) adalah surah an-Nahl ayat: 90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Keadilan adalah keseimbangan dalam hidup. Tidak hanya memerintahkan kita untuk seimbang dalam segala aspek kehidupan, Allah juga menyuruh berbuat yang terbaik kepada setiap makluk dan pada satu tarikan nafas membenci dan memusuhi setiap perbuatn keji, mungkar dan permusuhan.
Jika setiap orang melakukan ayat hukum dan keadilan di atas, maka dapat dipastikan kehidupan dunia dalam rule of law, aman, tentram dan teratur.
Ketiga, ayat yang paling ‘ajma' (paling lengkap, menyimpulkan) adalah surah al-Zalzalah ayat 7-8). “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”.
Perjalanan kehidupan hanya berada pada dua sisi yakni kebaikan dan keburukan. Keduanya akan berbalas sesuai dengan perbuatan yang kita lakukan.
Keyakinan akan balasan baik dan buruk walau sekecil apapun membuat orang akan selalu pada posisi yang benar yakni seseorang akan mengerjakan perbuatan baik dan sebaik-baiknya sebab akan berbalas, dan pada saat yang sama akan menjauhi perbuatan buruk sejauh-jauhnya sebab akan juga akan berbalas.
Keempat, ayat yang paling menyedihkan ahzan (paling menyedihkan) adalah surah an-Nisa’ ayat 123. “Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.”
Perbuatan buruk akan berbalas dengan setimpal. Dan yang akan menjadikan kita sangat bersedih adalah di saat perbuatan buruk akan dibalas dengan keburukan tersebut tidak akan mendapatkan dispensasi dan pertolongan Allah.
Penyesalan saat kita telah berada di negeri lain (akhirat) tidak akan berarti dan tidak seorangpun yang mampu menolong, dan bahkan Allah juga tidak mau memberikan pertolongan.
Saat itulah penyesalan, kesedihan dan keputusasaan yang tiada taranya dihadapi oleh seseorang yang mengerjakan perbuatan buruk.
Kelima, ayat yang paling memberi pengharapan (anja’) adalah surah az-Zumar ayat; 53. “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sebanyak apapun atau sebejat apapun perbuatan yang pernah kita lakukan kecuali dosa syirik masih dimungkinkan diberikan pengampunan oleh Allah, dengan catatan orang tersebut bertaubat, mengakui dosa yang dikerjakan serta memohon kepada Allah untuk diampuni.
Rahmat Allah sangat terbuka lebar untuk memberikan ampunan sekaligus memberikan kasih sayangnya kepada orang yang mau bertaubat secara sungguh-sungguh (nashuha).
Lima ayat di atas menjadi bekal Abdullah bin Mas’ud beserta rombongan yang akan menunaikan ibadah haji saat itu.
Bekal itu jualah yang patut dibawa dan dipegang setiap orang yang akan dan sedang menunaikan ibadah haji. Bahkan, pada hakikatnya bekal itulah yang harus dipegang dalam menjalani kehidupan ini. Wallahu’alam.
, Oleh: Mustafa Kamal Rokan
sumber : www.republika.co.id