Allah SWT berfirman, “Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dia-lah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS al-Hadid [57] : 1 - 2).
Firman lainnya menyebutkan, “Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan, Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (QS Ali Imran [3] : 26 -27). Subhanallah.
Mari kita renungkan firman Allah itu. Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Mana buktinya? Dalam sebuah hadis yang cukup panjang, Abu Dzar menceritakan dia pernah meminta izin Rasulullah untuk menyendiri di suatu tempat.
Sebelum berangkat, dia sempat menanyakan keberadaan khadam atau pelayannya. Pelayan itu sedang berada di rumahnya. Abu Dzar bergegas menemuinya. Ternyata, pelayan itu sedang duduk bersandar pada sebuah sandaran. Sendirian.
Anehnya, ujar Abu Dzar, dia seakan-akan tengah tergesa-gesa. Lalu, dia mengucapkan salam dan dijawab olehnya sebagaimana mestinya. Pelayan itu bertanya kepada Abu Dzar, “Atas izin siapa kamu datang kemari?” Dia menjawab, “Atas izin Allah dan Rasul-Nya.”
Pelayan itu mempersilakan Abu Dzar duduk. Dan, Abu Dzar duduk di sampingnya. Baru saja Abu Dzar duduk, Abu Bakar datang dengan tergopoh-gopoh. Abu Bakar mengucapkan salam dan dijawab oleh dia sebagaimana mestinya.
Tidak lama berselang, Umar bin Khaththab datang, kemudian Utsman bin Affan pun datang. Pelayan itu bertanya, “Atas izin siapa kalian datang kemari?” Abu Bakar, Umar, dan Utsman menjawab, “Kami datang kemari atas izin Allah dan Rasul-Nya.”
Lalu, Rasulullah pun datang. Dan, kisah yang menakjubkan dimulai. Beliau bersabda, “Mengapa sedikit sekali makanan yang tersisa ini?” Mendengar ungkapan itu semua sahabat diam saja karena tidak mengerti maksudnya.
Tiba-tiba beliau mengambil kira-kira enam butir kerikil. Kerikil itu sekonyong-konyong bertasbih di tangan Rasulullah hingga terdengar oleh pohon-pohon kurma di sekelilingnya. Masing-masing satu butir kerikil dipindahkan ke tangan Abu Bakar, Umar, dan Utsman.
Dan, subhanallah, kerikil itu bertasbih di tangan mereka. Semua yang hadir terdiam menyaksikan mukjizat itu. Takjub, luar biasa. Di dalam sejumlah hadis dinyatakan, keutamaan bertasbih sangat luar biasa.
Rasulullah bersabda, “Ada dua kalimat yang ringan diucapkan tetapi berat dalam timbangan dan (kalimat) itu dicintai oleh Ar-Rahman (Allah yang Maha Pemurah), yakni 'subhanallah wa bihamdihi, subhanallahi al-adhimi'.” (HR Bukhari dan Muslim).
Beliau bersabda, “Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu berbuat seribu kebaikan setiap hari? Lalu, ada seseorang dari sahabat itu bertanya kepada beliau: Bagaimana caranya seseorang di antara kami dapat berbuat seribu kebaikan setiap hari? Beliau bersabda: Dia membaca tasbih (subhanallah) seratus kali. Maka, baginya akan dicatat seribu kebaikan atau baginya akan dihapus dari padanya seribu kesalahan.” (HR Muslim).
Beliau bersabda, “Barang siapa membaca 'subhanallah wa bihamdih' seratus kali dalam sehari, akan dihapus dosa-dosanya sekali pun sebanyak buih di laut.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pada kesempatan lain beliau bersabda, “Ucapan yang paling dicintai Allah ada empat macam. Terserah kalian mau mulai dari mana saja pun boleh, yakni subhanallah, alhamdulillah, la ilaha ilallah, dan allahu akbar.'' (HR Muslim).
Sebagai manusia sudah semestinya kita bertasbih kepada Allah. Bagaimana tidak? Sedangkan semua yang berada di langit dan di bumi bahkan kerikil pun bertasbih kepada-Nya.
, Oleh: Mahmud Yunus
sumber : www.republika.co.id
Firman lainnya menyebutkan, “Katakanlah: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan, Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (QS Ali Imran [3] : 26 -27). Subhanallah.
Mari kita renungkan firman Allah itu. Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya. Mana buktinya? Dalam sebuah hadis yang cukup panjang, Abu Dzar menceritakan dia pernah meminta izin Rasulullah untuk menyendiri di suatu tempat.
Sebelum berangkat, dia sempat menanyakan keberadaan khadam atau pelayannya. Pelayan itu sedang berada di rumahnya. Abu Dzar bergegas menemuinya. Ternyata, pelayan itu sedang duduk bersandar pada sebuah sandaran. Sendirian.
Anehnya, ujar Abu Dzar, dia seakan-akan tengah tergesa-gesa. Lalu, dia mengucapkan salam dan dijawab olehnya sebagaimana mestinya. Pelayan itu bertanya kepada Abu Dzar, “Atas izin siapa kamu datang kemari?” Dia menjawab, “Atas izin Allah dan Rasul-Nya.”
Pelayan itu mempersilakan Abu Dzar duduk. Dan, Abu Dzar duduk di sampingnya. Baru saja Abu Dzar duduk, Abu Bakar datang dengan tergopoh-gopoh. Abu Bakar mengucapkan salam dan dijawab oleh dia sebagaimana mestinya.
Tidak lama berselang, Umar bin Khaththab datang, kemudian Utsman bin Affan pun datang. Pelayan itu bertanya, “Atas izin siapa kalian datang kemari?” Abu Bakar, Umar, dan Utsman menjawab, “Kami datang kemari atas izin Allah dan Rasul-Nya.”
Lalu, Rasulullah pun datang. Dan, kisah yang menakjubkan dimulai. Beliau bersabda, “Mengapa sedikit sekali makanan yang tersisa ini?” Mendengar ungkapan itu semua sahabat diam saja karena tidak mengerti maksudnya.
Tiba-tiba beliau mengambil kira-kira enam butir kerikil. Kerikil itu sekonyong-konyong bertasbih di tangan Rasulullah hingga terdengar oleh pohon-pohon kurma di sekelilingnya. Masing-masing satu butir kerikil dipindahkan ke tangan Abu Bakar, Umar, dan Utsman.
Dan, subhanallah, kerikil itu bertasbih di tangan mereka. Semua yang hadir terdiam menyaksikan mukjizat itu. Takjub, luar biasa. Di dalam sejumlah hadis dinyatakan, keutamaan bertasbih sangat luar biasa.
Rasulullah bersabda, “Ada dua kalimat yang ringan diucapkan tetapi berat dalam timbangan dan (kalimat) itu dicintai oleh Ar-Rahman (Allah yang Maha Pemurah), yakni 'subhanallah wa bihamdihi, subhanallahi al-adhimi'.” (HR Bukhari dan Muslim).
Beliau bersabda, “Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu berbuat seribu kebaikan setiap hari? Lalu, ada seseorang dari sahabat itu bertanya kepada beliau: Bagaimana caranya seseorang di antara kami dapat berbuat seribu kebaikan setiap hari? Beliau bersabda: Dia membaca tasbih (subhanallah) seratus kali. Maka, baginya akan dicatat seribu kebaikan atau baginya akan dihapus dari padanya seribu kesalahan.” (HR Muslim).
Beliau bersabda, “Barang siapa membaca 'subhanallah wa bihamdih' seratus kali dalam sehari, akan dihapus dosa-dosanya sekali pun sebanyak buih di laut.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pada kesempatan lain beliau bersabda, “Ucapan yang paling dicintai Allah ada empat macam. Terserah kalian mau mulai dari mana saja pun boleh, yakni subhanallah, alhamdulillah, la ilaha ilallah, dan allahu akbar.'' (HR Muslim).
Sebagai manusia sudah semestinya kita bertasbih kepada Allah. Bagaimana tidak? Sedangkan semua yang berada di langit dan di bumi bahkan kerikil pun bertasbih kepada-Nya.
, Oleh: Mahmud Yunus
sumber : www.republika.co.id