Nama Maroko dengan jelas terpampang pada papan penunjuk arah di Jalan
Cihampelas menuju Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Setidaknya ada tiga
papan penunjuk arah yang menunjukkan lokasi daerah di tepian Sungai
Citarum itu.
Banyak yang mengira, Kampung Maroko di Desa Mekarjaya, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat itu berkaitan dengan nama negara di wilayah Afrika Utara. Padahal, sama sekali tidak ada hubungannya.
"Memang ada negara Maroko di Afrika, tetapi tidak ada ceritanya yang menghubungkan dengan nama kampung ini," kata Ipin Surjana, Kades Mekarjaya, Selasa (23/6/2015).
Meski merupakan warga asli setempat, Ipin mengaku tak tahu menahu cerita soal penamaan kampung Maroko. Nama itu, menurut dia, sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.
Selain Kampung Maroko, warga sekitar juga mengenal daerah itu dengan nama Pasar Aci. Julukan itu mengacu pada sebuah pasar yang berada di ujung kampung di tepi Sungai Citarum.
Pasar tersebut hingga kini masih menjadi pusat perekonomian warga. Di pasar ini, dijual berbagai kebutuhan rumah tangga mulai dari sembako, sayuran, buah-buahan hingga pakaian.
"Pasar itu hanya beroperasi dua kali dalam seminggu, yaitu Selasa dan Jumat mulai dari Subuh sampai sebelum Zuhur," ujar Ipin.
Di sekitar pasar, banyak keretek atau delman yang menjadi salah satu alat transportasi warga sejak dulu. Namun, saat ini jumlahnya berkurang seiring dengan meningkatnya kepemilikan sepeda motor.
Tepat di belakang pasar, berdiri sebuah dermaga tempat sejumlah perahu kayu berlabuh. Dermaga tersebut baru diresmikan Dinas Perhubungan Pemprov Jabar pada akhir 2014 lalu.
Keberadaan Dermaga Maroko, menurut Ipin, sangat penting untuk akses perekonomian warga di desanya. Dengan keberadaan dermaga, bongkar muat sejumlah perahu yang menghubungkan akses masyarakat di Kecamatan Cihampelas dan Kecamatan Saguling itu menjadi lebih mudah.
"Bahkan, masyarakat di Kecamatan Saguling kerap berbelanja ke Pasar Maroko untuk kebutuhan sehari-hari. Jadi, keberadaan dermaga memang penting untuk perekonomian warga," tutur Ipin.
Meski demikian, pengelolaan Dermaga Maroko dilakukan sepenuhnya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pemerintah desa setempat sama sekali tidak dilibatkan untuk mengelolanya. Tentu saja, pendapatan asli daerah dari keberadaan dermaga tersebut pun tidak masuk ke kas desa.
Meski menjadi akses vital masyarakat di dua kecamatan, Dermaga Maroko tidak ditunjang dengan infrastruktur jalan yang memadai. Jalan menuju dermaga itu sudah lama rusak dan tak kunjung diperbaiki.
Padahal, pemandangan di sekitar dermaga cukup menjual untuk menarik wisatawan. Selain genangan air Waduk Saguling yang tenang, juga banyak kolam terapung yang menjaring banyak ikan.
Ditemani udara sejuk khas pegunungan, lokasi tersebut juga cocok untuk tempat berkumpul keluarga sambil menikmati ikan bakar di saung. Jika dikembangkan, lokasi dermaga cukup berpotensi menjadi destinasi wisata baru di Kabupaten Bandung Barat.
sumber: pikiran-rakyat.com
Banyak yang mengira, Kampung Maroko di Desa Mekarjaya, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat itu berkaitan dengan nama negara di wilayah Afrika Utara. Padahal, sama sekali tidak ada hubungannya.
"Memang ada negara Maroko di Afrika, tetapi tidak ada ceritanya yang menghubungkan dengan nama kampung ini," kata Ipin Surjana, Kades Mekarjaya, Selasa (23/6/2015).
Meski merupakan warga asli setempat, Ipin mengaku tak tahu menahu cerita soal penamaan kampung Maroko. Nama itu, menurut dia, sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.
Selain Kampung Maroko, warga sekitar juga mengenal daerah itu dengan nama Pasar Aci. Julukan itu mengacu pada sebuah pasar yang berada di ujung kampung di tepi Sungai Citarum.
Pasar tersebut hingga kini masih menjadi pusat perekonomian warga. Di pasar ini, dijual berbagai kebutuhan rumah tangga mulai dari sembako, sayuran, buah-buahan hingga pakaian.
"Pasar itu hanya beroperasi dua kali dalam seminggu, yaitu Selasa dan Jumat mulai dari Subuh sampai sebelum Zuhur," ujar Ipin.
Di sekitar pasar, banyak keretek atau delman yang menjadi salah satu alat transportasi warga sejak dulu. Namun, saat ini jumlahnya berkurang seiring dengan meningkatnya kepemilikan sepeda motor.
Tepat di belakang pasar, berdiri sebuah dermaga tempat sejumlah perahu kayu berlabuh. Dermaga tersebut baru diresmikan Dinas Perhubungan Pemprov Jabar pada akhir 2014 lalu.
Keberadaan Dermaga Maroko, menurut Ipin, sangat penting untuk akses perekonomian warga di desanya. Dengan keberadaan dermaga, bongkar muat sejumlah perahu yang menghubungkan akses masyarakat di Kecamatan Cihampelas dan Kecamatan Saguling itu menjadi lebih mudah.
"Bahkan, masyarakat di Kecamatan Saguling kerap berbelanja ke Pasar Maroko untuk kebutuhan sehari-hari. Jadi, keberadaan dermaga memang penting untuk perekonomian warga," tutur Ipin.
Meski demikian, pengelolaan Dermaga Maroko dilakukan sepenuhnya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pemerintah desa setempat sama sekali tidak dilibatkan untuk mengelolanya. Tentu saja, pendapatan asli daerah dari keberadaan dermaga tersebut pun tidak masuk ke kas desa.
Meski menjadi akses vital masyarakat di dua kecamatan, Dermaga Maroko tidak ditunjang dengan infrastruktur jalan yang memadai. Jalan menuju dermaga itu sudah lama rusak dan tak kunjung diperbaiki.
Padahal, pemandangan di sekitar dermaga cukup menjual untuk menarik wisatawan. Selain genangan air Waduk Saguling yang tenang, juga banyak kolam terapung yang menjaring banyak ikan.
Ditemani udara sejuk khas pegunungan, lokasi tersebut juga cocok untuk tempat berkumpul keluarga sambil menikmati ikan bakar di saung. Jika dikembangkan, lokasi dermaga cukup berpotensi menjadi destinasi wisata baru di Kabupaten Bandung Barat.
sumber: pikiran-rakyat.com