Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW dan para sahabat yang mulia sedang berada di dalam suatu majelis. Rasulullah SAW kemudian membuka pembicaraan seraya bersabda, “Ada tiga hal yang sangat aku senangi di dunia, yaitu wangi-wangian, istri salehah ,dan ketenangan saat shalat.”
Mendengar sabda Rasulullah SAW itu, Abu bakar berkata, “Benar, wahai Rasulullah, aku pun menyukai terhadap tiga hal, yaitu senang melihat wajah Rasul SAW, menafkahkan hartaku kepada Rasul SAW, dan aku senang putriku ada di bawah naungan Rasulullah.” Lantas, Umar RA menyahut, “Benar, wahai Abu Bakar, aku pun senang terhadap tiga hal: mengajak kepada kebaikan, melarang kemungkaran, dan berpakaian jelek.
Kemudian, Usman RA menimpali, “Benar, wahai Umar dan aku pun menyukai tiga hal, yaitu mengenyangkan orang yang sedang lapar, memberi pakaian kepada orang yang compang-camping, dan membaca Alquran. Tak ketinggalan Ali RA juga b erkata, “Benar Usman, aku pun menyukai tiga hal, yaitu melayani tamu, puasa di musim panas, dan memukul musuh dengan pedang (perang).
Ketika mereka sedang berbincang-bincang, Jibril datang dan berkata, “Allah telah mengutusku, ketika mendengar pembicaraan kalian. Allah memerintahkan kepadamu supaya engkau bertanya kepadaku tentang sesuatu yang aku cintai apabila aku menjadi penghuni dunia.” Lalu Nabi pun berkata, “Apakah yang kau cintai apabila menjadi penghuni dunia?”
Jibril menjawab, “Memberikan petunjuk kepada orang-orang sesat, menemani orang-orang yang taat kepada Allah, dan menolong keluarga yang fakir.” Lalu Jibril berkata, “Allah Tuhan Yang Mahamulia dan Mahaagung mencintai tiga hal pada diri hamba-Nya, yaitu mencurahkan segala kemampuan dalam berbakti kepada Allah, menangisi perbuatan maksiat, dan menahan diri ketika ada kebutuhan.”
Subhanallah, begitulah perbincangan orang-orang yang mulia jika mereka bersua dan berkumpul dalam satu majelis. Perbi ncangan yang penuh dengan penghormatan, kasih sayang, dan kemuliaan yang menggambarkan akan kepribadiannya dan kecintaannya kepada kebaikan dan hal-hal yang utama.
Perbicangan orang-orang mulia di atas yang termaktub di dalam kitab Nashaaihul Ibad karya Ibnu Hajar Asqolani bab Tsulatii Maqalah keempat puluh dua memberikan banyak pelajaran penting kepada kita dalam upaya meningkatkan kualitas kita sebagai hamba Allah SWT dan mengokohkan jalinan persahabatan.
Di antara pelajaran yang dapat kita petik dari kisah di atas adalah hendaklah menjadikan materi yang kita perbincangkan setiap kita berkumpul dengan sahabat-sahabat kita adalah hal-hal yang membangkitkan keimanan dan ketakwaan kita semakin meningkat dan menumbuhkan jalinan kasih sayang yang mendatangkan kecintaan dan keridhaan Allah SWT. Wallahu a’lam.
Oleh: Moch Hisyam
sumber : www.republika.co.id
Mendengar sabda Rasulullah SAW itu, Abu bakar berkata, “Benar, wahai Rasulullah, aku pun menyukai terhadap tiga hal, yaitu senang melihat wajah Rasul SAW, menafkahkan hartaku kepada Rasul SAW, dan aku senang putriku ada di bawah naungan Rasulullah.” Lantas, Umar RA menyahut, “Benar, wahai Abu Bakar, aku pun senang terhadap tiga hal: mengajak kepada kebaikan, melarang kemungkaran, dan berpakaian jelek.
Kemudian, Usman RA menimpali, “Benar, wahai Umar dan aku pun menyukai tiga hal, yaitu mengenyangkan orang yang sedang lapar, memberi pakaian kepada orang yang compang-camping, dan membaca Alquran. Tak ketinggalan Ali RA juga b erkata, “Benar Usman, aku pun menyukai tiga hal, yaitu melayani tamu, puasa di musim panas, dan memukul musuh dengan pedang (perang).
Ketika mereka sedang berbincang-bincang, Jibril datang dan berkata, “Allah telah mengutusku, ketika mendengar pembicaraan kalian. Allah memerintahkan kepadamu supaya engkau bertanya kepadaku tentang sesuatu yang aku cintai apabila aku menjadi penghuni dunia.” Lalu Nabi pun berkata, “Apakah yang kau cintai apabila menjadi penghuni dunia?”
Jibril menjawab, “Memberikan petunjuk kepada orang-orang sesat, menemani orang-orang yang taat kepada Allah, dan menolong keluarga yang fakir.” Lalu Jibril berkata, “Allah Tuhan Yang Mahamulia dan Mahaagung mencintai tiga hal pada diri hamba-Nya, yaitu mencurahkan segala kemampuan dalam berbakti kepada Allah, menangisi perbuatan maksiat, dan menahan diri ketika ada kebutuhan.”
Subhanallah, begitulah perbincangan orang-orang yang mulia jika mereka bersua dan berkumpul dalam satu majelis. Perbi ncangan yang penuh dengan penghormatan, kasih sayang, dan kemuliaan yang menggambarkan akan kepribadiannya dan kecintaannya kepada kebaikan dan hal-hal yang utama.
Perbicangan orang-orang mulia di atas yang termaktub di dalam kitab Nashaaihul Ibad karya Ibnu Hajar Asqolani bab Tsulatii Maqalah keempat puluh dua memberikan banyak pelajaran penting kepada kita dalam upaya meningkatkan kualitas kita sebagai hamba Allah SWT dan mengokohkan jalinan persahabatan.
Di antara pelajaran yang dapat kita petik dari kisah di atas adalah hendaklah menjadikan materi yang kita perbincangkan setiap kita berkumpul dengan sahabat-sahabat kita adalah hal-hal yang membangkitkan keimanan dan ketakwaan kita semakin meningkat dan menumbuhkan jalinan kasih sayang yang mendatangkan kecintaan dan keridhaan Allah SWT. Wallahu a’lam.
Oleh: Moch Hisyam
sumber : www.republika.co.id