-

Sunday, April 22, 2012

Kunci Kebahagiaan

DUA hal yang dicari manusia dalam hidup ini. Pertama adalah kebaikan dan kebahagian. Namum, setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda saat memahami hakikat keduanya. Perbedaan inilah yang biasanya mendasari bermacam-macam gaya hidup.

Pandangan Islam gaya hidup dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu gaya hidup islami dan jahiliah. Gaya hidup Islam mempunyai landasan yang mutlak dan kuat yaitu tauhid. Inilah gaya hidup orang yang beriman.

Sedangkan gaya hidup jahiliah landasannya bersifat relatif dan rapuh, yakni syirik. Setiap muslim mau tidak mau harus memilih gaya hidup islami menjadi kehidupannya. Ini sejalan dengan firman Allah, "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S. Yusuf :108).

Ayat di atas menyebutkan bahwa gaya hidup islami hukumnya wajib atas setiap muslim, dan gaya hidup jahiliah adalah haram baginya.

Namun, dalam kenyataan justru membuat prihatin dan sangat menyesal, sebab justru gaya hidup jahiliah (yang diharamkan) itulah yang melingkupi sebagian besar umat Islam.

Hal ini yang pernah dikhawatirkan Rasulullah SAW dalam sabdanya: "Sesungguhnya kamu akan mengikuti jejak orang-orang yang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta, bahkan kalau mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kamu mengikuti mereka". Kami bertanya, "Ya Rasulullah, orang Yahudi dan Nasrani? Jawab nabi, "Siapa lagi?" (H.R. Al-Bukhari dari Abu Sa'id Al-Khudri, shahih).

Hadis tersebut menggambarkan suatu zaman di mana sebagian besar umat Islam telah kehilangan kepribadian Islamnya karena jiwa mereka telah terisi oleh jenis kepribadian yang lain. Mereka kehilangan gaya hidup yang hakiki karena telah mengadopsi gaya hidup jenis lain.

Kiranya tak ada kehilangan yang patut ditangisi selain dari kehilangan kepribadian dan gaya hidup islami. Sebab apalah artinya mengaku sebagai orang Islam kalau gaya hidup tak lagi islami malah persis seperti orang kafir?

Inilah bencana kepribadian yang paling besar, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka." (H.R. Abu Daud dan Ahmad, dari Ibnu Abbas R.A.).

Menurut hadis tersebut orang yang gaya hidupnya menyerupai umat yang lain hakikatnya telah menjadi seperti mereka. Lalu dalam hal ini? Al-Munawi berkata: "Menyerupai suatu kaum artinya secara lahir berpakaian seperti pakaian mereka, berlaku/berbuat mengikuti gaya mereka dalam pakaian dan adat istiadat mereka". Wallahualam.
(Penulis adalah Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Cimahi)**
jumat, 23 desember 2011 09:05 WIB Oleh : Drs. H. Hilmy Rifa'i, M.Si.

Artikel yang Berkaitan

0 komentar:

-

Post a Comment