Oleh: Ina Salma F
Diriwayatkan dari Sahl bin Saad bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari Kiamat kelak. Tidak bisa masuk bersama mereka seorang pun selain mereka. Kelak akan ada pengumuman,’Dimanakah orang yang berpuasa?’ Mereka lalu berduyun-duyun masuk melalui pintu tersebut. Setelah orang yang terakhir dari mereka masuk, pintu tadi ditutup kembali. Tiada lagi orang lain yang akan memasukinya.” (HR. Bukhari Muslim).
Berpuasa adalah aktivitas rohani yang diperintahkan Allah juga anjuran Nabi untuk melatih kesabaran dan ketakwaan manusia itu sendiri. Dalam QS Al-Baqarah ayat 183, Allah secara tegas memerintahkan umat Muslim untuk menjalani ibadah puasa sebulan penuh.
Tidka hanya menahan lapar dan haus semata, namun juga menahan segala dorongan dan keinginan buruk yang bersumber dari nafsu yang tidak terkendali. Sejak terbit fajar, hingga terbenam matahari, umat Muslim telah menjalani suatu proses pembersihan fisik maupun rohani. Bagi orang berpuasa, mereka akan mendapatkan dua kebahagiaan (farhataani), yakni kebahagiaan saat berbuka puasa dan bahagia karena bertemu dengan Tuhannya di surga kelak.
Adapun ganjaran lain yang didapatkan orang yang berpuasa, dalam hadis shahih yang diriwayatkan dari Said Al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda, “Setiap hamba yang berpuasa di jalan Allah, Allah akan menjauhkannya dari api neraka sejauh perjalanan tujuh puluh tahun.” (HR Bukhari Muslim).
Selain perintah untuk menjalankan puasa Ramadhan, Allah juga memberikan peluang untuk menggunakan sebelas bulan di luar Ramadhan untuk memperbanyak amalan sunah, termasuk di dalamnya puasa sunah di beberapa bulan yang Allah anjurkan untuk menambah amal kebaikan. Allah menyediakan bulan-bulan mulia dan penuh hikmah selain bulan Ramadhan untuk kita mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Mujibah Al-Bahiliyah, Nabi Muhammad SAW telah bersabda, “Puasalah pada bulan-bulan Haram (suci dan mulia).” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Sebagaimana kita ketahui ada empat bulan Haram yang mempunyai keistimewaan, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Bertepatan dengan hadits tersebut, tanpa terasa, kita sudah berada di pengujung Jumadil Akhir serta akan memasuki bulan Allah, bulan Rajab.
Nabi SAW juga menganjurkan untuk berpuasa di bulan-bulan tersebut. Anjuran ini secara tersirat dimaknai sebagai perintah untuk berpuasa pada empat bulan tersebut, tidak terkecuali puasa sunah di bulan Rajab. (Lihat Majmu’ Al-Fatawa, 25/291). Sedangkan Imam Ahmad mengatakan, sebaiknya seseorang tidak berpuasa (pada bulan Rajab) satu atau dua hari.
Selain berpuasa, amalan yang dianjurkan dalam bulan Rajab ialah dengan banyak beristighfar sebagai sarana untuk bertobat dan penyucian diri menuju bulan suci Ramadhan dan memperbanyak shalawat untuk Baginda Rasulullah SAW.
Dalam suatu riwayat, diceritakan, "Pada malam Mikraj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril AS, ‘Wahai Jibril untuk siapakah sungai ini?’ Maka berkata Jibril, ‘Ya Muhammad, sungai ini adalah untuk orang yang membaca shalawat untuk engkau di bulan Rajab ini.”
Mari jadikan momentum Rajab ini untuk memperbanyak istighfar, shalawat kepada Rasulullah, juga puasa sunah agar Allah berkenan memasukkan kita ke pintu ahli puasa, Baab Ar-Rayyan, dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya. Allahumma, amin.
sumber : www.republika.co.id