Menikmati senja di Taman Nasional Ujung Kulon tentu berbeda dengan di Pantai Kuta atau tempat lainnya. Tak ada manusia lain di sini, tatkala matahari berpulang diiringi suara hewan dari lebatnya hutan.
Pantai Tanjung Lame adalah pantai di dalam kawasan TNUK. Letaknya berada di Legon Pakis, sekitar 3 km dari gerbang tanda masuk TNUK. Bersama WWF, sejumlah media dan para blogger Blogdetik, saya masuk ke Tanjung Lame pada Sabtu (16/6/2012) menjelang matahari terbenam.
Lewat sebuah jalan setapak, akhirnya kami sampai di pantai berpasir putih itu. Pasir pantai penuh dengan kulit kerang dan patahan terumbu, utuh tidak patah-patah dan besar-besar. Pantai ini sungguh perawan, tidak pernah ada yang menyentuh kulit kerang hanyut ini.
Saat tiba, lembayung senja menyemburat jingga kemerahan. Sang Surya baru balik ke peraduan, namun dia biarkan cahayanya menyapu langit, seperti jubah sang raja yang diseret pulang dari angkasa. Deburan ombak sangat tenang, setenang hati setiap mahluk yang tersisa di Ujung Kulon.
Pantai Tanjung Lame sungguh tidak bersuara pada senja itu. Entah kenapa, kami semua pun ikut terdiam, larut bersama kamera masing-masing dan obrolan seperlunya saja. Sebuah perahu ditambatkan agak ke pantai, namun dibiarkan tak bertuan.
Seekor kalong melintas di udara, seolah hendak berkata bahwa dialah pembatas antara siang dan malam. Suara burung dari dalam hutan bersahutan tapi agak jarang. Mereka pun menyambut malam datang.
Ujung Kulon pun memeluk kami semua ke dalam gelap malamnya. Ribuan bintang di langit, satu persatu muncul memberikan kerlipnya.
Kaki ini enggan beranjak pergi, tapi kami memang harus kembali. Kulemparkan pandangan sekali lagi ke Pantai Tanjung Lame. Sungguh, Badak Jawa punya tempat yang indah untuk bersembunyi.
Pantai Tanjung Lame adalah pantai di dalam kawasan TNUK. Letaknya berada di Legon Pakis, sekitar 3 km dari gerbang tanda masuk TNUK. Bersama WWF, sejumlah media dan para blogger Blogdetik, saya masuk ke Tanjung Lame pada Sabtu (16/6/2012) menjelang matahari terbenam.
Lewat sebuah jalan setapak, akhirnya kami sampai di pantai berpasir putih itu. Pasir pantai penuh dengan kulit kerang dan patahan terumbu, utuh tidak patah-patah dan besar-besar. Pantai ini sungguh perawan, tidak pernah ada yang menyentuh kulit kerang hanyut ini.
Saat tiba, lembayung senja menyemburat jingga kemerahan. Sang Surya baru balik ke peraduan, namun dia biarkan cahayanya menyapu langit, seperti jubah sang raja yang diseret pulang dari angkasa. Deburan ombak sangat tenang, setenang hati setiap mahluk yang tersisa di Ujung Kulon.
Pantai Tanjung Lame sungguh tidak bersuara pada senja itu. Entah kenapa, kami semua pun ikut terdiam, larut bersama kamera masing-masing dan obrolan seperlunya saja. Sebuah perahu ditambatkan agak ke pantai, namun dibiarkan tak bertuan.
Seekor kalong melintas di udara, seolah hendak berkata bahwa dialah pembatas antara siang dan malam. Suara burung dari dalam hutan bersahutan tapi agak jarang. Mereka pun menyambut malam datang.
Ujung Kulon pun memeluk kami semua ke dalam gelap malamnya. Ribuan bintang di langit, satu persatu muncul memberikan kerlipnya.
Kaki ini enggan beranjak pergi, tapi kami memang harus kembali. Kulemparkan pandangan sekali lagi ke Pantai Tanjung Lame. Sungguh, Badak Jawa punya tempat yang indah untuk bersembunyi.