Hampir semua wilayah di Indonesia memiliki kain tenun sebagai hasil kerajinan khas daerah. Di Garut, ada juga tenun sutra di Kampung Tenun, yang bisa jadi destinasi baru untuk wisatawan berbelanja.
Garut sudah terkenal sebagai daerah penghasil sutra, mulai dari bahan sutra hingga tenun sutra. Kini, pewarnaan tenun Garut sudah bervariasi dan para perajin terus berinovasi menciptakan produk fashion yang mengikuti perkembangan zaman.
Motif khas tenun Garut berbentuk geometris dan bunga-bunga berukuran besar. Untuk melestarikan warisan budayanya, Kampung Tenun yang terletak di Desa Panawuan itu diresmikan sebagai daerah sentra Tenun di Garut.
"Selain bisa menikmati keindahan alam di Garut, kita juga dapat melihat lebih dekat kain tenun sebagai warisan budaya, pengembangan industri kreatif, dan meningkatkan pendapatan masyarakat Garut," tutur Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, yang meresmikan Kampung Tenun pada Rabu (27/05/2012).
Dalam proses pergembangannya, Cita Tenun Indonesia (CTI) yang diketuai oleh Okke Hatta Rajasa dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) bekerja sama melakukan program pelatihan dan pengembangan perajin tenun Garut sejak Desember 2010 hingga Januari 2012. Para perajin diikutsertakan dalam pameran yang bertujuan untuk memperkenalkan tenun khas Garut. Pada Mei 2012, kain tenun itu dibawa ke Tokyo dan Beijing untuk mengikuti 'Spring Cultural Event' dan 'Indonesian Cultural Night'.
Kain tenun sutra ala Garut memang cantik dan menawan. Namun, keeksotisannya tidak mudah diciptakan, dibutuhkan keahlian khusus untuk mengembangkan teknik motif ikat. Mulai dari proses pemidangan, pencelupan, pencoletan, hingga berhasil menjadi satu meter kain tenun.
"Dalam satu hari, kita cuma dapat satu hingga dua meter kain hasil menenun," ujar ketua kelompok perajin, Hendar Rogesta, yang ikut hadir dalam acara peresmian Kampung Tenun.
Akibat kesulitannya itu, Mari Elka menyarankan agar para pembeli tidak menawar saat berbelanja kain tenun sutra. "Jangan nawar kalau membeli, bayangkan bagaimana sulitnya mereka menenun itu," sarannya.
Setelah peresmian Kampung Tenun Garut, acara pun ditutup oleh fashion show dari Sebastian Gunawan. Sebastian mengeksplor kembali kain tenun yang cantik menjadi terusan yang elegan. Bagi Anda yang ingin mengoleksinya, segera kunjungi Kampung Tenun Garut di Desa Panawuan. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 400 ribu hingga Rp 1 jutaan.
Garut sudah terkenal sebagai daerah penghasil sutra, mulai dari bahan sutra hingga tenun sutra. Kini, pewarnaan tenun Garut sudah bervariasi dan para perajin terus berinovasi menciptakan produk fashion yang mengikuti perkembangan zaman.
Motif khas tenun Garut berbentuk geometris dan bunga-bunga berukuran besar. Untuk melestarikan warisan budayanya, Kampung Tenun yang terletak di Desa Panawuan itu diresmikan sebagai daerah sentra Tenun di Garut.
"Selain bisa menikmati keindahan alam di Garut, kita juga dapat melihat lebih dekat kain tenun sebagai warisan budaya, pengembangan industri kreatif, dan meningkatkan pendapatan masyarakat Garut," tutur Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, yang meresmikan Kampung Tenun pada Rabu (27/05/2012).
Dalam proses pergembangannya, Cita Tenun Indonesia (CTI) yang diketuai oleh Okke Hatta Rajasa dan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) bekerja sama melakukan program pelatihan dan pengembangan perajin tenun Garut sejak Desember 2010 hingga Januari 2012. Para perajin diikutsertakan dalam pameran yang bertujuan untuk memperkenalkan tenun khas Garut. Pada Mei 2012, kain tenun itu dibawa ke Tokyo dan Beijing untuk mengikuti 'Spring Cultural Event' dan 'Indonesian Cultural Night'.
Kain tenun sutra ala Garut memang cantik dan menawan. Namun, keeksotisannya tidak mudah diciptakan, dibutuhkan keahlian khusus untuk mengembangkan teknik motif ikat. Mulai dari proses pemidangan, pencelupan, pencoletan, hingga berhasil menjadi satu meter kain tenun.
"Dalam satu hari, kita cuma dapat satu hingga dua meter kain hasil menenun," ujar ketua kelompok perajin, Hendar Rogesta, yang ikut hadir dalam acara peresmian Kampung Tenun.
Akibat kesulitannya itu, Mari Elka menyarankan agar para pembeli tidak menawar saat berbelanja kain tenun sutra. "Jangan nawar kalau membeli, bayangkan bagaimana sulitnya mereka menenun itu," sarannya.
Setelah peresmian Kampung Tenun Garut, acara pun ditutup oleh fashion show dari Sebastian Gunawan. Sebastian mengeksplor kembali kain tenun yang cantik menjadi terusan yang elegan. Bagi Anda yang ingin mengoleksinya, segera kunjungi Kampung Tenun Garut di Desa Panawuan. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 400 ribu hingga Rp 1 jutaan.