Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah membuka Pendaftaran calon anggota legislatif (bacaleg) hingga 22 April nanti. Ribuan warga di seantero Nusantara turut serta menjadi bacaleg dari 12 partai politik nasional dan 3 partai lokal.
Beragam niat menjadi caleg saat ini. Ada yang menjalankan perintah partai, permintaan masyarakat, keinginan suami, mencari kekayaan, hingga pengabdian ke masyarakat. Niat ini pula yang menentukan kualitas anggota Dewan di semua tingkatan (DPR RI atau DPRD). Karena niat yang menentukan tindakan seseorang di kemudian hari.
Sebagai umat Islam, saya menyarankan kepada orang-orang yang akan mencalonkan diri nanti pada Pemilu 2014 untuk meluruskan niat. Bahwa menjadi anggota Dewan yang merupakan wakil rakyat harus diawali dengan niat suci. Menjadi pejabat publik bukan sekadar mencari kekayaan akan tetapi merupakan bagian dari ibadah.
Ketika niat ibadah sudah di ditanamkan, maka ketika terpilih nanti, menjalankan tugas sebagai anggota Dewan bukan sekadar kewajiban, tetapi kebutuhan akan ibadah.
Ada baiknya kita membaca kisah seorang lelaki kaum Anshar.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa seorang lelaki dari kaum Anshar datang menghadap Rasulullah saw dan meminta sesuatu kepada beliau.
Rasulullah saw bertanya, “Adakah sesuatu di rumahmu?”
“Ada, ya Rasulullah!” jawabnya, “Saya mempunyai sehelai kain tebal, yang sebagian kami gunakan untuk selimut dan sebagian kami jadikan alas tidur. Selain itu saya juga mempunyai sebuah mangkuk besar yang kami pakai untuk minum.”
“Bawalah kemari kedua barang itu,” sambung Rasulullah saw.
Lelaki itu membawa barang miliknya dan menyerahkannya kepada Rasulullah. Setelah barang diterima, Rasulullah saw segera melelangnya. Kepada para sahabat yang hadir pada saat itu, beliau menawarkan pada siapa yang mau membeli. Salah seorang sahabat menawar kedua barang itu dengan harga satu dirham.
Tetapi Rasulullah menawarkan lagi, barangkali ada yang sanggup membeli lebih dari satu dirham, “Dua atau tiga dirham?” tanya Rasulullah kepada para hadirin sampai dua kali.
Inilah lelang pertama kali yang dilakukan Rasulullah. Tiba-tiba salah seorang sahabat menyahut, “Saya beli keduanya dengan harga dua dirham.”
Rasulullah menyerahkan kedua barang itu kepada si pembeli dan menerima uangnya. Uang itu lalu diserahkan kepada lelaki Anshar tersebut, seraya berkata, “Belikan satu dirham untuk keperluanmu dan satu dirham lagi belikan sebuah kapak dan engkau kembali lagi ke sini.”
Tak lama kemudian orang tersebut kembali menemui Rasulullah dengan membawa kapak. Rasulullah saw melengkapi kapak itu dengan membuatkan gagangnya terlebih dahulu, lantas berkata, “Pergilah mencari kayu bakar, lalu hasilnya kamu jual di pasar, dan jangan menemui aku sampai dua pekan.”
Lelaki itu taat melaksanakan perintah Rasulullah. Setelah dua pekan berlalu ia menemui Rasulullah melaporkan hasil kerjanya. Lelaki itu menuturkan bahwa selama dua pekan ia berhasil mengumpulkan uang sepuluh dirham setelah sebagian dibelikan makanan dan pakaian.
Mendengar penuturan lelaki Anshar itu, Rasulullah bersabda, “Pekerjaanmu ini lebih baik bagimu daripada kamu datang sebagai pengemis, yang akan membuat cacat di wajahmu kelak pada hari kiamat.”
Rasulullah saw memberikan pelajaran menarik tentang pentingnya bekerja. Dalam Islam bekerja bukan sekadar memenuhi kebutuhan perut, tapi juga untuk memelihara harga diri dan martabat kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi.
Karena itu, tidak salah ketika saya mengatakan, jangan pernah berpikir menjadi caleg hanya sekadar mencari kekayaan. Tetapi bagian dari pengabdian diri untuk mengangkat martabat kemanusiaan. Bekerja adalah ibadah yang harus kita lakukan bersama.
, Oleh Dr HM Harry Mulya Zein
sumber : www.republika.co.id
Beragam niat menjadi caleg saat ini. Ada yang menjalankan perintah partai, permintaan masyarakat, keinginan suami, mencari kekayaan, hingga pengabdian ke masyarakat. Niat ini pula yang menentukan kualitas anggota Dewan di semua tingkatan (DPR RI atau DPRD). Karena niat yang menentukan tindakan seseorang di kemudian hari.
Sebagai umat Islam, saya menyarankan kepada orang-orang yang akan mencalonkan diri nanti pada Pemilu 2014 untuk meluruskan niat. Bahwa menjadi anggota Dewan yang merupakan wakil rakyat harus diawali dengan niat suci. Menjadi pejabat publik bukan sekadar mencari kekayaan akan tetapi merupakan bagian dari ibadah.
Ketika niat ibadah sudah di ditanamkan, maka ketika terpilih nanti, menjalankan tugas sebagai anggota Dewan bukan sekadar kewajiban, tetapi kebutuhan akan ibadah.
Ada baiknya kita membaca kisah seorang lelaki kaum Anshar.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa seorang lelaki dari kaum Anshar datang menghadap Rasulullah saw dan meminta sesuatu kepada beliau.
Rasulullah saw bertanya, “Adakah sesuatu di rumahmu?”
“Ada, ya Rasulullah!” jawabnya, “Saya mempunyai sehelai kain tebal, yang sebagian kami gunakan untuk selimut dan sebagian kami jadikan alas tidur. Selain itu saya juga mempunyai sebuah mangkuk besar yang kami pakai untuk minum.”
“Bawalah kemari kedua barang itu,” sambung Rasulullah saw.
Lelaki itu membawa barang miliknya dan menyerahkannya kepada Rasulullah. Setelah barang diterima, Rasulullah saw segera melelangnya. Kepada para sahabat yang hadir pada saat itu, beliau menawarkan pada siapa yang mau membeli. Salah seorang sahabat menawar kedua barang itu dengan harga satu dirham.
Tetapi Rasulullah menawarkan lagi, barangkali ada yang sanggup membeli lebih dari satu dirham, “Dua atau tiga dirham?” tanya Rasulullah kepada para hadirin sampai dua kali.
Inilah lelang pertama kali yang dilakukan Rasulullah. Tiba-tiba salah seorang sahabat menyahut, “Saya beli keduanya dengan harga dua dirham.”
Rasulullah menyerahkan kedua barang itu kepada si pembeli dan menerima uangnya. Uang itu lalu diserahkan kepada lelaki Anshar tersebut, seraya berkata, “Belikan satu dirham untuk keperluanmu dan satu dirham lagi belikan sebuah kapak dan engkau kembali lagi ke sini.”
Tak lama kemudian orang tersebut kembali menemui Rasulullah dengan membawa kapak. Rasulullah saw melengkapi kapak itu dengan membuatkan gagangnya terlebih dahulu, lantas berkata, “Pergilah mencari kayu bakar, lalu hasilnya kamu jual di pasar, dan jangan menemui aku sampai dua pekan.”
Lelaki itu taat melaksanakan perintah Rasulullah. Setelah dua pekan berlalu ia menemui Rasulullah melaporkan hasil kerjanya. Lelaki itu menuturkan bahwa selama dua pekan ia berhasil mengumpulkan uang sepuluh dirham setelah sebagian dibelikan makanan dan pakaian.
Mendengar penuturan lelaki Anshar itu, Rasulullah bersabda, “Pekerjaanmu ini lebih baik bagimu daripada kamu datang sebagai pengemis, yang akan membuat cacat di wajahmu kelak pada hari kiamat.”
Rasulullah saw memberikan pelajaran menarik tentang pentingnya bekerja. Dalam Islam bekerja bukan sekadar memenuhi kebutuhan perut, tapi juga untuk memelihara harga diri dan martabat kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi.
Karena itu, tidak salah ketika saya mengatakan, jangan pernah berpikir menjadi caleg hanya sekadar mencari kekayaan. Tetapi bagian dari pengabdian diri untuk mengangkat martabat kemanusiaan. Bekerja adalah ibadah yang harus kita lakukan bersama.
, Oleh Dr HM Harry Mulya Zein
sumber : www.republika.co.id