Pemberian Allah subhanahau wa ta’ala berupa makanan, harta benda, kedudukan, anak, dan semisalnya merupakan ujian bagi manusia.
Allah berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 28 yang artinya : “Dan ketahuilah, harta-harta kalian dan anak-anak kalian itu tidak lain hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah dan fitnah umat-Ku adalah harta.” Hadis riwayat at-Tirmidzi
Godaan harta ini akan datang dari berbagai sisi. Antara lain dari cara mencarinya. Allah SWT mensyariatkan
berbagai cara dalam mendapatkan harta, yang semuanya dibangun di atas keadilan dan jauh dari perbuatan zalim, perbuatan jahat atau menyakiti orang lain.
Maka, Orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT, tentu senantiasa memperhatikan batasan-batasan syariat dalam mendapatkannya.
Jauh dari unsur riba, unsur judi, dan bentuk-bentuk kezaliman lainnya, yang semuanya termasuk dalam bentuk memakan harta orang lain dengan cara yang batil.
Allah SWT mengingatkan kita dalam surat An-Nisa ayat 29 yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan dengan suka sama suka di antara kalian.”
Godaan harta ini juga datang dari sisi perhatian dan keinginan seseorang terhadapnya. Sehingga sebagian orang ada yang keinginannya terhadap harta membuat dirinya berambisi terhadapnya. Hal ini membuat kesibukannya hanyalah mencari harta.
Mulai aktivitasnya setelah bangun tidur sampai kembali ke rumahnya untuk beristirahat, yang dipikirkannya hanyalah harta. Di saat duduk, berdiri, maupun berjalan, yang ada di hatinya hanyalah mencari harta.
Bahkan saat tidur pun yang diimpikan adalah mencari harta. Lebih dari itu, saat shalat pun pikirannya dipenuhi dengan harta. Seakan-akan dirinya diciptakan untuk sekadar mencari harta.
Padahal dengan perhatian dan keinginan yang berlebihan hingga melalaikan akhirat seperti itu, seseorang tidak akan mendapatkan rezeki kecuali yang telah Allah Ta’ala tetapkan untuk dirinya.
Orang yang demikian, tentunya orang yang tertipu serta terjatuh pada godaan dunia. Sehingga memusatkan seluruh pikiran dan kesibukannya untuk harta. Dia menjadikan dunia bersemayam di hatinya sehingga lupa dari beribadah kepada Allah Ta’ala.
Godaan harta juga akan muncul dari sisi penggunaannya. Dari sisi ini, kita dapatkan sebagian orang yang berharta memiliki sifat pelit sehingga tidak mau mengeluarkan zakatnya, tidak mau menjalankan kewajiban berinfak kepada kerabatnya yang wajib untuk dibantu.
Sedangkan sebagian yang lainnya justru mengeluarkan hartanya tanpa ada perhitungan serta dihambur-hamburkan sia-sia. Padahal Allah Ta’ala menyebutkan di dalam surat Al-Isra : 27-27 yang artinya :
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat haknya (mereka), (begitu pula) kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) sia-sia. Sesungguhnya orang-orang yang menghambur-hamburkan hartanya sia-sia adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.”
Karena itu, siapa pun di antara kita harus hati-hati dan senantiasa takut terkena godaan harta ini. Betapa
banyak orang yang lebih berilmu dari kita, terjatuh pada penyimpangan-penyimpangan karena godaan ini.
Bahkan ada pula orang yang dahulunya istiqamah membela As-Sunnah dan melawan kebatilan, namun kala tergoda harta, kemudian terjatuh pada penyimpangan-penyimpangan.
Hal itu di antaranya disebabkan oleh ketidakhati-hatian serta perasaan aman dari bahaya godaan harta. Padahal harta secara umum akan menarik pemiliknya untuk memenuhi keinginan-keinginan syahwatnya.
Akibat memenuhi keinginannya, seseorang akan terseret hidup bermewah-mewah yang kemudian membuat dirinya sombong dan angkuh. Akhirnya membuat dirinya tidak peduli dengan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala. Na'udzubillah.
, Oleh: H Ahmad Dzaki MA
sumber : www.republika.co.id
Allah berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 28 yang artinya : “Dan ketahuilah, harta-harta kalian dan anak-anak kalian itu tidak lain hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah dan fitnah umat-Ku adalah harta.” Hadis riwayat at-Tirmidzi
Godaan harta ini akan datang dari berbagai sisi. Antara lain dari cara mencarinya. Allah SWT mensyariatkan
berbagai cara dalam mendapatkan harta, yang semuanya dibangun di atas keadilan dan jauh dari perbuatan zalim, perbuatan jahat atau menyakiti orang lain.
Maka, Orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT, tentu senantiasa memperhatikan batasan-batasan syariat dalam mendapatkannya.
Jauh dari unsur riba, unsur judi, dan bentuk-bentuk kezaliman lainnya, yang semuanya termasuk dalam bentuk memakan harta orang lain dengan cara yang batil.
Allah SWT mengingatkan kita dalam surat An-Nisa ayat 29 yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan dengan suka sama suka di antara kalian.”
Godaan harta ini juga datang dari sisi perhatian dan keinginan seseorang terhadapnya. Sehingga sebagian orang ada yang keinginannya terhadap harta membuat dirinya berambisi terhadapnya. Hal ini membuat kesibukannya hanyalah mencari harta.
Mulai aktivitasnya setelah bangun tidur sampai kembali ke rumahnya untuk beristirahat, yang dipikirkannya hanyalah harta. Di saat duduk, berdiri, maupun berjalan, yang ada di hatinya hanyalah mencari harta.
Bahkan saat tidur pun yang diimpikan adalah mencari harta. Lebih dari itu, saat shalat pun pikirannya dipenuhi dengan harta. Seakan-akan dirinya diciptakan untuk sekadar mencari harta.
Padahal dengan perhatian dan keinginan yang berlebihan hingga melalaikan akhirat seperti itu, seseorang tidak akan mendapatkan rezeki kecuali yang telah Allah Ta’ala tetapkan untuk dirinya.
Orang yang demikian, tentunya orang yang tertipu serta terjatuh pada godaan dunia. Sehingga memusatkan seluruh pikiran dan kesibukannya untuk harta. Dia menjadikan dunia bersemayam di hatinya sehingga lupa dari beribadah kepada Allah Ta’ala.
Godaan harta juga akan muncul dari sisi penggunaannya. Dari sisi ini, kita dapatkan sebagian orang yang berharta memiliki sifat pelit sehingga tidak mau mengeluarkan zakatnya, tidak mau menjalankan kewajiban berinfak kepada kerabatnya yang wajib untuk dibantu.
Sedangkan sebagian yang lainnya justru mengeluarkan hartanya tanpa ada perhitungan serta dihambur-hamburkan sia-sia. Padahal Allah Ta’ala menyebutkan di dalam surat Al-Isra : 27-27 yang artinya :
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat haknya (mereka), (begitu pula) kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) sia-sia. Sesungguhnya orang-orang yang menghambur-hamburkan hartanya sia-sia adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.”
Karena itu, siapa pun di antara kita harus hati-hati dan senantiasa takut terkena godaan harta ini. Betapa
banyak orang yang lebih berilmu dari kita, terjatuh pada penyimpangan-penyimpangan karena godaan ini.
Bahkan ada pula orang yang dahulunya istiqamah membela As-Sunnah dan melawan kebatilan, namun kala tergoda harta, kemudian terjatuh pada penyimpangan-penyimpangan.
Hal itu di antaranya disebabkan oleh ketidakhati-hatian serta perasaan aman dari bahaya godaan harta. Padahal harta secara umum akan menarik pemiliknya untuk memenuhi keinginan-keinginan syahwatnya.
Akibat memenuhi keinginannya, seseorang akan terseret hidup bermewah-mewah yang kemudian membuat dirinya sombong dan angkuh. Akhirnya membuat dirinya tidak peduli dengan kemaksiatan kepada Allah Ta’ala. Na'udzubillah.
, Oleh: H Ahmad Dzaki MA
sumber : www.republika.co.id