SEBENARNYA banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan memanfaatkan media jejaring sosial (Facebook, Twitter, dan sebagainya). Media jejaring sosial itu bisa optimal bermanfaat jika proporsional menggunakannya. Seperti yang dilakukan Ditlantas Polda Jabar yang memaksimalkan dan memanfaatkan jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter untuk memudahkan informasi arus mudik dan balik. Melalui jejaring sosial ini informasi lalu lintas terus di-update. Selama 4 bulan diaktifkan, follower di Twiter sudah 3 ribuan. Sedangkan di Facebook, 5 ribu lebih.
Sekarang banyak layanan untuk berjejaring sosial. Kita mengenal Yahoo Masanger, Friendster, Twiter dan terakhir Facebook. Dengan layanan ini kita bisa membentuk jaringan dan mengundang banyak teman. Dengan fasilitas yang dimiliki Facebook kita bisa mengetahui aktivitas teman, mengikuti permainan, menambah teman sesuai dengan latar belakang yang kita inginkan.
Positif dan negatif
Dengan keunggulan yang dimiliki Facebook ini, banyak orang yang tertarik untuk menggunakannya. Mulai dari petani sampai politisi, menggunakan Facebook. Tak heran jika pengguna jejaring sosial ini sudah mencapai 300 juta orang, setara dengan jumlah penduduk Amerika Serikat.
Namun, di tengah eforia penggunan Facebook, kita harus bisa melihat sisi negatifnya jika digunakan secara tak proporsional. Kewaspadaan memang tak hanya harus dimiliki warga Missouri Amerika karena seluruh pelajarnya tidak boleh berkomunikasi dengan gurunya lewat Facebook atau pun Twitter, tapi masyarakat Indonesia pun harus juga waspada akan efek negatif facebook ini, terutama terhadap siswa. Memang kita akui ada sisi positif dengan adanya Facebook ini, namun kita jangan melupakan sisi negatifnya. Dengan mengetahui sisi negatifnya, kita bisa optimal dalam penggunaan salah satu layanan media internet ini.
Doktor Aric Sigman mencoba meneliti efek negatif Facebook dan menuliskannya dalam The Biologist, jurnal yang dirilis oleh The Institute of Biology. Menurutnya, seseorang yang teman-teman utamanya orang asing yang baru ditemui di Facebook atau Friendster akan menemui kesulitan dalam berkomunikasi secara tatap muka. Perilaku ini dapat meningkatkan risiko kesehatan yang serius, seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan dementia (kepikunan).
Masih menurut Dr. Aric Sigman, pertemuan secara tatap muka memiliki pengaruh pada tubuh yang tidak terlihat ketika mengirim e-mail. Level hormon seperti oxytocin yang mendorong orang untuk berpelukan atau saling berinteraksi, berubah, tergantung dekat atau tidaknya para pengguna. Beberapa gen, termasuk gen yang berhubungan dengan sistem kekebalan dan respons terhadap stres, beraksi secara berbeda, tergantung pada seberapa sering interaksi sosial yang dilakukan seseorang dengan yang lain.
Menurut pengamatan penulis, kurang lebih ada beberapa efek negatif dari penggunaan Facebook ini. Pertama, banyak waktu yang terbuang sia-sia dan tidak bermanfaat. Biasanya kalau sudah membuka Facebook tanpa terasa orang akan menghabiskan waktu berjam-jam. Facebook membuat kita lupa akan pekerjaan lain yang jauh lebih bermanfaat.
Kedua, menurunnya produktivitas dalam bekerja. Seorang guru akan menghabiskan waktu begitu banyak di depan komputer bukan untuk menulis artikel, buku ajar, atau persiapan mengajar, tapi membuka Facebook.
Ketiga, berkurangnya silaturahmi di dunia nyata. Akan banyak diam di rumah, di depan komputer. Kalau pun silaturahmi, cukup di depan komputer dan biasanya silaturahmi dengan teman dunia mayanya. Sudah nyaris lupa untuk silaturahmi dengan tetangga di sekitar rumahnya dan sanak saudaranya.
Keempat, memicu pergaulan bebas tanpa batas. Tak sedikit remaja putri yang masih mengenakan rok biru atau abu-abu, memanfaatkan Facebook untuk "menjual diri". Dan tak sedikit pula rumah tangga yang hancur berantakan karena istri atau suaminya kedapatan selingkuh (awalnya mereka berkenalan via Facebook).
Kelima, menurunnya kondisi kesehatan. Ini menjadi faktor resiko penyakit degeneratif, seperti jantung, kanker, stroke. Karena kurang geraknya anggota tubuh. Juga beresiko terjadinya beberapa penyakit fisik karena terlalu lama duduk dan memegang mouse, seperti sakit punggung dan nyeri sendi.
Keenam, berkurangnya waktu tidur. Sebagian waktu tidur dipakai untuk menjawab pesan yang masuk lewat Facebook. Ini bisa menimbulkan kurang konsentrasi dan berkurangnya kekebalan tubuh.
Sekali lagi, sebenarnya jika kita proporsional dalam menggunakan Facebook, efek negatif itu tak akan terjadi. Facebook hanya sebatas hiburan yang tak menyita waktu. Facebook juga bisa dioptimalkan untuk kegiatan positif. Seperti penggalangan dana untuk kegiatan sosial atau menyerap aspirasi konstituenya seperti yang dilakukan para politisi senayan dan kegiatan positif lainnya.
(Penulis, dosen LB Program Studi Manajemen STIE EKUITAS Bandung)**
Galamedia
selasa, 28 agustus 2012 01:51 WIB
Oleh : Suhendi
Sekarang banyak layanan untuk berjejaring sosial. Kita mengenal Yahoo Masanger, Friendster, Twiter dan terakhir Facebook. Dengan layanan ini kita bisa membentuk jaringan dan mengundang banyak teman. Dengan fasilitas yang dimiliki Facebook kita bisa mengetahui aktivitas teman, mengikuti permainan, menambah teman sesuai dengan latar belakang yang kita inginkan.
Positif dan negatif
Dengan keunggulan yang dimiliki Facebook ini, banyak orang yang tertarik untuk menggunakannya. Mulai dari petani sampai politisi, menggunakan Facebook. Tak heran jika pengguna jejaring sosial ini sudah mencapai 300 juta orang, setara dengan jumlah penduduk Amerika Serikat.
Namun, di tengah eforia penggunan Facebook, kita harus bisa melihat sisi negatifnya jika digunakan secara tak proporsional. Kewaspadaan memang tak hanya harus dimiliki warga Missouri Amerika karena seluruh pelajarnya tidak boleh berkomunikasi dengan gurunya lewat Facebook atau pun Twitter, tapi masyarakat Indonesia pun harus juga waspada akan efek negatif facebook ini, terutama terhadap siswa. Memang kita akui ada sisi positif dengan adanya Facebook ini, namun kita jangan melupakan sisi negatifnya. Dengan mengetahui sisi negatifnya, kita bisa optimal dalam penggunaan salah satu layanan media internet ini.
Doktor Aric Sigman mencoba meneliti efek negatif Facebook dan menuliskannya dalam The Biologist, jurnal yang dirilis oleh The Institute of Biology. Menurutnya, seseorang yang teman-teman utamanya orang asing yang baru ditemui di Facebook atau Friendster akan menemui kesulitan dalam berkomunikasi secara tatap muka. Perilaku ini dapat meningkatkan risiko kesehatan yang serius, seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan dementia (kepikunan).
Masih menurut Dr. Aric Sigman, pertemuan secara tatap muka memiliki pengaruh pada tubuh yang tidak terlihat ketika mengirim e-mail. Level hormon seperti oxytocin yang mendorong orang untuk berpelukan atau saling berinteraksi, berubah, tergantung dekat atau tidaknya para pengguna. Beberapa gen, termasuk gen yang berhubungan dengan sistem kekebalan dan respons terhadap stres, beraksi secara berbeda, tergantung pada seberapa sering interaksi sosial yang dilakukan seseorang dengan yang lain.
Menurut pengamatan penulis, kurang lebih ada beberapa efek negatif dari penggunaan Facebook ini. Pertama, banyak waktu yang terbuang sia-sia dan tidak bermanfaat. Biasanya kalau sudah membuka Facebook tanpa terasa orang akan menghabiskan waktu berjam-jam. Facebook membuat kita lupa akan pekerjaan lain yang jauh lebih bermanfaat.
Kedua, menurunnya produktivitas dalam bekerja. Seorang guru akan menghabiskan waktu begitu banyak di depan komputer bukan untuk menulis artikel, buku ajar, atau persiapan mengajar, tapi membuka Facebook.
Ketiga, berkurangnya silaturahmi di dunia nyata. Akan banyak diam di rumah, di depan komputer. Kalau pun silaturahmi, cukup di depan komputer dan biasanya silaturahmi dengan teman dunia mayanya. Sudah nyaris lupa untuk silaturahmi dengan tetangga di sekitar rumahnya dan sanak saudaranya.
Keempat, memicu pergaulan bebas tanpa batas. Tak sedikit remaja putri yang masih mengenakan rok biru atau abu-abu, memanfaatkan Facebook untuk "menjual diri". Dan tak sedikit pula rumah tangga yang hancur berantakan karena istri atau suaminya kedapatan selingkuh (awalnya mereka berkenalan via Facebook).
Kelima, menurunnya kondisi kesehatan. Ini menjadi faktor resiko penyakit degeneratif, seperti jantung, kanker, stroke. Karena kurang geraknya anggota tubuh. Juga beresiko terjadinya beberapa penyakit fisik karena terlalu lama duduk dan memegang mouse, seperti sakit punggung dan nyeri sendi.
Keenam, berkurangnya waktu tidur. Sebagian waktu tidur dipakai untuk menjawab pesan yang masuk lewat Facebook. Ini bisa menimbulkan kurang konsentrasi dan berkurangnya kekebalan tubuh.
Sekali lagi, sebenarnya jika kita proporsional dalam menggunakan Facebook, efek negatif itu tak akan terjadi. Facebook hanya sebatas hiburan yang tak menyita waktu. Facebook juga bisa dioptimalkan untuk kegiatan positif. Seperti penggalangan dana untuk kegiatan sosial atau menyerap aspirasi konstituenya seperti yang dilakukan para politisi senayan dan kegiatan positif lainnya.
(Penulis, dosen LB Program Studi Manajemen STIE EKUITAS Bandung)**
Galamedia
selasa, 28 agustus 2012 01:51 WIB
Oleh : Suhendi