WATAK hawa nafsu adalah tabiat yang melekat pada dirinya. Ia tidak muncul kecuali terlebih dulu menampakkan tabiatnya. Adapun watak hawa nafsu itu antara lain condong kepada keburukan, lari dari kebaikan, dan memerintahkan kepada keburukan.
Selain itu, watak hawa nafsu adalah senang malas-malasan, santai, dan menganggur serta larut dalam syahwat, kendati di dalamnya terdapat kecelakaan dan kebinasaan.
Hal ini menjadi watak dari hawa nafsu, karena hawa nafsu merupakan kecenderungan jiwa kepada perkara-perkara yang keji, dosa dan hal-hal lainnya yang diharamkan agama, seperti dikatakan Zulaikha dalam Alquran Surat Yusuf (12) ayat 53.
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Sebagai seorang yang beriman yang meyakini bahwa hawa nafsu yang terdapat dalam dirinya adalah musuh terbesar dalam hidupnya, maka wajib baginya untuk mengenal watak dari hawa nafsunya.
Ketidaktahuan kita terhadap watak hawa nafsu akan menjadikan kita mudah terpedaya olehnya, dan mudah terperosok ke dalam kubangan hitam hawa nafsu. Akibatnya kita akan mendapatkankan kecelakaan dan kebinasaan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Dalam kitabnya, Raudhatul Muhibin, Ibnul Qayyim berkata, "Sesungguhnya hawa nafsu itu adalah suatu larangan yang dengannya sekeliling neraka jahanam dikitari. Maka barang siapa terjerumus ke dalam hawa nafsu, maka ia terjerumus ke dalam api jahanam."
Ketika kita mampu mengenal watak hawa nafsu, memungkinkan kita untuk dapat mendeteksi sejak dini apabila hawa nafsu mulai menampakkan gejalanya, sehingga kita tidak terperangkap dalam perilaku memperturutkan hawa nafsu dan bersegera memeranginya serta bertekad, mengatasi seluruh perjuangannya melawan hawa nafsunya.
Oleh karena itu, bila watak hawa nafsu ini muncul dalam diri kita, hendaknya kita mengembangkan sifat yang baik dan mengendalikan nafsu buruk, bahkan menghindarinya dengan tidak memanjakan dan berlatih untuk menundukkannya dengan melawan seluruh kesulitannya.
Jika hawa nafsunya menyukai kehidupan santai, maka ia membuatnya lelah. Jika hawa nafsunya menginginkan syahwat, maka ia melarangnya. Jika dirinya tidak serius dalam ketaatan, dan kebaikan, maka ia menghukumnya, dan memarahinya, kemudian mewajibkannya mengerjakan apa yang tidak ia kerjakan dengan serius, mengganti apa yang ia sia-siakan dan ia tinggalkan.
Akhirnya, mari kita renungi sabda Rasulullah saw, sebagai bahan pijakan bagi kita untuk senantiasa mewaspadai hawa nafsu, sehingga kita tidak memperturutkan keinginan hawa nafsu sebagaimana sabdanya, "Sesungguhnya perkara yang paling aku takutkan terhadap kalian adalah menuruti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun menuruti hawa nafsu dapat menghalangi dari kebenaran, sedangkan panjang angan-angan artinya sama dengan mencintai dunia." (H.R. Ibnu Abi Dunya). Wallahualam.
(Penulis, Ketua DKM Al-Hikmah RW 7 Sarijadi Bandung)**
Galamedia
jumat, 23 november 2012 00:06 WIB
Oleh : H. Moch. Hisyam
Selain itu, watak hawa nafsu adalah senang malas-malasan, santai, dan menganggur serta larut dalam syahwat, kendati di dalamnya terdapat kecelakaan dan kebinasaan.
Hal ini menjadi watak dari hawa nafsu, karena hawa nafsu merupakan kecenderungan jiwa kepada perkara-perkara yang keji, dosa dan hal-hal lainnya yang diharamkan agama, seperti dikatakan Zulaikha dalam Alquran Surat Yusuf (12) ayat 53.
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Sebagai seorang yang beriman yang meyakini bahwa hawa nafsu yang terdapat dalam dirinya adalah musuh terbesar dalam hidupnya, maka wajib baginya untuk mengenal watak dari hawa nafsunya.
Ketidaktahuan kita terhadap watak hawa nafsu akan menjadikan kita mudah terpedaya olehnya, dan mudah terperosok ke dalam kubangan hitam hawa nafsu. Akibatnya kita akan mendapatkankan kecelakaan dan kebinasaan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Dalam kitabnya, Raudhatul Muhibin, Ibnul Qayyim berkata, "Sesungguhnya hawa nafsu itu adalah suatu larangan yang dengannya sekeliling neraka jahanam dikitari. Maka barang siapa terjerumus ke dalam hawa nafsu, maka ia terjerumus ke dalam api jahanam."
Ketika kita mampu mengenal watak hawa nafsu, memungkinkan kita untuk dapat mendeteksi sejak dini apabila hawa nafsu mulai menampakkan gejalanya, sehingga kita tidak terperangkap dalam perilaku memperturutkan hawa nafsu dan bersegera memeranginya serta bertekad, mengatasi seluruh perjuangannya melawan hawa nafsunya.
Oleh karena itu, bila watak hawa nafsu ini muncul dalam diri kita, hendaknya kita mengembangkan sifat yang baik dan mengendalikan nafsu buruk, bahkan menghindarinya dengan tidak memanjakan dan berlatih untuk menundukkannya dengan melawan seluruh kesulitannya.
Jika hawa nafsunya menyukai kehidupan santai, maka ia membuatnya lelah. Jika hawa nafsunya menginginkan syahwat, maka ia melarangnya. Jika dirinya tidak serius dalam ketaatan, dan kebaikan, maka ia menghukumnya, dan memarahinya, kemudian mewajibkannya mengerjakan apa yang tidak ia kerjakan dengan serius, mengganti apa yang ia sia-siakan dan ia tinggalkan.
Akhirnya, mari kita renungi sabda Rasulullah saw, sebagai bahan pijakan bagi kita untuk senantiasa mewaspadai hawa nafsu, sehingga kita tidak memperturutkan keinginan hawa nafsu sebagaimana sabdanya, "Sesungguhnya perkara yang paling aku takutkan terhadap kalian adalah menuruti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun menuruti hawa nafsu dapat menghalangi dari kebenaran, sedangkan panjang angan-angan artinya sama dengan mencintai dunia." (H.R. Ibnu Abi Dunya). Wallahualam.
(Penulis, Ketua DKM Al-Hikmah RW 7 Sarijadi Bandung)**
Galamedia
jumat, 23 november 2012 00:06 WIB
Oleh : H. Moch. Hisyam