Ustaz Abdullah Bani'mah seorang dai yang mengalami lumpuh total bercerita tentang seorang pemuda pengguna narkoba. Ia pertama kali kenal dengannya saat di rumah sakit di Jeddah. Pemuda tersebut menengok temannya yang dirawat sekamar dengan Abdullah.
Ia sangat taat kepada ibunya. Pernah waktu berkumpul dengan teman-temannya di kamar rumah sakit, berderinglah telepon dari ibunya. Segera ia menjawab dengan hormat dan setelah itu ia pamit untuk pulang.
Teman-temannya menahan dia. Pemuda tersebut mengatakan; Ibu saya menelepon dan minta saya membelikan sesuatu di warung.” Dia pun meninggalkan teman-temannya itu dan bersegara melaksanakan permintaan ibunya.
Setelah selesai memenuhi kebutuhan ibunya, dia balik lagi ke rumah sakit. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk pulang pergi itu sekitar dua jam.
Sepuluh tahun kemudian, seseorang membawanya ke rumah Ustaz Abdullah Bani'mah untuk dinasehati. Ia datang bersama seorang teman lainnya. Dua tahun setelah itu, Abdullah Bani'mah melaksanakan umrah. Di Masjidil Haram, seseorang pemuda berjenggot menghampirinya dan memberi salam untuknya.
“Ustadz Abdullah, saya teman Fulan yang kenal Anda 12 tahun lalu di rumah sakit. Kami berdua pernah berkunjung ke rumah Anda sekitar dua tahun lalu. Fulan dan saya sejak pulang dari rumah Anda kami bertaubat dan memperbaiki diri.”
“Kami rajin menuntut ilmu Islam dan berusaha untuk mengamalkan dan mendakwahkannya. Kami safar ke Yordania untuk kegiatan dakwah. Bulan lalu kami pulang, dan baru tiba di Makkah.”
“Teman saya, meminta saya tidak pulang ke rumah sebelum ke Masjidil Haram, untuk shalat malam, berdoa dan shalat subuh berjamaah. Selesai shalat subuh, kami berzikir sampai syuruq,” ujarnya.
Setelah itu, saya tawarkan untuk sarapan berdua di rumah makan. Ia menolak, ia akan mampir ke rumah ibunya dulu dan sarapan bersamanya. Setelah itu kami berpisah.
Menjelang zhuhur, saya mendapatkan kabar melalui telepon bahwa Fulan wafat. Saya kaget. Penelepon memberitahukan bahwa Fulan datang ke rumah ibunya di pagi hari, sambil membawa sarapan. Setelah sarapan, ia sempat berbincang-bincang dengan ibunya.
Ia juga sempat memijit kaki ibunya, dan ia mencium kaki ibunya. Tak lama setelah itu, ia wafat, di kaki ibunya. Ia kemudian dishalatkan di Masjidil Haram dan dikebumikan di Makkah.
Bakti seorang anak kepada orang tua dan doa orang tua yang tulus untuk anaknya, sangat membantu mereka untuk kembali ke jalan Allah dan wafat dengan husnul khatimah.
Al-Hafizh Abdul Haq Al-Isybili (wafat 581 H), merupakan seorang ulama dari Sevilla, Spanyol. Ia berkata: “Ketahuilah bahwa di antara sebab utama seseorang wafat dalam keadaan suul khatimah adalah cinta dunia, berpaling dari akhirat dan berani bermaksiat kepada Allah. Mungkin asalnya ia melakukan dosa kecil, mencoba satu jenis maksiat, ia mulai berpaling dari akhirat, timbul meremehkan maksiat.”
“Kemudian maksiat itu menguasai hatinya, jadilah akalnya sebagai tawanan, cahaya hatinya redup, menutup pintu hidayah. Peringatan tidak bermanfaat lagi baginya dan nasehat tidak melunakkan dirinya. Sebelum kematian tiba, ia mendengar samar-samar ada suara yang memanggilnya ke jalan istiqamah, ia tidak dapat memahaminya meskipun penyeru mengulangi seruannya.”
“Ketahuilah bahwa suul khatimah tidak akan menimpa orang yang istiqamah secara lahir dan hati yang bersih. Suul khatimah hanya akan menimpa orang yang rusak akidahnya dan berani melakukan dosa-dosa besar.
“Barangkali ia kecanduan dosa, sehingga maut menjemputnya ketika ia belum sempat bertaubat. Maut merenggut jiwanya sebelum ia memperbaiki dirinya dan kembali kepada Allah. Akhirnya setan bersorak gembira atas kemenangannya.”
, Oleh Fariq Gasim Anuz
sumber : www.republika.co.id
Ia sangat taat kepada ibunya. Pernah waktu berkumpul dengan teman-temannya di kamar rumah sakit, berderinglah telepon dari ibunya. Segera ia menjawab dengan hormat dan setelah itu ia pamit untuk pulang.
Teman-temannya menahan dia. Pemuda tersebut mengatakan; Ibu saya menelepon dan minta saya membelikan sesuatu di warung.” Dia pun meninggalkan teman-temannya itu dan bersegara melaksanakan permintaan ibunya.
Setelah selesai memenuhi kebutuhan ibunya, dia balik lagi ke rumah sakit. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk pulang pergi itu sekitar dua jam.
Sepuluh tahun kemudian, seseorang membawanya ke rumah Ustaz Abdullah Bani'mah untuk dinasehati. Ia datang bersama seorang teman lainnya. Dua tahun setelah itu, Abdullah Bani'mah melaksanakan umrah. Di Masjidil Haram, seseorang pemuda berjenggot menghampirinya dan memberi salam untuknya.
“Ustadz Abdullah, saya teman Fulan yang kenal Anda 12 tahun lalu di rumah sakit. Kami berdua pernah berkunjung ke rumah Anda sekitar dua tahun lalu. Fulan dan saya sejak pulang dari rumah Anda kami bertaubat dan memperbaiki diri.”
“Kami rajin menuntut ilmu Islam dan berusaha untuk mengamalkan dan mendakwahkannya. Kami safar ke Yordania untuk kegiatan dakwah. Bulan lalu kami pulang, dan baru tiba di Makkah.”
“Teman saya, meminta saya tidak pulang ke rumah sebelum ke Masjidil Haram, untuk shalat malam, berdoa dan shalat subuh berjamaah. Selesai shalat subuh, kami berzikir sampai syuruq,” ujarnya.
Setelah itu, saya tawarkan untuk sarapan berdua di rumah makan. Ia menolak, ia akan mampir ke rumah ibunya dulu dan sarapan bersamanya. Setelah itu kami berpisah.
Menjelang zhuhur, saya mendapatkan kabar melalui telepon bahwa Fulan wafat. Saya kaget. Penelepon memberitahukan bahwa Fulan datang ke rumah ibunya di pagi hari, sambil membawa sarapan. Setelah sarapan, ia sempat berbincang-bincang dengan ibunya.
Ia juga sempat memijit kaki ibunya, dan ia mencium kaki ibunya. Tak lama setelah itu, ia wafat, di kaki ibunya. Ia kemudian dishalatkan di Masjidil Haram dan dikebumikan di Makkah.
Bakti seorang anak kepada orang tua dan doa orang tua yang tulus untuk anaknya, sangat membantu mereka untuk kembali ke jalan Allah dan wafat dengan husnul khatimah.
Al-Hafizh Abdul Haq Al-Isybili (wafat 581 H), merupakan seorang ulama dari Sevilla, Spanyol. Ia berkata: “Ketahuilah bahwa di antara sebab utama seseorang wafat dalam keadaan suul khatimah adalah cinta dunia, berpaling dari akhirat dan berani bermaksiat kepada Allah. Mungkin asalnya ia melakukan dosa kecil, mencoba satu jenis maksiat, ia mulai berpaling dari akhirat, timbul meremehkan maksiat.”
“Kemudian maksiat itu menguasai hatinya, jadilah akalnya sebagai tawanan, cahaya hatinya redup, menutup pintu hidayah. Peringatan tidak bermanfaat lagi baginya dan nasehat tidak melunakkan dirinya. Sebelum kematian tiba, ia mendengar samar-samar ada suara yang memanggilnya ke jalan istiqamah, ia tidak dapat memahaminya meskipun penyeru mengulangi seruannya.”
“Ketahuilah bahwa suul khatimah tidak akan menimpa orang yang istiqamah secara lahir dan hati yang bersih. Suul khatimah hanya akan menimpa orang yang rusak akidahnya dan berani melakukan dosa-dosa besar.
“Barangkali ia kecanduan dosa, sehingga maut menjemputnya ketika ia belum sempat bertaubat. Maut merenggut jiwanya sebelum ia memperbaiki dirinya dan kembali kepada Allah. Akhirnya setan bersorak gembira atas kemenangannya.”
, Oleh Fariq Gasim Anuz
sumber : www.republika.co.id