Alquran sebagai kitab petunjuk dari Allah SWT, salah satu pelajarannya disampaikan melalui kisah. Ada banyak kisah yang dimuat Alquran, seperti kisah para nabi, kaum ‘Ad, Tsamud, dan Ashabul Kahfi, yang salah satu tujuannya sebagai i’tibar. (QS Yusuf [12]: 111).
Ada kisah dalam Alquran yang kurang mendapatkan perhatian masyarakat, tetapi ayatnya menjadi bacaan favorit bagi hampir seluruh masyarakat Islam. Kisah tersebut termuat dalam surah Yasin [36]: 13-32. Intinya ialah, Nabi (Isa) mengirim dua orang utusan kepada kaum (Antioch), tapi kedua orang tersebut gagal dalam mengemban tugas dan justru disiksa dan dimasukkan penjara. (Zamakhsyari: Tafsir al-Kasysyaf).
Setelah itu, diutus orang ketiga untuk menyelamatkan kedua utusan yang telah dipenjara dan sekaligus menyampaikan agama yang benar. Utusan yang ketiga berhasil mendekat ke penguasa serta membebaskan keduanya dari penjara. Akan tetapi, karena sikap egoisme dari raja dan kaumnya, ketiga utusan tersebut dianggap salah dan akhirnya di hukum sampai mati.
Pada saat itulah, datang seseorang (Habib al-Najar) yang mengatakan bahwa utusan tersebut benar dan harus diikuti. Alasannya, para utusan tidak meminta upah dalam menyebarkan agamanya. Namun, Habib al-Najar juga menemui nasib yang sama seperti ketiga utusan yang ia bela. Karena pembelaan tersebut, Allah SWT memasukkannya ke dalam surga. Kaum Antioch ini akhirnya dimusnahkan oleh Allah SWT.
Dari kisah ini, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil hikmahnya. Pertama, setiap pendakwah agama hendaknya mencari strategi yang tepat sehingga dakwahnya dapat diterima. Jangan seperti dua utusan yang bersifat gegabah, tetapi seperti yang ketiga yang bersifat bijak dan bersahabat dengan masyarakat dan penguasa. Dua utusan tersebut pernah langsung berteriak Allah akbar ketika sang raja keluar, sehingga raja menjadi tersinggung, dan menghukum keduanya. Berbeda dengan utusan ketiga yang datang menghadap raja dengan cara menyamar, sehingga dapat menyelamatkan kedua temannya. (Tafsir Khazin).
Kedua, setiap menjalankan dakwah hendaknya disertai dengan keikhlasan dan tidak meminta imbalan sehingga dapat dipercaya oleh masyarakat. (QS Yasin [36]:21). Ketiga, ketika masyarakat tidak mau diajak pada kebaikan maka sikap pendakwah adalah mendoakannya agar diberi hidayah. Sikap ini seperti yang dilakukan oleh Habib al-Najar, padahal ia sedang dihukum oleh kaumnya, “Ya Allah berilah petunjuk kaumku,” dan sikap Nabi Muhammad SAW yang mendoakan kaumnya kendati beliau dilempari batu oleh kaum Quraisy. (Hamami Zadah: Tafsir Yasin). Sedangkan sikap putus asa merupakan sikapnya orang kafir. (QS Yusuf [12]:87).
Keempat, jika menyampaikan kebenaran kepada seorang penguasa maka sikap yang diambil adalah damai, bukan menentang secara frontal, sehingga mereka juga dapat memahami isi ajaran dengan hati nurani. Kelima, kebenaran hendaknya disampaikan dengan pelan dan penuh strategi.
Hikmah bagi masyarakat adalah semua kejadian yang tidak baik bagi masyarakat bukan karena kesalahan para utusan yang mengajak kebaikan, tapi semata-mata kesalahan masyarakat tersebut.
Oleh Dr Samsul Ma'arif MA
sumber : www.republika.co.id
Ada kisah dalam Alquran yang kurang mendapatkan perhatian masyarakat, tetapi ayatnya menjadi bacaan favorit bagi hampir seluruh masyarakat Islam. Kisah tersebut termuat dalam surah Yasin [36]: 13-32. Intinya ialah, Nabi (Isa) mengirim dua orang utusan kepada kaum (Antioch), tapi kedua orang tersebut gagal dalam mengemban tugas dan justru disiksa dan dimasukkan penjara. (Zamakhsyari: Tafsir al-Kasysyaf).
Setelah itu, diutus orang ketiga untuk menyelamatkan kedua utusan yang telah dipenjara dan sekaligus menyampaikan agama yang benar. Utusan yang ketiga berhasil mendekat ke penguasa serta membebaskan keduanya dari penjara. Akan tetapi, karena sikap egoisme dari raja dan kaumnya, ketiga utusan tersebut dianggap salah dan akhirnya di hukum sampai mati.
Pada saat itulah, datang seseorang (Habib al-Najar) yang mengatakan bahwa utusan tersebut benar dan harus diikuti. Alasannya, para utusan tidak meminta upah dalam menyebarkan agamanya. Namun, Habib al-Najar juga menemui nasib yang sama seperti ketiga utusan yang ia bela. Karena pembelaan tersebut, Allah SWT memasukkannya ke dalam surga. Kaum Antioch ini akhirnya dimusnahkan oleh Allah SWT.
Dari kisah ini, ada beberapa pelajaran yang bisa diambil hikmahnya. Pertama, setiap pendakwah agama hendaknya mencari strategi yang tepat sehingga dakwahnya dapat diterima. Jangan seperti dua utusan yang bersifat gegabah, tetapi seperti yang ketiga yang bersifat bijak dan bersahabat dengan masyarakat dan penguasa. Dua utusan tersebut pernah langsung berteriak Allah akbar ketika sang raja keluar, sehingga raja menjadi tersinggung, dan menghukum keduanya. Berbeda dengan utusan ketiga yang datang menghadap raja dengan cara menyamar, sehingga dapat menyelamatkan kedua temannya. (Tafsir Khazin).
Kedua, setiap menjalankan dakwah hendaknya disertai dengan keikhlasan dan tidak meminta imbalan sehingga dapat dipercaya oleh masyarakat. (QS Yasin [36]:21). Ketiga, ketika masyarakat tidak mau diajak pada kebaikan maka sikap pendakwah adalah mendoakannya agar diberi hidayah. Sikap ini seperti yang dilakukan oleh Habib al-Najar, padahal ia sedang dihukum oleh kaumnya, “Ya Allah berilah petunjuk kaumku,” dan sikap Nabi Muhammad SAW yang mendoakan kaumnya kendati beliau dilempari batu oleh kaum Quraisy. (Hamami Zadah: Tafsir Yasin). Sedangkan sikap putus asa merupakan sikapnya orang kafir. (QS Yusuf [12]:87).
Keempat, jika menyampaikan kebenaran kepada seorang penguasa maka sikap yang diambil adalah damai, bukan menentang secara frontal, sehingga mereka juga dapat memahami isi ajaran dengan hati nurani. Kelima, kebenaran hendaknya disampaikan dengan pelan dan penuh strategi.
Hikmah bagi masyarakat adalah semua kejadian yang tidak baik bagi masyarakat bukan karena kesalahan para utusan yang mengajak kebaikan, tapi semata-mata kesalahan masyarakat tersebut.
Oleh Dr Samsul Ma'arif MA
sumber : www.republika.co.id