Harus diakui kehadiran dan penyebaran agama Islam di bumi Nusantara, tak bisa dilepaskan dari jasa besar para wali yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Sebab melalui kiprah para wali inilah, agama Islam bisa mengakar di Indonesia. Tidak hanya di Pulau Jawa, namun menyeluruh di seantero Nusantara.
Salah satu rekam jejak keberadaan para wali tersebut tentunya dikaitkan dengan Masjid Demak, yang dibangun pada masa Kesultanan Demak di bawah pemerintahan Raden Patah sekitar tahun 1477. Sudah cukup lama memang. Apalagi bila dilihat dari usianya yang kini sudah mencapai ratusan tahun.
Datangnya bulan Ramadan, menarik pula untuk melihat dari dekat seperti apa kiranya rekam jejak keberadaan para wali di Masjid Demak yang disebut-sebut sebagai masjid para wali ini. Masjid ini memang menyimpan catatan sejarah yang sangat panjang. Dapat dikatakan, Masjid Demak merupakan tempat ibadah yang dibangun atas cinta kasih para wali.
Bila diamati, Masjid Demak yang memiliki ukuran 31 x 31 meter serta serambi berukuran 31 x 15 meter ini, merupakan bangunan limas dengan keunikan tersendiri dan patut mendapat apresiasi dilihat dari seni arsitekturnya. Masjid Demak disokong empat pilar atau tiang utama, yang dibuat khusus oleh empat orang wali.
Masing-masing tiang penyangga dibuat dan dibangun dengan kekuatan para wali. Untuk tiang penyangga sebelah tenggara dibuat oleh Sunan Ampel, tiang barat daya dibuat oleh Sunan Gunung Jati, kemudian tiang sebelah barat laut dibuat oleh Sunan Bonang, dan tiang terakhir yang berada di sebelah timur laut dibuat oleh Sunan Kalijaga.
Di antara keempat tiang penyangga yang dibuat empat wali tersebut, ternyata tiang buatan Sunan Kalijaga menjadi yang terunik. Sebab dibuat dari tatal atau serpihan kayu yang disatukan, sehingga memiliki seni arsitektur yang begitu dominan serta memikat, bagi siapa saja yang melihatnya.
Pada masa Kesultanan Patiunus tahun 1520, Masjid Demak mengalami pengembangan pada bagian serambinya. Di bagian serambi Masjid Demak ini, terdapat tambahan tiang sebanyak delapan buah. Keunikan lain dari Masjid Demak adalah gambar bulus pada mihrab masjid, yang sebenarnya sering dijumpai pada candi-candi Hindu. Konon, mihrab bergambar bulus di Masjid Demak ini diambil dari salah satu pintu di Keraton Majapahit.
Makam raja
Tentu saja dilihat dari usianya, Masjid Demak menjadi salah satu masjid tertua yang ada di Tanah Air. Dahulu, masjid yang berlokasi di Desa Kauman, Kab. Demak, Jawa Tengah ini, diyakini sebagai tempat berkumpulnya para wali. Pada waktu-waktu tertentu para wali kerap berkumpul di masjid ini, terutama membahas perkembangan syiar Islam.
Di dalam lokasi kompleks Masjid Demak, juga terdapat beberapa makam raja Kesultanan Demak dan keluarganya. Makam tersebut kerap pula dijadikan tempat wisata ziarah, bagi para jemaah yang berkunjung ke masjid ini. Di sekitar masjid juga ada sebuah museum yang menyimpan berbagai riwayat dan kenangan tentang Masjid Demak.
Selain bulan suci Ramadan, pada hari-hari biasa banyak umat Islam dari berbagai tempat di Tanah Air yang mengunjungi Masjid Demak. Mereka tidak hanya datang untuk melihat berbagai keunikan masjid yang menyimpan banyak sejarah Islam ini. Tidak sedikit dari pengunjung yang setelah salat di Masjid Demak, berziarah ke makam para raja Kesultanan Demak dan keluarganya.
Ada pula di antara mereka yang sengaja menyempatkan diri melihat museum, yang berada di sekitar Masjid Demak. Tujuannya untuk lebih mengetahui secara rinci bagaimana riwayat masjid yang dibangun pada abad ke-14, dan sempat memberi warna bagi sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan kaum penjajah tersebut.
Untuk mencapai Masjid Demak tidaklah sulit. Sebab masjid yang berdiri megah dan sudah sangat akrab bagi warga Kota Demak ini, berada di tengah-tengah kota yang terasa sangat religius tersebut. Dengan berbagai keunikan dan fasilitas yang dimilikinya, siapa pun dapat dengan mudah mencapai masjid ini.(galamedia)
Salah satu rekam jejak keberadaan para wali tersebut tentunya dikaitkan dengan Masjid Demak, yang dibangun pada masa Kesultanan Demak di bawah pemerintahan Raden Patah sekitar tahun 1477. Sudah cukup lama memang. Apalagi bila dilihat dari usianya yang kini sudah mencapai ratusan tahun.
Datangnya bulan Ramadan, menarik pula untuk melihat dari dekat seperti apa kiranya rekam jejak keberadaan para wali di Masjid Demak yang disebut-sebut sebagai masjid para wali ini. Masjid ini memang menyimpan catatan sejarah yang sangat panjang. Dapat dikatakan, Masjid Demak merupakan tempat ibadah yang dibangun atas cinta kasih para wali.
Bila diamati, Masjid Demak yang memiliki ukuran 31 x 31 meter serta serambi berukuran 31 x 15 meter ini, merupakan bangunan limas dengan keunikan tersendiri dan patut mendapat apresiasi dilihat dari seni arsitekturnya. Masjid Demak disokong empat pilar atau tiang utama, yang dibuat khusus oleh empat orang wali.
Masing-masing tiang penyangga dibuat dan dibangun dengan kekuatan para wali. Untuk tiang penyangga sebelah tenggara dibuat oleh Sunan Ampel, tiang barat daya dibuat oleh Sunan Gunung Jati, kemudian tiang sebelah barat laut dibuat oleh Sunan Bonang, dan tiang terakhir yang berada di sebelah timur laut dibuat oleh Sunan Kalijaga.
Di antara keempat tiang penyangga yang dibuat empat wali tersebut, ternyata tiang buatan Sunan Kalijaga menjadi yang terunik. Sebab dibuat dari tatal atau serpihan kayu yang disatukan, sehingga memiliki seni arsitektur yang begitu dominan serta memikat, bagi siapa saja yang melihatnya.
Pada masa Kesultanan Patiunus tahun 1520, Masjid Demak mengalami pengembangan pada bagian serambinya. Di bagian serambi Masjid Demak ini, terdapat tambahan tiang sebanyak delapan buah. Keunikan lain dari Masjid Demak adalah gambar bulus pada mihrab masjid, yang sebenarnya sering dijumpai pada candi-candi Hindu. Konon, mihrab bergambar bulus di Masjid Demak ini diambil dari salah satu pintu di Keraton Majapahit.
Makam raja
Tentu saja dilihat dari usianya, Masjid Demak menjadi salah satu masjid tertua yang ada di Tanah Air. Dahulu, masjid yang berlokasi di Desa Kauman, Kab. Demak, Jawa Tengah ini, diyakini sebagai tempat berkumpulnya para wali. Pada waktu-waktu tertentu para wali kerap berkumpul di masjid ini, terutama membahas perkembangan syiar Islam.
Di dalam lokasi kompleks Masjid Demak, juga terdapat beberapa makam raja Kesultanan Demak dan keluarganya. Makam tersebut kerap pula dijadikan tempat wisata ziarah, bagi para jemaah yang berkunjung ke masjid ini. Di sekitar masjid juga ada sebuah museum yang menyimpan berbagai riwayat dan kenangan tentang Masjid Demak.
Selain bulan suci Ramadan, pada hari-hari biasa banyak umat Islam dari berbagai tempat di Tanah Air yang mengunjungi Masjid Demak. Mereka tidak hanya datang untuk melihat berbagai keunikan masjid yang menyimpan banyak sejarah Islam ini. Tidak sedikit dari pengunjung yang setelah salat di Masjid Demak, berziarah ke makam para raja Kesultanan Demak dan keluarganya.
Ada pula di antara mereka yang sengaja menyempatkan diri melihat museum, yang berada di sekitar Masjid Demak. Tujuannya untuk lebih mengetahui secara rinci bagaimana riwayat masjid yang dibangun pada abad ke-14, dan sempat memberi warna bagi sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan kaum penjajah tersebut.
Untuk mencapai Masjid Demak tidaklah sulit. Sebab masjid yang berdiri megah dan sudah sangat akrab bagi warga Kota Demak ini, berada di tengah-tengah kota yang terasa sangat religius tersebut. Dengan berbagai keunikan dan fasilitas yang dimilikinya, siapa pun dapat dengan mudah mencapai masjid ini.(galamedia)