SAAT ini kondisi cuaca bisa dikatakan sedang tidak bersahabat. Terutama kerap munculnya angin kecang. Bahkan tidak hanya dipagi hari serta malam hari, angin kencang pun muncul saat di siang hari, dimana banyak orang yang melakukan aktivitasnya di luar rumah. Untuk itu, sangat diperlukan mengecek kondisi kesehatan dan jangan sesekali menganggap remeh yang namanya masuk angin.
Seperti diketahui, kerap mendengar istilah "angin duduk" untuk menggambarkan sakit mendadak yang ditandai keringat dingin, pusing dan sulit bernapas. Mirip gejala masuk angin. Bahayakah kondisi ini?
"Angin duduk, selain seperti masuk angin, sering terasa seperti sedikit flu dan ada rasa tidak nyaman di dada. Ini sebenarnya adalah gejala serangan jantung, namun orang awam banyak menyebutnya dengan sebutan, 'angin duduk'," kata Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Dr. P. Tedjasukmana, SpJP, di Jakarta.
Berdasar penelitian beberapa dokter melalui teknik wawancara, 60 % pasien menyatakan mengalami serangan jantung dengan gejala awal menyerupai masuk angin.
Dr. Tedja mengatakan, banyak pasien penyakit jantung kerap terlambat mendapat penanganan karena mengacuhkan gejala yang muncul. Mereka menahan diri ke rumah sakit dan memberikan penanganan sendiri layaknya orang masuk angin, seperti kerik (dikerok -red.). Setelah dikerik mungkin mereka merasa lebih sehat, namun sesungguhnya itu berisiko menyebabkan kematian mendadak.
"Bukan akibat kerikannya mereka meninggal secara mendadak. Tetapi serangan jantung yang lebih lama mendapatkan pertolongan medis, semakin luas penyebab kerusakan jantung dan risiko kematian semakin tinggi," ujarnya.
Menurutnya, banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya serangan jantung, salah satunya adalah kolesterol. Untuk itu, selalu dianjurkan agar melakukan pola hidup sehat sejak dini, mengonsumsi makanan sehat dan seimbang, melakukan olahraga teratur dan rajin melakukan cek kesehatan ke dokter.
"Rekomendasinya, setiap orang yang memasuki usia dewasa disarankan untuk melakukan cek total kolesterol, LDL kolesterol, HDL kolesterol dan trigliserida selama lima tahun sekali, tapi untuk usia 35 tahun ke atas lakukan pemeriksaan setiap satu tahun sekali, jika tidak memiliki kelainan," katanya.
Banyak juga dari masyarakat yang menganut kebiasaan 'kerokan' saat menderita masuk angin. Kalian pasti sudah tahu, apa itu 'kerokan' bukan? 'Kerokan' itu suatu pengobatan tradisional untuk mengatasi gejala masuk angin dengan cara menggosokkan suatu benda tumpul seperti koin, batu giok, gundu, potongan jahe, potongan bawang, atau benda tumpul lainnya yang dipadupadakan dengan cairan licin seperti minyak telon, minyak olive, minyak kelapa, atau lotion. Agar saat dikerok atau digosok, kulit kita tidak mengalami iritasi.
Ampuh
Pengobatan tradisional yang sudah turun temurun ini banyak disinyalir ampuh mengobati masuk angin. Bahkan secara biaya, murah meriah. Namun dibalik kemurah-meriahannya, ada dampak yang mesti diperhatikan juga. Mengingat hal itu, berdampak pada kesehatan selanjutnya.
Nah, apa saja dampak negatif 'kerokan' bagi kesehatan tubuh. Mengakibatkan kontraksi dini. Kenapa bisa begitu? Karena saat tubuh dikerok atau dikerik, maka akan terjadi Inflamasi. Nah, yang menjadi masalah adalah reaksi penolakan terhadap Inflamasi tubuh.
Saat terjadi Inflamasi, maka mediator anti Inflamasi akan mengeluarkan suatu zat yang disebut "Cytokines" merupakan sel yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh.
Zat ini akan memicu pelepasan Prostaglandin yang bisa menyebabkan kontraksi pada rahim. Oleh sebab itu, bagi ibu-ibu yang sedang hamil sangat dilarang penyembuhan dengan cara dikerok, karena bisa mengakibatkan timbulnya kontraksi dini akibat munculnya zat Prostaglandin. Kemudian masuknya bakteri dan virus.
Aktivitas mengerok atau mengerik tubuh, berdampak pada pori-pori kulit akan terbuka lebar oleh karena efek gesekan kulit dengan benda tumpul maupun karena panas tubuh yang meningkat. Saat poripori membesar, maka akan memudahkan angin masuk kembali ke tubuh dengan membawa bakteri dan virus dari udara ke dalam tubuh.
Memang efeknya tidak akan langsung terasa oleh tubuh, tapi akan muncul efek dikemudian hari. Sebagian besar orang akan merasa ketagihan saat dikerok dan pasti akan melakukannya lagi saat dia terserang masuk angin. Semakin sering dikerok dan semakin sering pula pori-pori tubuh melebar, maka akan semakin banyak juga virus dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh.
Jadi, dalam hal ini bukan berarti mengindahkan terapi tradisional yang sudah turun temurun. Namun diharapkan, bisa lebih waspada dan bisa memilih yang terbaik untuk kesehatan tubuh.
(tri/"GM"/berbagai sumber)**
Seperti diketahui, kerap mendengar istilah "angin duduk" untuk menggambarkan sakit mendadak yang ditandai keringat dingin, pusing dan sulit bernapas. Mirip gejala masuk angin. Bahayakah kondisi ini?
"Angin duduk, selain seperti masuk angin, sering terasa seperti sedikit flu dan ada rasa tidak nyaman di dada. Ini sebenarnya adalah gejala serangan jantung, namun orang awam banyak menyebutnya dengan sebutan, 'angin duduk'," kata Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Dr. P. Tedjasukmana, SpJP, di Jakarta.
Berdasar penelitian beberapa dokter melalui teknik wawancara, 60 % pasien menyatakan mengalami serangan jantung dengan gejala awal menyerupai masuk angin.
Dr. Tedja mengatakan, banyak pasien penyakit jantung kerap terlambat mendapat penanganan karena mengacuhkan gejala yang muncul. Mereka menahan diri ke rumah sakit dan memberikan penanganan sendiri layaknya orang masuk angin, seperti kerik (dikerok -red.). Setelah dikerik mungkin mereka merasa lebih sehat, namun sesungguhnya itu berisiko menyebabkan kematian mendadak.
"Bukan akibat kerikannya mereka meninggal secara mendadak. Tetapi serangan jantung yang lebih lama mendapatkan pertolongan medis, semakin luas penyebab kerusakan jantung dan risiko kematian semakin tinggi," ujarnya.
Menurutnya, banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya serangan jantung, salah satunya adalah kolesterol. Untuk itu, selalu dianjurkan agar melakukan pola hidup sehat sejak dini, mengonsumsi makanan sehat dan seimbang, melakukan olahraga teratur dan rajin melakukan cek kesehatan ke dokter.
"Rekomendasinya, setiap orang yang memasuki usia dewasa disarankan untuk melakukan cek total kolesterol, LDL kolesterol, HDL kolesterol dan trigliserida selama lima tahun sekali, tapi untuk usia 35 tahun ke atas lakukan pemeriksaan setiap satu tahun sekali, jika tidak memiliki kelainan," katanya.
Banyak juga dari masyarakat yang menganut kebiasaan 'kerokan' saat menderita masuk angin. Kalian pasti sudah tahu, apa itu 'kerokan' bukan? 'Kerokan' itu suatu pengobatan tradisional untuk mengatasi gejala masuk angin dengan cara menggosokkan suatu benda tumpul seperti koin, batu giok, gundu, potongan jahe, potongan bawang, atau benda tumpul lainnya yang dipadupadakan dengan cairan licin seperti minyak telon, minyak olive, minyak kelapa, atau lotion. Agar saat dikerok atau digosok, kulit kita tidak mengalami iritasi.
Ampuh
Pengobatan tradisional yang sudah turun temurun ini banyak disinyalir ampuh mengobati masuk angin. Bahkan secara biaya, murah meriah. Namun dibalik kemurah-meriahannya, ada dampak yang mesti diperhatikan juga. Mengingat hal itu, berdampak pada kesehatan selanjutnya.
Nah, apa saja dampak negatif 'kerokan' bagi kesehatan tubuh. Mengakibatkan kontraksi dini. Kenapa bisa begitu? Karena saat tubuh dikerok atau dikerik, maka akan terjadi Inflamasi. Nah, yang menjadi masalah adalah reaksi penolakan terhadap Inflamasi tubuh.
Saat terjadi Inflamasi, maka mediator anti Inflamasi akan mengeluarkan suatu zat yang disebut "Cytokines" merupakan sel yang bisa meningkatkan kekebalan tubuh.
Zat ini akan memicu pelepasan Prostaglandin yang bisa menyebabkan kontraksi pada rahim. Oleh sebab itu, bagi ibu-ibu yang sedang hamil sangat dilarang penyembuhan dengan cara dikerok, karena bisa mengakibatkan timbulnya kontraksi dini akibat munculnya zat Prostaglandin. Kemudian masuknya bakteri dan virus.
Aktivitas mengerok atau mengerik tubuh, berdampak pada pori-pori kulit akan terbuka lebar oleh karena efek gesekan kulit dengan benda tumpul maupun karena panas tubuh yang meningkat. Saat poripori membesar, maka akan memudahkan angin masuk kembali ke tubuh dengan membawa bakteri dan virus dari udara ke dalam tubuh.
Memang efeknya tidak akan langsung terasa oleh tubuh, tapi akan muncul efek dikemudian hari. Sebagian besar orang akan merasa ketagihan saat dikerok dan pasti akan melakukannya lagi saat dia terserang masuk angin. Semakin sering dikerok dan semakin sering pula pori-pori tubuh melebar, maka akan semakin banyak juga virus dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh.
Jadi, dalam hal ini bukan berarti mengindahkan terapi tradisional yang sudah turun temurun. Namun diharapkan, bisa lebih waspada dan bisa memilih yang terbaik untuk kesehatan tubuh.
(tri/"GM"/berbagai sumber)**
WAWASAN YANG BERMANFAAT MAKASIH BOS