KEBERADAAN manusia di dunia ini tidak hanya untuk dapat hidup secara fisik seperti bernapas, tetapi harus diikuti dan disertai dengan jiwa yang hidup. Jiwa yang hidup dapat menentukan kualitas pribadi seseorang. Dalam arti kata, baik buruknya seseorang dipengaruhi jiwanya.
Jiwa ini yang mengatur gerak langkah seseorang, apakah akan berbuat amal saleh dan kebajikan, atau melakukan hal-hal yang keji dan kemungkaran. Fisik atau tubuh hanyalah pelaksana dalam melakukan suatu perbuatan, sedangkan penentu kebijaksanaan adalah jiwa. Jika jiwanya mati, maka apa yang diperbuat tidak akan terarah dan hidupnya akan kesasar.
Seseorang yang mempunyai jiwa yang hidup dalam menjalankan atau menjalani kehidupannya penuh dengan dinamika, yaitu berlomba dalam berbuat kebaikan dan amal saleh. Hidupnya senantiasa diisi dengan ketakwaan dan menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat mengotori kesucian jiwa.
Untuk itu, kita perlu mengetahui dan memahami tanda dan bukti jiwa yang hidup. Dengan memahami tanda dan bukti jiwa yang hidup tersebut, diharapkan menjadi motivasi atau pendorong untuk menjaga dan memupuk agar jiwa kita tetap hidup. Jiwa yang hidup tentu saja bersifat dinamis. Setiap saat bergerak dan berusaha untuk senantiasa berbuat amal saleh.
Adapun tanda dan bukti jiwa yang hidup, pertama, mematuhi perintah dan larangan Allah dengan rasa cinta kepada-Nya dan dengan kesungguhan hati. Karena kita percaya kepada Allah, kita wajib menaati atau mematuhi segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Allah.
Hal ini sesuai dengan firman Allah, "Maka bersegeralah kembali kepada (menaati) Allah, sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu." (Q.S. Adz-Dzaariyaat : 50).
Orang yang melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya, adalah orang yang bertakwa. Kadar ketakwaan seseorang dapat menetukan mulia tidaknya di antara sesama manusia. Semakin bertakwa kepada Allah, maka akan semakin mulia seseorang di sisi Allah.
Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah, "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu sisi Allah, ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu." (Q.S. Al Hujurat : 13).
Seandainya kita telah bertakwa dengan sebenar-benarnya, berarti kita telah melaksanakan tugas hidup, yaitu ibadah. Ketakwaan kepada Allah akan diikuti dengan rasa cinta kepada yang dicintainya (Allah), maka apabila disebut nama Allah hatinya gemetar.
Hal ini digambarkan dalam firman Allah, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal." (Q.S. Al-Anfaal : 2).
Kedua, berusaha memperoleh pengampunan dan rida Allah. Orang baik itu bukan orang yang tidak pernah berbuat dosa, tapi orang baik itu adalah orang yang apabila berbuat dosa cepat bertobat. Ada dosa yang disadari dan ada dosa yang tidak disadari.
Berkaitan dengan memohon ampunan ini, sebagaimana dalam firman Allah, "Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat." (Q.S. An Nashr : 3).
Kemudian dalam ayat lain, Allah berfirman, "Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (Q.S. An-Nisaa : 64)
Dalam ayat berikutnya Allah telah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai." (Q.S. At-Tahrim : 8).
Ketiga, membenarkan seluruh ajaran (risalah) yang dibawa Rasulullah SAW sebagai manusia yang beriman, harus menaati dan membenarkan seluruh ajaran yang disampaikan atau dibawa oleh Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Dalam kaitannya dengan hal ini, Allah telah berfirman, "Kami tidak mengutus seseorang Rasul, melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah." (Q.S. An-Nisaa : 64).
(Penulis, jemaah Masjid Baiturrahim Kompleks Riung Bandung, Jln. Saluyu C XI No. 221/ I M Kav. 9 Bandung)**
Galamedia jumat, 23 september 2011
Oleh : Drs. H. Sukmana
Jiwa ini yang mengatur gerak langkah seseorang, apakah akan berbuat amal saleh dan kebajikan, atau melakukan hal-hal yang keji dan kemungkaran. Fisik atau tubuh hanyalah pelaksana dalam melakukan suatu perbuatan, sedangkan penentu kebijaksanaan adalah jiwa. Jika jiwanya mati, maka apa yang diperbuat tidak akan terarah dan hidupnya akan kesasar.
Seseorang yang mempunyai jiwa yang hidup dalam menjalankan atau menjalani kehidupannya penuh dengan dinamika, yaitu berlomba dalam berbuat kebaikan dan amal saleh. Hidupnya senantiasa diisi dengan ketakwaan dan menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat mengotori kesucian jiwa.
Untuk itu, kita perlu mengetahui dan memahami tanda dan bukti jiwa yang hidup. Dengan memahami tanda dan bukti jiwa yang hidup tersebut, diharapkan menjadi motivasi atau pendorong untuk menjaga dan memupuk agar jiwa kita tetap hidup. Jiwa yang hidup tentu saja bersifat dinamis. Setiap saat bergerak dan berusaha untuk senantiasa berbuat amal saleh.
Adapun tanda dan bukti jiwa yang hidup, pertama, mematuhi perintah dan larangan Allah dengan rasa cinta kepada-Nya dan dengan kesungguhan hati. Karena kita percaya kepada Allah, kita wajib menaati atau mematuhi segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Allah.
Hal ini sesuai dengan firman Allah, "Maka bersegeralah kembali kepada (menaati) Allah, sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu." (Q.S. Adz-Dzaariyaat : 50).
Orang yang melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya, adalah orang yang bertakwa. Kadar ketakwaan seseorang dapat menetukan mulia tidaknya di antara sesama manusia. Semakin bertakwa kepada Allah, maka akan semakin mulia seseorang di sisi Allah.
Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah, "Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu sisi Allah, ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu." (Q.S. Al Hujurat : 13).
Seandainya kita telah bertakwa dengan sebenar-benarnya, berarti kita telah melaksanakan tugas hidup, yaitu ibadah. Ketakwaan kepada Allah akan diikuti dengan rasa cinta kepada yang dicintainya (Allah), maka apabila disebut nama Allah hatinya gemetar.
Hal ini digambarkan dalam firman Allah, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal." (Q.S. Al-Anfaal : 2).
Kedua, berusaha memperoleh pengampunan dan rida Allah. Orang baik itu bukan orang yang tidak pernah berbuat dosa, tapi orang baik itu adalah orang yang apabila berbuat dosa cepat bertobat. Ada dosa yang disadari dan ada dosa yang tidak disadari.
Berkaitan dengan memohon ampunan ini, sebagaimana dalam firman Allah, "Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat." (Q.S. An Nashr : 3).
Kemudian dalam ayat lain, Allah berfirman, "Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (Q.S. An-Nisaa : 64)
Dalam ayat berikutnya Allah telah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai." (Q.S. At-Tahrim : 8).
Ketiga, membenarkan seluruh ajaran (risalah) yang dibawa Rasulullah SAW sebagai manusia yang beriman, harus menaati dan membenarkan seluruh ajaran yang disampaikan atau dibawa oleh Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Dalam kaitannya dengan hal ini, Allah telah berfirman, "Kami tidak mengutus seseorang Rasul, melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah." (Q.S. An-Nisaa : 64).
(Penulis, jemaah Masjid Baiturrahim Kompleks Riung Bandung, Jln. Saluyu C XI No. 221/ I M Kav. 9 Bandung)**
Galamedia jumat, 23 september 2011
Oleh : Drs. H. Sukmana