BAGI umat Islam kalender Hijriah tampaknya belum memasyarakat secara luas dibandingkan dengan kalender Masehi. Contohnya, bila ingin mengetahui hari ini tanggal berapa dan bulan apa pada tahun Hijriah, masih banyak yang tidak bisa menjawab.
Sedangkan awal perhitungan hari pada kalender Masehi dimulai pada pukul 00.00, maka puncak peringatan tahun baru Masehi biasanya dilakukan pada pukul 00.00, bertepatan dengan tanggal 1 Januari, sedangkan awal perhitungan hari pada kalender Hijriah dimulai pada waktu terbenam matahari. Makanya, setiap bulan Ramadan dan tarawih hari pertama dilakukan pada malam tanggal 1 Ramadan.
Sebelum datang agama Islam, masyarakat Arab sudah menggunakan nama-nama bula Hijriah ini, namun disesuaikan dengan kalender Masehi, bulan pertama adalah September disebut Muharam sebab pada bulan tersebut semua suku (kabila) di semenanjung Arabia sepakat untuk mengharamkan peperangan.
Bulan kedua Oktober, daun-daun sedang menguning disebut bulan Safar (kuning), bulan November dan Desember musim gugur (Rabi'), disebut Rabi'u awal dan Rabi'ul Tsani, Januari dan Februari adalah musim dingin (Jumad=beku) disebut Jumadil Awal dan Jumadil Tsani, kemudian salju mencair (Rajab) pada bulan Maret. April adalah musim semi, saat turun ke lembah untuk mengolah lahan pertanian atau mengembala ternak, disebut bula Sya'ban (Syi'b=lembah).
Sementara pada bulan Mei suhu mulai panas membakar kulit disebut bulan Ramadhan (membakar) dan pada bulan Juni suhunya meningkat lebih panas disebut bulan Syawal (meningkat), pada bulan Juni puncaknya panas membuat orang suka duduk di rumah tidak berpergian disebut bulan Zulqaidah (qaid-duduk), pada bulan Agustus orang Arab biasanya menunaikan ibadah haji, disebut bulan Zulhijjah.
Setelah masyarakat Arab memeluk Islam dan bersatu di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW, turun perintah Allah SWT agar umat Islam menggunakan kalender Qamariah secara murni. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam Surat At Taubah ayat 36 dan 37.
Adapun hikmahnya adalah bulan-bulan Hijriah selalu bergeser setiap tahun, umat Islam melakukan saum Ramadan tidak selalu pada musim panas. Islam adalah untuk semua umat manusia di seluruh penjuru dunia yang letak geografisnya berbeda-beda.
Sedangkan kalender Hijriah mulai dipergunakan pada masa pemerintahan Umar Bin Khatab atas usul Ali Bin Abi Thalib dengan berbagai alasan diantaranya Al-quran sangat menghargai orang-orang yang berhijrah, masyarakat Islam yang berdaulat dan mandiri baru terwujud setelah hijrah, dan umat Islam sepanjang zaman diharapkan memiliki semangat hijrah.
Bukannya, pergantian Tahun Baru Masehi yang selalu dilakukan untuk berhura-hura. Namun, bagi setiap muslim sebaiknya menjadi bahan introspeksi diri apa yang telah dikerjakann baik perbuatan baik dan buruk.
(Penulis adalah Kasi Penerangan Agama Islam di Kantor Kementerian Agama Kota Bandung)**
Galamedia jumat, 16 desember 2011
Oleh : Mimin Sutisna, S.Ag.
Sedangkan awal perhitungan hari pada kalender Masehi dimulai pada pukul 00.00, maka puncak peringatan tahun baru Masehi biasanya dilakukan pada pukul 00.00, bertepatan dengan tanggal 1 Januari, sedangkan awal perhitungan hari pada kalender Hijriah dimulai pada waktu terbenam matahari. Makanya, setiap bulan Ramadan dan tarawih hari pertama dilakukan pada malam tanggal 1 Ramadan.
Sebelum datang agama Islam, masyarakat Arab sudah menggunakan nama-nama bula Hijriah ini, namun disesuaikan dengan kalender Masehi, bulan pertama adalah September disebut Muharam sebab pada bulan tersebut semua suku (kabila) di semenanjung Arabia sepakat untuk mengharamkan peperangan.
Bulan kedua Oktober, daun-daun sedang menguning disebut bulan Safar (kuning), bulan November dan Desember musim gugur (Rabi'), disebut Rabi'u awal dan Rabi'ul Tsani, Januari dan Februari adalah musim dingin (Jumad=beku) disebut Jumadil Awal dan Jumadil Tsani, kemudian salju mencair (Rajab) pada bulan Maret. April adalah musim semi, saat turun ke lembah untuk mengolah lahan pertanian atau mengembala ternak, disebut bula Sya'ban (Syi'b=lembah).
Sementara pada bulan Mei suhu mulai panas membakar kulit disebut bulan Ramadhan (membakar) dan pada bulan Juni suhunya meningkat lebih panas disebut bulan Syawal (meningkat), pada bulan Juni puncaknya panas membuat orang suka duduk di rumah tidak berpergian disebut bulan Zulqaidah (qaid-duduk), pada bulan Agustus orang Arab biasanya menunaikan ibadah haji, disebut bulan Zulhijjah.
Setelah masyarakat Arab memeluk Islam dan bersatu di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW, turun perintah Allah SWT agar umat Islam menggunakan kalender Qamariah secara murni. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam Surat At Taubah ayat 36 dan 37.
Adapun hikmahnya adalah bulan-bulan Hijriah selalu bergeser setiap tahun, umat Islam melakukan saum Ramadan tidak selalu pada musim panas. Islam adalah untuk semua umat manusia di seluruh penjuru dunia yang letak geografisnya berbeda-beda.
Sedangkan kalender Hijriah mulai dipergunakan pada masa pemerintahan Umar Bin Khatab atas usul Ali Bin Abi Thalib dengan berbagai alasan diantaranya Al-quran sangat menghargai orang-orang yang berhijrah, masyarakat Islam yang berdaulat dan mandiri baru terwujud setelah hijrah, dan umat Islam sepanjang zaman diharapkan memiliki semangat hijrah.
Bukannya, pergantian Tahun Baru Masehi yang selalu dilakukan untuk berhura-hura. Namun, bagi setiap muslim sebaiknya menjadi bahan introspeksi diri apa yang telah dikerjakann baik perbuatan baik dan buruk.
(Penulis adalah Kasi Penerangan Agama Islam di Kantor Kementerian Agama Kota Bandung)**
Galamedia jumat, 16 desember 2011
Oleh : Mimin Sutisna, S.Ag.