Oleh: Jalaluddin
Musailamah termasuk salah seorang yang mendakwakan dirinya 'nabi', setelah wafatnya Rasululah SAW. Berbagai upaya ia lakukan guna menarik perhatian dalam menggalang dukungan dari masyarakat. Laki- laki yang 'kebelinger' ini tampaknya memang telah mempersiapkan diri secara matang. Karya sastra yang disusun Musailamah diketengahkannya sebagai tandingan ayat-ayat Alquran. Maksudnya, agar orang percaya, kalau dia pun mendapat wahyu, sebagaimana halnya Rasulullah SAW.
Sayang, syair-syair kreasinya dinilai jauh di bawah standar sastra Arab. Sama sekali tak ada nilainya dibandingkan dengan keindahan sastra ayat Alquran. Apalagi kalau disimak materinya yang menyangkut reproduksi dan kehidupan katak. Dinilai terlalu mengada-ada, hingga jadi tertawaan dan ejekan masyarakat. Meskipun demikian, Musailamah tidak patah arang. Lelaki yang ambisius ini begitu percaya diri.
Gagal memperoleh pengakuan, membuat Musailamah semakin penasaran. Dengan arogan, ia mengemukakan tantangan terhadap kehebatan Muhammad SAW, sebagai Rasul Allah. Dikatakan kepadanya, bahwa dengan izin Allah, Rasulullah SAW pernah menyembuhkan penderita yang matanya buta sebelah. Alih-alih menyerah, Musailamah malah minta didatangkan penderita dengan kasus yang sama.
Dengan disaksikan orang banyak, Musailamah mulai mendemonstrasikan metode pengobatannya. Mulutnya komat-kamit layaknya orang sedang berdoa. Tak ada yang tahu, mantera apa yang dilafazkannya. Sejenak kemudian, Musailamah mengusapkan telapak tangannya ke mata si penderita. Apa yang terjadi? Ternyata, olesan telapak tangan Musailamah menyebabkan si penderita mengalami buta total. Sebelum berobat salah satu matanya masih berfungsi secara normal. Di tangan Musailamah, kedua mata pasien itu serentak buta.
Lagi-lagi Musailamah mengalami kegagalan. Namun, kali ini kegagalan terjadi di depan khalayak. Ia dipermalukan secara terbuka. Dalam terminologi agama, apa yang dialami Musailamah tersebut, dikenal dengan khizlanah. Kebohongan publik ini kemudian mengantarkan Musailamah ke "penobatan" dirinya sebagai al-Kazzab (si Pembohong). Musailamah al-Kazzab gelar dilekatkan pada diri sosok nabi palsu ini sepanjang sejarah.
Karena itu, orang yang membuat dirinya dipermalukan di depan khalayak akibat perbuatannya sendiri, itulah yang disebut dengan khizlanah. Di negara kita, banyak orang yang bisa disebut dengan khizlanah. Seperti, mereka yang melakukan korupsi lalu fotonya dipajang di mana-mana di media massa. Kemudian, ada orang yang terhormat berselingkuh atau terlibat aksi pornografi. Artis ataupun aktor yang melakukan hal serupa sehingga namanya semakin terkenal karena perbuatan buruknya. Pejabat yang hanya obral janji, juga bisa disebut dengan khizlanah.
Allah SWT mewanti- wanti kita selaku hamba-Nya, agar tidak alpa menyebut asma-Nya di setiap aktivitas dalam kehidupan. Baik sebagai individu, anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara. "Dan, jangan sekali- kali kamu menyatakan terhadap sesuatu, 'Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut) insya Allah'." (QS [18]: 23-24). Wallahu a'lam.
Diterbitkan di Republika Cetak dengan judul Khizlanah
sumber : www.republika.co.id