Berita, CANBERRA - Di tengah protes keras komunitas Muslim Australia terkait rencana negara bagian New South Wales yang mengubah undang-undang terkait cadar dan niqab, pembangunan museum Islam Australia segera direalisasikan. Total biaya yang disiapkan guna membangun museum bersejarah tersebut adalah 4 juta dolar AS.
Proyek ini dipelopori komunitas Muslim Melbourne, termasuk tokoh-tokoh bisnis seperti Ahmed dan Moustafa Fahour. Keduanya mengharapkan kehadiran museum akan menjembatani antara Islam, Australia, dan dunia. "Museum ini akan menampilkan warisan dan kontribusi sejarah Islam di Australia dan luar negeri," kata dia seperti dikutip SBS.com, Jum'at (15/7).
Dikatakan Fahour, ide ini terinspirasi dari museum Cina, Italiano Museo di Carlton, dan museum Yahudi di St Klida. Nantinya, kata dia, museum didesain untuk memudahkan interaktif dengan pengunjungnya. Seperti misal, informasi terkait sejarah lahirnya agama Islam dalam bentuk yang ringan sehingga bisa dicerna oleh publik.
Selain itu, museum juga diisi dengan replika bursa saham syariah, percetakan uang dirham, kerajinan tangan, poster dan souvenir lainnya. "Juga ada buku pilihan tentang Islam, desain seni dan warisan. Kami juga menyiapkan toko online guna memungkinkan pembelian dari manapun baik di Australia atau luar negeri," kata dia.
Maysaa Fahour, 27, istri Mustafa turut ambil bagian dalam proses pembangunan museum, utamanya dalam mengawasi dan menggalang dana untuk pembangunan. Dia pula yang melobi kantor pajak Australia dan kementerian Kebudayaan negara Bagian Victoria guna mendukung rencana tersebut. Usahanya tak sia-sia, sebab pemerintah Australia dan negara bagian Victoria mendukung penuh atas rencana itu.
''Saya sebagai Muslim Australia sangat bangga bila museum itu sudah jadi,'' kata Moustafa Fahour, 29, salah satu dari delapan anak yang lahir orang tua migran Lebanon yang menetap di Melbourne pada tahun 1960.
Pembangunan museum dimulai tahun ini, dan diperkirakan selesai dua tahun. Lokasi museum berada di dekat kawasan industri, Thornbury, Victoria.
sumber : www.republika.co.id