Bandung - Malang sekali nasib Ihsan Lukmanul Hakim (8), warga Kampung Babakan Leuwibandung RT 2 RW 3 Desa Citeureup Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Sejak lahir ia sudah tunaganda. Bocah laki-laki itu tidak bisa mendengar, melihat, maupun bicara. Ia pun alami gizi buruk. Saat ini, berat badan Ihsan kurang dari 15 kilogram.
Sehari-hari, Ihsan hanya bisa terbaring di tempat tidur sebab ia pun tak bisa berjalan. Sementara ibunya, Leni Kusrini (37) bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Menurut bidan desa yang membantu persalinan Leni, Tri Erfini, Ihsan lahir imaturus alias lahir di bawah usia kehamilan 7 bulan pada Januari 2003 silam. Lebih tepatnya, Leni melahirkan Ihsan di usia kehamilan 6 bulan lebih seminggu.
"Waktu lahir itu imaturus. Organ-organ tubuhnya secara keilmuan juga belum matang sehingga mengganggu perkembangannya," ujar Tri saat ditemui di rumah Ihsan, Rabu (6/7/2011).
Dijelaskan Tri, ketika lahir, Ihsan hanya memiliki berat 1,6 kilogram. "Leni melahirkannya di rumah ibu, begitu lahir, Ihsan langsung dibawa ke RS Al Ihsan dan mendapat perawatan di ruang NICU selama 28 hari," ungkapnya.
Sementara itu menurut Leni, perkembangan anaknya diakui sangat lambat. "Di usia tiga tahun, beratnya sama dengan bayi usia 7 bulan, sekitar 8,7 kilogram," jelas Leni.
Kelainan pada Ihsan baru disadari ketika umur 8 bulan karena matanya tidak bisa melek. "Waktu itu diperiksa ke Cicendo divonis enggak bisa melihat. Lalu ke RSHS divonis enggak bisa mendengar dan bicara karena enggak punya elak-elakan (ongga mulut bagian atas-red). Waktu itu saya langsung nangis," tuturnya.
Saat mengandung, Leni mengaku tidak memiliki firasat atau mimpi apapun. Namun, beberapa bulan jelang kelahiran sang anak, Leni sering mengangkat air dari MCK yang jaraknya sekitar 100 meter dari rumahnya.
"Mungkin terlalu capek sehingga lahir sebelum waktunya. Waktu itu memang musim kemarau, susah air, makanya sering ambil air," papar Leni.
Kondisi Ihsan sendiri memprihatinkan. Tubuhnya kurus dengan kantung mata menjorok ke dalam. Sesekali, ia hanya terdengar merengek seperti bayi. Biasanya, ia merengek ketika lapar atau ingin ditepuk-tepuk badannya. "Bisanya itu saja. Tapi sudah ngerti kalau merengek dia pengen apa," ujar Leni.
Di tempat tidur, Ihsan lebih sering tiduran dengan posisi menyamping. "Kalau buang air biasanya di tempat tidur. Setelah buang air biasanya nangis minta diganti celananya," bebernya.
Untuk makan, Ihsan hanya mengandalkan asupan gizi dari bubur yang diberikan pagi dan sore. Selain itu, Ihsan diberi tepung beras yang dicampur gula merah kemudian direbus.
Air itu digunakan sebagai pengganti susu. Dalam sehari, Ihsan menghabiskan lima botol dalam botoh minuman bayi ukuran 200 mililiter.
"Mau bagaimana lagi. Dikasih susu juga keluar lagi, mungkin mual," tuturnya.
Namun untuk pengobatan, Leni tidak perlu memikirkan biaya. Sebab, ia sudah ditanggung jamkesda. Beberapa kali bolak-bali rumah sakit, ia tidak mengeluarkan uang.
"Alhamdulillah bantuan dari pemerintah mah ada. Beberapaka kali fisioterapi atau berobat tidak bayar," tandasnya.
Disinggung harapannya, Leni berharap ada pihak yang membantu meringankan beban keluarganya. Sebab, ia harus menghidup ibu dan tiga anaknya, termasuk Ihsan. Bahkan, satu anaknya bersekolah SMP dan satu SD.
"Mudah-mudahan ada yang bantu," harap Leni. Selain Ihsan, Leni mempunyai dua anak lagi yaitu Wisnu Anggara (15) dan Jayanti (9,5 tahun). Sementara suaminya pergi meninggalkan mereka.
(ors/ern)
sumber : bandung.detik.com
Apa itu Progressive Web Apps?
8 years ago
kalau mau ngasih bantuan kemana?? Mari kita sesama manusia membantunya!